Corona Belum Tuntas, Indonesia Kembali Diserang Wabah Mematikan, 104 Meninggal dan Terbanyak di NTT

Belum usai permasalahan kasus virus Corona, pemerintah Indonesia juga ternyata sedang dipusingkan dengan kasus penularan 1 wabah mematikan lainnya

Editor: Doan Pardede
IST
VIRUS CORONA - Seorang pasien demam berdarah menjalani perawatan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cengkareng, Jakarta Barat, Rabu (3/2/2016). Belum usai permasalahan kasus virus Corona, pemerintah Indonesia juga ternyata sedang dipusingkan dengan kasus penularan 1 wabah mematikan lainnya 

TRIBUNKALTIM.CO - Masalah virus Corona atau covid-19 belum tuntas, Indonesia kembali diserang wabah mematikan, 104 orang sudah meninggal dunia dan terbanyak di Nusa Tenggara Timur (NTT).

Hingga saat ini, jumlah pasien virus Corona di Indonesia sudah ada sebanyak 34 orang.

Dari jumlah tersebut,  dua orang orang dinyatakan sembuh dan satu orang diantaranya yang diketahui warga negara asing disebut meninggal dunia.

Menurut Juru Bicara pemerintah untuk penanganan virus Corona, Achmad Yurianto, pasien yang meninggal dunia tersebut masuk ke rumah sakit dalam keadaan sakit berat.

• Anies Beri Perintah Khusus untuk PNS yang Punya Gejala Corona, Gaji dan Tunjangan Tak Akan Dipotong

• Kisah Dokter Ai Fen dan Merebaknya Corona, Andai Tak Dibungkam Mungkin Penyebarannya Tak Separah Ini

• Terjawab di Mata Najwa Tadi Malam, Achmad Yurianto Bongkar Asal Mula Pasien 27 Tertular Virus Corona

• Terlalu Berlebihan dan Bau Pilpres 2024, Sindiran Mahfud MD untuk Anies Soal Corona Dikritik Keras

Ia diketahui memiliki riwayat penyakit seperti diabetes, hipertensi, dan paru obstruksi menahun.

Namun belum usai permasalahan kasus virus Corona, pemerintah Indonesia juga ternyata sedang dipusingkan dengan kasus penularan Demam Berdarah Dengue ( DBD).

Bahkan kasus DBD di tanah air ini ratusan kali lipat lebih banyak ketimbang kasus positif virus Corona.

Pemerintah melalui Kementerian kesehatan mencatat, sejak Januari hingga 11 Maret 2020, terdapat 17.820 kasus DBD.

VIRUS CORONA -  Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi dalam konferensi pers di Kantor Kemenkes, Kuningan, Jakarta Pusat, Rabu (11/3/2020).
VIRUS CORONA - Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi dalam konferensi pers di Kantor Kemenkes, Kuningan, Jakarta Pusat, Rabu (11/3/2020). (IST)

"Jumlah kasus DBD per 11 Maret 2020 tercatat sebanyak 17.820 kasus," ujar Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Siti Nadia Tarmizi dikutip dari Kompas.com (11/3/2020).

Dari ribuan kasus DBD tersebut, diketahui 104 kasus diantaranya tercatat meninggal dunia.

Menurut Siti, kasus kematian akibat DBD paling banyak terjadi di Provinsi Nusa Tenggara Timur ( NTT).

"Ada 32 (kasus kematian) dari 104 kematian ada di Provinsi NTT. Dari jumlah itu (32 kematian di NTT), sebanyak 14 kasus di antaranya terjadi di Kabupaten Sikka," terang Siti.

• Ibarat Kecepatan Pesawat Canggih yang Mendahului Suara, Begini Penularan virus Corona dari Wuhan

• China Bangun rumah sakit untuk Pasien virus Corona di Wuhan Hanya 6 Hari, Terungkap Ini Rahasianya

Adapun 10 provinsi di Indonesia yang paling banyak ditemukan kasus DBD, diantaranya sebagai berikut;

1. Lampung (3.423 kasus)

2. NTT (2.711 kasus),

3. Jawa Timur (1.761 kasus),

4. Jawa Barat (1.420 kasus),

5. Jambi (703 kasus),

6. Jawa Tengah (648 kasus),

7. Riau (602 kasus),

8. Sumatera Selatan (593 kasus),

9. DKI Jakarta (583 kasus) dan

10. NTB (558 kasus).

• Khawatir virus Corona Pesawat Batik Air Dikarantina Selama 14 Hari Usai Terbang dari Wuhan China

• Sudah Koordinasi dengan rumah sakit, Polda Kaltim Sebut Belum Ditemukan Pasien Suspect virus Corona

Diketahui penyakit DBD ini memang sangat berbahaya karena bisa menyerang organ dalam tubuh yang memicu komplikasi dan menyebabkan kematian.

Melansir dari Mayo Clinic, komplikasi utama yang sering terjadi saat terserang DBD adalah kerusakan pembuluh darah dan kelenjar getah bening.

Selain itu, ada juga pendarahan organ dalam yang ditandai dengan mimisan, gusi berdarah, badan mudah memar tanpa sebab, hingga BAB berdarah.

Nah, perdarahan di dalam organ tersebut lambat laun dapat menyebabkan syok akibat tekanan darah yang menurun drastis dalam waktu singkat.

Syok disini bukan berarti kaget, tetapi sudah sampai tahap yang lebih parah.

Jika itu yang dialami, artinya penyakit demam berdarah sudah masuk kategori dengue shock syndrome (DSS).

Ini adalah jenis demam dengue yang paling parah dan bisa menyebabkan gagal jantung dan gagal ginjal, Bahkan kemungkinan berujung pada kematian.

Ditahap ini pasien demam berdarah dengue bisa mengalami kebocoran plasma.

Melihat keterangan kasus tersebut, adabaiknya kita mencegah kedua penularan virus, baik itu virus Corona maupun DBD dengan menjalani gaya hidup sehat dan menjaga kebersihan lingkungan.

• Batal Lawan Inter Milan di Liga Italia Pekan Ini, Juventus Karantina Pemainnya Akibat virus Corona

• Inilah 6 Kota di Indonesia Disebut Masuk Zona Kuning Penyebaran virus Corona, Kemenkes: Tidak Benar

• Ekspresi Mahfud MD Joget TikTok Tangkal virus Corona, Tak Kalah dengan Anies, Ganjar, Ridwan Kamil

• Gara-gara virus Corona, Jumlah Penumpang di Bandara SAMS Balikpapan Turun 1.000 Orang/Bulan

Artikel ini telah terbit sebelumnya di https://health.grid.id/read/352058576/indonesia-darurat-infeksi-virus-total-34-kasus-positif-covid-19-dan-104-orang-meninggal-karena-dbd?

Sumber: Grid.ID
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved