Virus Corona

WHO Uji Coba Pasien Pertama Obat Corona, Bagaimana Kondisinya Setelah Minum Obat covid-19?

WHO uji coba pasien pertama obat Corona, bagaimana kondisinya setelah minum obat covid-19?

TRIBUN KALTIM/FACHMI RACHMAN
ILUSTRASI - WHO uji coba pasien pertama obat Corona, bagaimana kondisinya setelah minum obat covid-19? 

TRIBUNKALTIM.CO - WHO uji coba pasien pertama obat Corona, bagaimana kondisinya setelah minum obat covid-19?  .

Penelitian untuk mencari obat corona atau covid-19 terus dilakukan. 

Pekan lalu Organisasi Kesehatan Dunia ( WHO ) sudah melakukan uji coba terhadap pasien pertama virus Corona

Pada Jumat (27/3/2020) lalu Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan sudah ada pasien pertama dalam uji 'Solidarity'.

Diketahui sebelumnya WHO menunjukkan sejumlah negara untuk melakukan uji coba obat yang potensial untuk Covid-19.

Pasien pertama yang terdaftar dalam uji coba berada di Universitas Oslo di Norwegia.

 Urutan 2 Virus Corona di Bawah Jakarta, Ridwan Kamil Tunggu Restu Jokowi untuk Lockdown Jawa Barat

 Telegram Polisi, Jajaran Idham Azis Bersiap Jakarta Lockdown, Keluar Masuk Akan Dijaga TNI - Polri

"Ini adalah uji coba bersejarah yang secara dramatis akan memangkas waktu yang diperlukan untuk menghasilkan bukti kuat terkait khasiat obat-obatan ini," kata Tedros, dilansir CNN pada Jumat (27/3/2020).

"Lebih dari 45 negara berkontribusi pada uji coba dan lebih banyak menyatakan minat," kata Tedros.

"Semakin banyak negara yang bergabung dalam uji coba, semakin cepat kita akan mendapatkan hasil," imbuh dia.

Pekan lalu WHO mengumumkan mereka akan menyelenggarakan uji coba ini.

Tujuannya adalah membuat pendekatan hasil pengobatan Covid-19 di sejumlah negara.

Setelah itu membandingkan data untuk menentukan perawatan yang paling efektif.

Saat pengumuman itu dirilis, banyak negara yang menyatakan sikap dan tertarik.

Beberapa diantaranya adalah Argentina, Bahrain, Kanada, Prancis, Iran, Norwegia, Afrika Selatan, Spanyol, Swiss, dan Thailand.

Sementara itu, ada empat obat yang diujikan tersebut.

"Senyawa antivirus eksperimental yang disebut remdesivi, obat malaria chloroquine dan hydroxychloroquine, kombinasi dua obat HIV lopinavir dan ritonavir."

"Dan kombinasi yang sama ditambah interferon-beta, suatu penyampai sistem kekebalan yang bisa membantu melumpuhkan virus," jelas Dijen Kesehatan Malaysia, Noor Hisham Abdullah.

Satu diantara obat yang muncul adalah Remsedivir, obat anti virus yang dikembangkan untuk Ebola, menurut Cen Asc.

Namun ketika periode Ebola itu terjadi, obat ini juga tidak banyak menunjukkan keberhasilan.

Sementara itu, sejumlah penelitian pada virus corona sudah menunjukkan hasil awal.

Namun para ahli penyakit menular memperingatkan data yang telah ada tidak bisa menjawab pertanyaan, apakah remdesivir bisa bekerja pada Covid-19.

Selain itu, anti virus ini atau remsedivir tidak memiliki rekam jejak untuk menyembuhkan virus corona.

Dimana mungkin virus ini lebih berbahaya daripada virus RNA lainnya.

Namun sebuah penelitian oleh University of North Carolina, Chapel Hill, menunjukkan hasil yang berbeda.

