Gempa Hari Ini
2 Kali Berturut-turut Diguncang Gempa dan Terkuat 6,1 SR, Warga Miangas Berhamburan Keluar Rumah
Kabar terbaru, gempa berkekuatan 6,1 SR hari ini mengguncang Kecamatan Miangas, Kabupaten Kepulauan Talaud, Sulawesi Utara, Kamis (6/2/2020) malam.
Tanggapan BMKG
Secara terpisah, Kepala Bidang Gempa Bumi BMKG Daryono mengatakan bahwa tidak ada zona megathrust di selat Makassar, melainkan hanya di utara Pulau Sulawesi.
Menurut dia, wilayah Pulau Sulawesi merupakan kawasan seismik aktif dan kompleks.
"Disebut seismik aktif karena wilayah ini memiliki tingkat aktivitas gempa yang tinggi," kata Daryono saat diwawancara Kompas.com, Sabtu (11/1/2020).
Sementara, yang dimaksud dengan kompleks yaitu karena mempunyai banyak sebaran sumber gempa dengan berbagai mekanisme.
Daryono menjelaskan, dalam buku Peta Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia tahun 2017 yang diterbitkan oleh Pusat Studi gempa Nasional (PUSGEN), wilayah Pulau Sulawesi memiliki 48 struktur sesar aktif dan 1 zona Megathrust Sulawesi Utara.
Lebih lanjut Daryono menambahkan, di Sulawesi sendiri, zona megathrust ini berhadapan dengan wilayah pesisir pantai utara Sulawesi Utara, Gorontalo, dan sebagian Sulawesi Tengah bagian utara.
"Megathrust Sulawesi Utara merupakan sumber gempa yang berpotensi memicu gempa kuat," ujar dia.
Merunut ke sejarahnya, gempa dan tsunami menunjukkan bahwa di Pulau Sulawesi dan sekitarnya sejak tahun 1800, telah terjadi lebih dari 69 kali gempa merusak dan tsunami.
Peristiwa gempa merusak terjadi lebih dari 45 kali, sementara tsunami lebih dari 24 kali.
"Sebagaian besar gempa dan tsunami di Sulawesi dipicu oleh aktivitas sesar aktif, bukan aktivitas zona megathrust," papar Daryono.
Ia menuturkan, dari 24 kali tsunami di Sulawesi, 4 kali di antaranya dipicu oleh megathrust Sulawesi bagian utara, yaitu:
1. Tsunami utara Gorontalo pada 25 Agustus 1871 (tidak ada korban jiwa)
2. Tsunami Tolitoli pada 2 Februari 1904 (tidak ada korban jiwa)
3. Tsunami Kwandang-Manado pada 29 Januari 1920 (tidak ada korban jiwa)
4. Tsunami Tolitoli pada 1 Januari 1996 (9 orang meninggal).
Terkait pemberitaan viral yang menyebutkan di Selat Makassar terdapat zona megathrust dan mampu memicu gempa besar, dapat dipastikan tidak benar.
Daryono memaparkan, megathrust merupakan istilah untuk menyebut sumber gempa di zona penunjaman lempeng, tepatnya jalur subduksi landai dan dangkal.
Di Selat Makassar, lanjut dia, tak ada aktivitas penunjaman lempeng atau pate subduction, namun yang ada adalah sumber gempa Makassar Strait Thrust yang berarti sesar naik Selat Makassar.
"Sulawesi memang rawan gempa, mengingat wilayahnya banyak terdapat sumber gempa," papar Daryono.
Maka ia menilai, potensi gempa harus disampaikan kepada masyarakat apa adanya, sesuai fakta tidak berlebihan, hingga dapat menimbulkan kecemasan di masyarakat.
"Semua informasi terkait potensi gempa dan tsunami harus direspon dengan langkah nyata dengan upaya memperkuat mitigasi guna meminimalkan dampak," tuturnya.
Daryono menambahkan, meskipun tinggal di daerah rawan gempa menurutnya hal tersebut tidak menjadi soal.
"Karena yang paling penting dan harus dibangun adalah mitigasinya, kesiapsiagaannya, kapasitas stakeholder dan masyarakat, serta menyiapkan infrastrukturnya yang tahan gempa," katanya pungkas.
Baca juga :
BREAKING NEWS Gempa dengan Magnitudo 6,4 Guncang Singkil, Tapak Tuan, Nias, Medan, hingga Meulaboh
Miliki Kereta Api Paling Tepat Waktu di Dunia, Alami 1.500 Gempa tiap Tahun ini 10 Fakta Unik Jepang
Tahun Baru, Waspada Gempa Megathrust dan Tsunami, Walikota Beri Peringatan, BMKG Langsung Merespon
Jelang Tahun Baru 15 Tahun Lalu Indonesia Diguncang Gempa dan Tsunami, Ratusan Ribu Tewas, Terulang?
(*)