Di ILC, Mahfud MD Serang Rizal Ramli Karena Terus Kritik Jokowi, Apa Sih yang Dipuji dari Negara Ini
Di ILC, Mahfud MD serang Rizal Ramli karena terus kritik Jokowi, apa sih yang dipuji dari negara ini.
TRIBUNKALTIM.CO - Di ILC, Mahfud MD serang Rizal Ramli karena terus kritik Jokowi, apa sih yang dipuji dari negara ini.
Ekonom Rizal Ramli terus memberi kritik terhadap Pemerintahan Jokowi.
Menkopolhukam Mahfud MD pun lantas angkat bicara kala bersua Rizal Ramli di acara Indonesia Lawyers Club atau ILC.
Menurut Mahfud MD, sosok Rizal Ramli memang tak pernah memuji Pemerintahan Jokowi.
Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD membandingkan masa kepemimpinan Soeharto dan era Presiden Joko Widodo ( Jokowi).
Dilansir dari TribunWow.com, perbandingan itu disampaikan Mahfud MD setelah Ekonom Senior Rizal Ramli menyatakan kritikannya terhadap pemerintahan Jokowi.
• Sosok Berpengaruh di Pemprov DKI Akui Anies Baswedan Salah, Tapi Tak Bohong, Anggota Megawati Geram
• Diminta Klarifikasi RI 1 Tak Paham Pancasila, Rocky Gerung Malah Pertegas Tuduhan, Kalimatnya Berani
• Versi Rocky Gerung, BPJS Gratis dan Lahan Tak Dirampas Andai Presiden Paham Pancasila, PDIP Meradang
• Bukan Cuma Tak Paham Pancasila, Tuduhan Rocky Gerung ke Jokowi dan Ahok BTP Ini Juga Tak Kalah Pedas
Menurut Mahfud MD, kini masyarakat lebih bebas menyatakan pendapat dibandingkan pada era Soeharto.
Hal itu disampaikan Mahfud MD melalui tayangan Indonesia Lawyers Club (ILC), Selasa (11/2/2020).
Mulanya, Mahfud MD menyoroti pernyataan Rizal Ramli yang dinilai selalu memojokkan pemerintahan Jokowi.
"Tidak pernah ada pujian kalau dengar dari Mas Rizal Ramli," ujar Mahfud MD.
Mahfud MD menyatakan, Rizal Ramli hanya memuji pemerintahan ketika menjabat sebagai Ketua Bulog.
Namun, hal itu tak lagi terjadi setelah Ekonom Senior itu lengser dari jabatan.
"Apa sih yang dipuji dari negara ini dari dulu sampai sekarang kecuali Mas Rizal Ramli jadi Ketua Bulog, itu bagus," terang Mahfud MD.
"Tapi enggak pernah ada pujian."
Padahal menurutnya, penilaian publik terhadap pemerintah semakin meningkat dari waktu ke waktu.
"Padahal indeks persepsinya itu naik dari waktu ke waktu meskipun seperti siput," ujar Mahfud MD.
"Kalau kita cuma mau memperbaiki dengan cara ugal-ugalan itu gampang aja."
Terkait hal itu, Mahfud MD lantas menyinggung masa pemerintahan Soeharto.
Ia menyebut, di era Soeharto pemerintah bisa dengan mudah menantang hukum.
"Kembali ke otoriter kayak Pak Harto dulu, pemerintahnya otoriter," ucapnya.
"Pak Harto bilang apa kalau dia punya kekuasaan seperti itu mau nantang hukum gampang aja."
"Kalau mau menantang hukum ya gampang juga," kata dia.
Bahkan, Mahfud MD juga menyebut pada era Soeharto semua rakyat tunduk pada keputusan sang presiden.
Tak ada satupun rakyat yang berani menentang kehendak Soeharto.
"Wong dulu Pak Harto berdeham aja seluruh rakyat Indonesia ikut berdeham."
Namun, hal itu tak lagi terjadi di era Jokowi.
"Sekarang enggak bisa begitu, berdeham di depan orang ditempeleng kalau forumnya enggak tepat," terangnya.
"Kalau dulu ikut berdeham semua."
Sebelumnya, pada kesempatan itu Mahfud MD membandingkan pendukung Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, dengan pendukung Anies Baswedan.
Dilansir TribunWow.com, hal itu terkait dengan politik agama yang beberapa waktu terakhir kerap terjadi.
Ia membandingkan cara kampanye Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Prabowo Subianto kala itu.
Menurut Mahfud MD, ada perbedaan mencolok dalam cara kampanya kedua calon presiden Pemilu 2019 itu.
"Saya melihat Pak Jokowi itu pendekatannya populis, langsung ke rakyat bawah, ke rakyat kecil, ke gorong-gorong," ujar Mahfud MD.
"Kalau Pak Prabowo itu pendekatannya strukturalis, dia mau memperbaiki sistem ini."
Lantas, Mahfud MD menyinggung kemenangan Jokowi sebagai Presiden terpilih 2019-2024.
"Dan itu memang pendekatannya begitu dan yang menang Pak Jokowi, ya sudah," ujar Mahfud MD.
Lebih lanjut, Mahfud MD pun menyinggung politik identitas yang terjadi dalam Pilkada DKI Jakarta 2017 lalu.
"Tapi tahun 2019 yang didahului dengan pemilihan gubernur, Pilgub itu memang lalu politik identitas yang muncul, politik keagamaan," terangnya.
"Sebenarnya enggak ada yang punya dasar untuk menyatakan diri paling benar membawa nama agama."
Ia menilai, politik identitas tak layak digunakan sebagai cara memenangkan Pilkada.
Sebab, menurut Mahfud MD setiap agama memiliki tuntuan masing-masing bagi setiap pengikutnya.
"Oleh sebab itu ke depannya menurut saya paling penting itu bagaimana masalah ideologi diperkuat," kata Mahfud MD.
"Enggak usah lagi politik identitas, karena kalau bicara agama masing-masing punya dalil kok."
Terkait hal itu, Mahfud MD membandingkan pendukung Ahok dengan pendukung Anies Baswedan.
"Kalau pandangannya Ahok yang dianggap tidak Islam dan sambungannya," ujar Mahfud MD.
"Kemudian yang satu, yang Islam Pak Anies dan sambungannya."
• Sosok Berpengaruh di Pemprov DKI Akui Anies Baswedan Salah, Tapi Tak Bohong, Anggota Megawati Geram
• Diminta Klarifikasi RI 1 Tak Paham Pancasila, Rocky Gerung Malah Pertegas Tuduhan, Kalimatnya Berani
• Versi Rocky Gerung, BPJS Gratis dan Lahan Tak Dirampas Andai Presiden Paham Pancasila, PDIP Meradang
• Bukan Cuma Tak Paham Pancasila, Tuduhan Rocky Gerung ke Jokowi dan Ahok BTP Ini Juga Tak Kalah Pedas
Menurut dia, pendukung Ahok maupun Anies Baswedan terdiri dari berbagai agama.
Karena itu, politik identitas tak layak digunakan dalam Pilkada DKI Jakarta 2017 lalu.
"Itu pendukung Pak Anies banyak juga yang enggak salat kok waktu kampanye itu," kata Mahfud MD.
"Tapi banyak yang salat juga."
"Pendukung Ahok juga ada yang salat waktu kampanye, jadi itu bukan urusan agama sebenarnya," sambungnya. (*)
Artikel ini telah tayang di Tribunwow.com dengan judul Mahfud MD Ungkap Beda Pemerintahan Jokowi dan Era Soeharto: Berdeham di Depan Orang Ditempeleng, https://wow.tribunnews.com/2020/02/14/mahfud-md-ungkap-beda-pemerintahan-jokowi-dan-era-soeharto-berdeham-di-depan-orang-ditempeleng?page=all.