Dalam tabung percobaan dan penelitian pada hewan, obat ini bisa menghambat virus corona yang menyebabkan SARS dan MERS.

Fakta ini didukung laporan kasus dari The New England Journal of Medicine.

Jurnal ini melaporkan pasien pertama dengan COVID-19 di AS menunjukkan peningkatan yang signifikan pada gejalanya.

Ini terjadi selang beberapa jam setelah minum obat.

Bagaimana Kerja Remdesivir?

Sebelumnya, virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan penyakit Covid-19 merupakan virus yang menyerang RNA.

Dilansir Medicine Net, RNA adalah molekul pembantu pembentukan DNA pada saat proses sintesis protein pada gen.

Satu diantara virus RNA, yakni SARS-CoV-2, membutuhkan enzim polymerase untuk membentuk rantai RNA.

Remdesivir bekerja mengganti unsur penting yang dibutuhkan oleh enzim RNA polymerase, sehingga rantai RNA tidak dapat terbentuk.

Mudahnya, ibaratkan polymerase adalah mesin pembuat mi.

Tentu untuk membuat mi menggunakan mesin butuh adonan.

Redemsivir diibaratkan adonan palsu, seperti halnya plastisin mainan anak-anak.

Jadi bila adonan mainan ini dimasukkan ke dalam mesin pembuat mie, maka mie yang dihasilkan tentu tidak bisa dikonsumsi.

Artinya obat ini dirancang untuk memperlambat infeksi sel-sel sehat dengan menghalangi replikasi virus, dilansir Al Jazeera.

 Sekilas Menyeramkan, Ilmuwan India Akhirnya Rilis Penampakan Virus Corona, Terlihat Punya Tangkai

Gejala Virus Corona

Masih dikutip dari BBC, virus corona sejatinya merupakan virus yang menginfeksi paru-paru.

Gejala awal dimulai dengan demam diikuti oleh batuk kering, yang dapat menyebabkan masalah pernapasan.

Biasanya, penderita akan mengalami batuk secara terus menerus lebih dari satu jam.

Para ilmuwan mengatakan, virus corona biasanya membutuhkan rata-rata lima hari untuk mulai menunjukkan gejalanya.

Akan tetapi, beberapa orang akan mendapatkan gejala lebih lama dari rata-rata tersebut.

Bahkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan masa inkubasi berlangsung hingga 14 hari.

Spesialis telinga, hidung dan tenggorokan (THT) di Inggris juga telah memperhatikan meningkatnya laporan anosmia - istilah untuk kehilangan penciuman.

Dan semakin banyak orang di media sosial melaporkan hilangnya indera penciuman dan rasa.

Beberapa telah dinyatakan positif memiliki virus corona.

Namun, bukti sejauh ini hanya anekdotal dan virus di balik flu biasa sering menyebabkan indera penciuman dan / atau rasa yang hilang.

Orang-orang akan paling menular ketika mereka memiliki gejala, tetapi ada beberapa saran yang dapat menyebarkan virus bahkan sebelum mereka sakit.

Gejala awal dapat dengan mudah dikacaukan dengan pilek dan flu musiman.

 Cegah covid-19, Bupati Mahulu Bagikan 10 Ribu Vitamin dan Turut Semprot Disinfektan Massal

 Petugas Medis Juga Kena Virus Corona, Dokter Spesialis Paru Ungkap Penyebab, Salah Satunya Berjemur

Ilustrasi Virus Corona. China mewaspadai gelombang baru infeksi covid-19.
Ilustrasi Virus Corona. China mewaspadai gelombang baru infeksi covid-19. (KOLASE FREEPIK.COM)

IKUTI >> Update Virus Corona

(*)

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Pasien Pertama Uji Coba Obat Covid-19 dari WHO Ada di Norwegia, https://www.tribunnews.com/corona/2020/03/30/pasien-pertama-uji-coba-obat-covid-19-dari-who-ada-di-norwegia?page=all.

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved