Pembunuhan Sadis
Setelah Bunuh Bocah 5 Tahun, Siswi SMP Ini Mengaku Puas dan Tak Menyesal, Polisi tak Tinggal Diam
Setelah bunuh bocah 5 tahun, siswi SMP ini mengaku puas dan tak menyesali perbuatannya. Mendengar hal itu, polisi pun tak tinggal diam.
TRIBUNKALTIM.CO - Setelah bunuh bocah 5 tahun, siswi SMP ini mengaku puas dan tak menyesali perbuatannya. Mendengar hal itu, polisi pun tak tinggal diam.
Publik digegerkan kasus pembunuhan sadis yang dilakukan siswi SMP di Jakarta. Korbannya adalah bocah perempuan yang masih berusia 5 tahun.
Terungkapnya kasus pembunuhan sadis ini setelah sang pelaku, siswi SMP tersebut menyerahkan diri ke polisi.
Terkait kasus itu, Kapolres Metro Jakarta Pusat Kombes Heru Novianto mengatakan, polisi akan memeriksa kondisi kejiwaan tersangka pembunuhan sadis seorang anak berinisial APA (5), yakni NF (15).
NF diketahui menyerahkan diri karena mengaku telah membunuh APA dan meletakkan mayatnya di dalam lemari.
Baca juga: 8 Fakta Remaja di Sawah Besar Bunuh Bocah 5 Tahun, Pelaku Dikenal Cerdas, Aksinya Terinspirasi Film
Baca juga: Polisi Temukan Buku Curhat Siswi SMP Pembunuh Bocah di Sawah Besar, Ada Gambar & Kalimat Mengerikan
Baca juga: Polisi Kaget Didatangi Siswi SMP Ngaku Bunuh Teman dan Mayatnya di Lemari, Dicek Sekalinya Benar Ada
Baca juga: Sempat Pingsan Karena Kelelahan, Pelamar CPNS Ini Keukeuh Ikut Ujian, Mengaku Takut Dimarahi Mama
Kepada polisi, siswi SMP NF (15) pun mengaku tak menyesal telah membunuh APA.
"Si pelaku ini dengan sadar diri. Dia menyatakan telah membunuh dan menyatakan saya tidak menyesal, tapi saya merasa puas. Ini butuh pendalaman lebih dalam, mungkin kami akan panggil ahli psikiater (kejiwaan)," kata Heru di daerah Sawah Besar, Jakarta Pusat, Jumat (6/3/2020).
Dalam kesempatan yang sama, Wakapolres Metro Jakarta Pusat, AKBP Susatyo Purnomo Condro mengungkapkan, NF termasuk siswi cerdas dan berprestasi yang duduk di bangku SMP.
Dia sering menuliskan curahan hatinya melalui kata-kata yang ditemukan pada papan tulis di rumahnya.
Selain itu, polisi telah memeriksa 4 saksi dari pihak keluarga korban dan tersangka.
"Anak ini (tersangka) cukup cerdas, berkemampuan Bahasa Inggris cukup baik. Dia mengungkapkan berbagai perasaannya itu dalam berbagai tulisan," ungkap Susatyo.
"Tentunya ini akan menjadi bahan-bahan yang akan kami kumpulkan dari TKP untuk bisa kami beri dan dikaji oleh ahli kejiwaan," lanjutnya.
Sebelumnya diberitakan, tersangka NF (15) membunuh APA (5) karena terinsipirasi dari film pembunuhan.
APA dibunuh di rumah NF di daerah Sawah Besar, Jakarta Pusat, Kamis (5/3/2020) kemarin.
Awalnya, APA berkunjung ke rumah tersangka.
Kemudian, dia dibunuh dengan cara ditenggelamkan ke dalam bak mandi selama 5 menit.
Tak berhenti sampai di situ, tersangka NF juga mencekik leher korban.
Setelah korban lemas, korban pun diikat dan dimasukkan ke dalam lemari.
Sebelumnya, tersangka berniat membuang jenazah korban.
Namun, tersangka mengurungkan niatnya tersebut dan tetap menyimpan jenazah korban dalam lemari.
Keesokan harinya, tersangka beraktivitas seperti biasa.
Saat perjalanan menuju sekolah, tersangka memilih berganti pakaian dan menyerahkan diri ke Polsek Taman Sari, Jakarta Barat.
Selanjutnya, tersangka dilimpahkan ke Polsek Sawah Besar guna penyelidikan lebih lanjut.
Reaksi KPAI
Komisi Perlindungan Anak Indonesia ( KPAI ) menyesalkan peristiwa pembunuhan seorang anak berusia 5 tahun yang dilakukan siswi SMP berusia 15 tahun di Sawah Besar, Jakarta Pusat.
Komisioner KPAI Ai Maryati mempertanyakan pengawasan orangtua si pelaku hingga pelaku nekat membunuh tetangganya dengan keji di rumahnya sendiri.
"Di sini tidak ada peran keluarga karena di rumah biasanya ada orangtua, apakah tidak ada pantauan orangtua atau rumah itu kosong? Ini catatan krusial sehingga ada tindakan kejahatan yang mulus tanpa diketahui orang dewasa," kata Ai kepada Kompas.com, Sabtu (7/3/2020).
Menurut Ai, peristiwa tersebut sebetulnya bisa dihindari bila orangtua hadir dan mengawasi perilaku anaknya.
Ia pun meminta polisi mendalami pengawasan orang tua dalam kasus ini.
Ai juga meminta polisi mendalami motif si pelaku melakukan kejahatan keji seperti membunuh.
Ia yakin, pembunuhan itu tidak mungkin hanya didasari oleh film yang ditonton si pelaku.
"Mungkin ada kelemahan korban atau ada human interest, atau kekecewaan lain yang dilampiaskan ke anak ini, atau relasi yang powerful," ujar Ai.
Baca juga: Detik-detik Kesalahan Finalis Puteri Indonesia Lafalkan Pancasila, Profil Singkat Kalista Iskandar
Baca juga: Muncul Tiap Ramadhan di Rumah Pasutri Ini, Buaya Berjari Lima Ini Diyakini Warga Jelmaan Manusia
Baca juga: Klarifikasi Kalista Iskandar Soal Lafal Pancasila, Najwa Shihab Beri Respon Mengejutkan Soal Bamsoet
Baca juga: Terungkap di Instagram, Susi Pudjiastuti Mendadak Temui Erick Thohir, Akan Susul Ahok Jadi Bos BUMN?
Ai mengatakan, peristiwa ini merupakan pukulan telah bagi perlindungan anak karena menunjukkan lengahnya pengawasan orangtua terhadap anak hingga menimbulkan korban jiwa.
"Ini merupakan suatu pukulan telak bagi perlindungan anak karena ada hal yang luput dari pengawasan orang tua sehinggaga anak melakukan kejahatan," kata Ai. (*)