Virus Corona

Cerita Perawat Pasien Virus Corona, 'Anak-anak Terpaksa Kami Pindahkan ke Tempat Neneknya'

Perawat Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta, Muji Raharjo khawatir keselamatan diri dan keluarga saat merawat pasien terinfeksi virus corona

EPA-EFE/XIONG QI/XINHUA via Kompas.com
ILUSTRASI - Terinfeksi Corona Tanpa Gejala, Mempercepat Penyebaran Covid-19, Screening di Bandara Tak Efektif 

TRIBUNKALTIM.CO, JAKARTA - Perawat Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta, Muji Raharjo buka-bukaan saat dirinya merawat pasien terinfeksi virus corona. 

Ia mengaku, dirinya khawatir dengan keselamatan diri dan keluarga. 

Hal tersebut diungkapkan Muji dalam acara Mata Najwa Trans7 yang kemudian diunggah di kanal YouTube Najwa Shihab, Kamis (26/3/2020).

"Kami secara manusiawi jelas sangat terpengaruh dengan kondisi seperti ini, jadi kami juga merasakan kegelisahan yang sama," ujar Muji.

Namun, ia merasakan sedikit kelegaan lantaran pihak rumah sakit di mana ia bekerja memberikan dukungan kepadanya dan teman-teman yang lain.

Pihak rumah sakit di mana Muji bekerja juga memberikan Alat Perlindungan Diri (APD) bagi pekerja medis.

"Tapi kebetulan di rumah sakit, kami sangat disupport oleh pimpinan di rumah sakit kami."

"Terutama APD ini karena hasil laboratorium yang diperiksakan ini juga lama hasilnya."

"Jadi kami pasti melakukan pemakaian APD yang lengkap pada pasien-pasien yang memang dicurigai atau istilahnya kami merawat pasien PDP," ungkapnya.

 

Seputar Virus Corona
Seputar Virus Corona (Grafis Tribunnews.com/Ananda Bayu S)

Lantaran merawat pasien yang diduga terpapar virus corona, ia dan petugas medis lainnya harus memastikan keamanan untuk melindungi badan mereka.

"Jadi kami harus yakin, kami memakai APD yang lengkap untuk merawat-merawat pasien tersebut," terangnya.

Muji mengungkapkan, sebenarnya memakai APD bukanlah sesuatu yang nyaman.

Menurutnya, saat ia memakai APD terasa seperti berada di dalam sauna.

"Betul (tidak nyaman), apalagi rumah sakit-rumah sakit yang awalnya belum didesain untuk ruang isolasi."

"Jadi kami tetap memakainya walaupun seperti mandi sauna, demi keamanan, kami harus memakainya," tegasnya.

Selain itu, setelah berada di rumah sakit dan merawat pasien, ia harus sesering mungkin mencuci tangannya memakai sabun.

Setelah ia pulang, Muji harus mandi besar untuk memastikan badanya bersih dari segala virus.

"Jadi kami harus sesering mungkin cuci tangan, pakai sabun."

"Kemudian kami pastikan, kalau kami pulang, kami harus mandi besar mulai dari keramas, mandi pakai sabun."

"Semuanya (dilakukan) supaya kami semuanya aman," terangnya.

Muji juga mengatakan, bahwa pihak keluargnya turut merasakan kekhawatiran.

Apalagi sang istri juga merupakan seorang radiografer yang melayani pasien yang terindikasi virus corona.

"Kalau keluarga deg-degan, karena kebetulan istri juga seorang radiografer ada di rumah sakit, jadi melayani PDP (juga)." jelas Muji.

Lantaran tugasnya dan sang istri berisiko terpapar virus corona, ia memutuskan untuk menitipkan anak-anaknya ke orangtuanya.

Hal itu dilakukan Muji untuk menjaga jarak aman dengan anak-anaknya.

"Untuk keamanan kami supaya kami tenang, kami memikirkan keluarga juga supaya tenang."

"Ya ini anak-anak dengan terpaksa kami pindahkan ke tempat neneknya," terang Muji.

Ia mengatakan telah mengungsikan anak-anaknya selama kurang lebih satu minggu belakangan.

Sulit Minta Tolong

Terbongkar di Mata Najwa, ini perlakuan ke pasien Virus Corona di ruang isolasi, sulit minta tolong.

Penyebaran Virus Corona atau covid-19 di Indonesia jadi tema pembahasan di acara Mata Najwa, yang dipandu Najwa Shihab.

Seorang dokter membeberkan perlakuan yang diterima ayahnya yang juga seorang dokter kala dirawat di ruang isolasi.

Sang ayah diduga kuat terjangkit Virus Corona atau covid-19.

Guru Besar Epidemiologi FKM Universitas Indonesia (UI) Prof. Dr. dr Bambang Sutrisna telah meninggal seusai sakit pasca merawat seorang pasien positif covid-19.

Anak dr. Bambang Sutrisna, dr. Leonita Triwachyuni menceritakan momen-momen terakhir ayahnya, mulai dari jatuh sakit hingga menghembuskan nafas terakhir.

 Rawat Pasien Virus Corona, Ini Trik Dokter Spesialis Paru Agar Tak Tertular, Tapi Anak Istri Bahaya

 Wabah Virus Corona, Rupiah Hampir Rp 17 Ribu Per Dolar, Indonesia Krisis? Simak Uraian Sri Mulyani

Pada acara Mata Najwa, Rabu (25/3/2020), awalnya Leonita menceritakan awal mula ayahnya mulai menunjukkan gejala sakit.

Leonita mengatakan sejak Minggu (22/3/2020), ayahnya tersebut mulai merasakan sesak napas yang parah, disertai batuk-batuk.

Kakak Leonita akhirnya menelpon dirinya, dan mengatakan bahwa ayahnya tersebut minta untuk diantar berobat ke rumah sakit.

"Papi sakit nih, minta tolong dianterin, tadinya Papa masih enggak mau ke rumah sakit," ujarnya.

Leonita lanjut bercerita, akhirnya suaminya lah yang mengantarkan ayahnya pergi berobat ke rumah sakit.

"Akhirnya yang anterin suami aku, terus diantar ke sana tanggal 22 pagi.

Kemudian dirawat, diisolasi, di situ kita enggak dapat kabar apapun mengenai Papa," katanya.

Selama sakit, dan diisolasi, Leonita mengatakan mendiang ayahnya selalu menelpon dirinya, sembari mengeluhkan badannya yang sakit.

"Papa selalu bilang Noni tolong-tolongin Papi Noni, Papi sesak, Papi kedinginan," tutur Leonita.

Leonita merasakan kesedihan, dan kesepian yang dialami ayahnya, sebab dalam ruang isolasi di rumah sakit.

Tidak terdapat orang lain, selain ayahnya tersebut, perawat pun hanya mengamati lewat CCTV.

"Memang agak susah minta tolong," ucapnya.

Leonita mulai merasa sedih merasakan kepergian mendiang ayahnya.

Suaranya mulai terbata-bata ketika mengenang ayahnya yang ia kenal kuat, kala itu justru terus mengeluh tentang kondisi kesehatannya.

"Papah bukan orang yang rewel, jadi ketika dia bilang Non tolong, itu saya sudah tahu ini pasti bahaya," ucap Leonita.

Leonita mengatakan setibanya dirinya di rumah sakit pada Senin (23/3/2020), ia tetap tidak bisa masuk ke ruang isolasi melakukan kontak dengan ayahandanya.

Hingga ayahnya meninggal pun, Leonita mengaku tidak bisa bertemu langsung dengan ayahnya.

"Di situ kita tidak bisa lihat papa juga, karena ruang tunggu itu di luar ruang isolasi, ada pintu-pintu berlapis-lapis.

Lihat lewat jendela pun tidak kelihatan apa-apa," tuturnya.

Leonita mengatakan hingga saat ini belum keluar hasil pemeriksaan ayahnya, apakah positif atau negatif covid-19.

 Bukan Juni, Ahli Beber Virus Corona Berakhir Cepat Sebelum Idul Fitri, Ini Saran Ustadz Abdul Somad

Curahan Kesedihan Leonita: Meninggal, Sesak Sendirian

Sebelumnya, Leonita telah mencurahkan kesedihannya melalui stories akun Instagram miliknya @nonznonz, Senin (23/3/2020).

Awalnya Leonita bercerita soal awal mula ayahnya diduga terpapar covid-19.

Ia menceritakan bagaimana ayahnya pernah merawat seorang pasien.

Setelah diketahui, pasien tersebut ternyata seorang suspect covid-19 yang memaksa pulang dari rumah sakit sebelumnya.

Seusai merawat pasien tersebut, Leonita bercerita kondisi ayahnya mulai memburuk, hingga akhirnya harus dirawat ke rumah sakit, dan meninggal karena kondisi kesehatan yang tak membaik.

"Dibawa ke RS, sesak ga membaik, saturasi terus turun, RJP, inkubasi, dan meninggal," kata Leonita dalam unggahan instagram miliknya.

Leonita bercerita bagaimana ayahnya yang kesakitan sendirian, sampai menelpon dirinya, dan suaminya untuk meminta bantuan.

"Meninggal sendirian, sesak sendirian," kata Leonita.

"Tahu apa yang Papa lakukan pas sesak tadi malam? Telepon anak dan menantunya, minta tolong," sambungnya.

Berkaca dari kejadian ayahnya, Leonita terus mengimbau agar orang-orang sadar akan bahaya penularan covid-19.

"Jadi selama kalian punya hidup yang kalian hargai, punya keluarga yang kalian kasihi yang masih hidup, please jangan menambah penyebaran virus," jelas Leonita.

Seusai kejadian malang yang menimpa ayahnya tersebut, Leonita yang juga bekerja sebagai tenaga medis mulai menjadi paranoid untuk bertemu orang tua, karena takut menjadi penular.

"Marah??

Jelas saya marah karena ada orang-orang egois macam kalian yang ga mau nurut dan bawa penyakit buat keluarga kita," kata Leonita.

 Mirip Perang, Ngerinya Situasi Saat Petugas Medis Kewalahan Tangani Corona, yang Layak Hidup Dipilih

Leonita meminta masyarakat untuk peka terhadap bahaya nyata yang ditimbulkan oleh covid-19.

"Sungguh bukannya mau menakut-nakuti, tapi kalian bayangkan kalau keluarga kalian sesak nafas, dan telepon-telepon kalian sambil minta tolong karena sesak, gimana perasaan kalian?" tulis Leonita.

Hingga ayahnya meninggal pun Leonita tidak bisa melihat jasad ayahnya.

Leonita bercerita terkahir kali keluarganya melihat wajah ayahnya adalah saat ayahnya itu masuk ke ruang isolasi.

"Foto dimakamkan? Foto jenazah dimandikan? Jelas enggak ada," tulisnya.

Pada unggahan stories selanjutnya, Leonita terus menekankan betapa pentingnya social distancing, dan menyadari betul bahaya dari covid-19. (Tribunnews.com/Nanda Lusiana Saputri)

IKUTI >> Update Virus Corona 

(*)

Artikel ini telah tayang di Tribunwow.com dengan judul Putri Mendiang Guru Besar UI Kenang Ayahanda pasca Jadi PDP Corona: Papi Sesak, Papi Kedinginan, https://wow.tribunnews.com/2020/03/26/putri-mendiang-guru-besar-ui-kenang-ayahanda-pasca-jadi-pdp-corona-papi-sesak-papi-kedinginan?page=all.

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved