Susur Sungai Pramuka Berakhir Nestapa, Zidan Teriak Gulungan Banjir Datang, Bambu Media Penyelamat
Satu di antaranya adalah Zidan. Melalui ibunya, Yuni, dia menceritakan kronologi sore nahas tersebut saat susur sungai dalam kegiatan Pramuka.
Tak banyak yang bisa diperbuat siswi kelas 7 ini karena air datang dengan cepatnya.
“Sempat mau menyelamatkan diri tapi enggak bisa,” kata Salma mengisahkan kepada reporter Tribun Jogja, semalam.
“Keseret air saya. Mau pegangan batu juga enggak bisa-bisa. Akhirnya bisa megang tangan kakak DP (dewan penggalang). Sempat minum banyak air juga.”
Begitu pula yang dirasakan Muhammad Wahid Reihan Saputra.
Kondisi mengibakan dirasakan saat dia mendengar teriakan permintaan tolong dari teman-temannya. Dia sendiri pun terseret arus banjir tersebut.
“Saya sempat lihat teman-teman yang terseret air itu,” ucap warga Sukodono, Donokerto, Turi ini lirih.
Syahdan, mereka yang bisa diangkat dari air dan dalam kondisi sadar langsung dibawa ke tempat yang lebih tinggi.
Salma dan beberapa rekan lainnya menderita luka-luka lecet di beberapa bagian tubuh. Terutama di kaki.
Namun, dia harus kehilangan sejumlah temannya.
Dari data yang dihimpun sampai Jumat pukul 21.00, dari seluruh peserta tersebut diketahui ada 6 orang yang tidak turun ke sungai.
Artinya hanya 250 anak yang menjadi peserta susur.
Dari jumlah itu, 6 orang dinyatakan meninggal dunia.
Sedangkan lima pelajar lain masih dalam pencarian oleh ratusan personel tim gabungan dari berbagai elemen.
Seorang korban meninggal dunia ditemukan, Jumat malam.
Korban atas nama Choirul Nisa sempat dirujuk sebentar ke Klinik Pratama Swa untuk memastikan kepada sejumlah anggota keluarga yang masih menunggu di lokasi.