Virus Corona

Sudah Lewat Prediksi Puncak Corona, Kasus Infeksi Covid-19 di Italia Belum Reda, Ini Kata Ahli

Sudah lewat prediksi puncak Corona, kasus infeksi covid-19 di Italia belum reda, ini kata ahli.

rte.ie
CORONA DI ITALIA - Korban meninggal dunia akibat virus corona di Italia 

TRIBUNKALTIM.CO - Sudah lewat prediksi puncak Corona, kasus infeksi covid-19 di Italia belum reda, ini kata ahli.

Hingga saat ini Italia menjadi negara yang paling terdampak buruk virus Corona di Eropa.

Lebih dari 10 ribu orang meninggal dunia akibat covid-19 di Italia.

Meski sudah lockdown lebih dari dua pekan, dampak virus Corona di Italia tak kunjung berkurang.

Bahkan warga Italia mulai dilanda kelaparan dan tak punya uang buat membeli makanan, hingga akhirnya nekat menjarah supermarket.

Sebuah tim ahli penyakit menular dan komputer di Universitas Genoa mengatakan telah menyusun model prediksi evolusi covid-19 dengan margin kesalahan yang masih dapat ditorelir.

Kapan Paling Cepat Corona di Indonesia Berakhir Perlahan Terjawab, Prediksi 6 Peneliti Hampir Serupa

Setelah Serangan Virus Corona di Indonesia Usai, Jokowi akan Beri Libur dan Fasilitas Mudik ke Warga

Tanggulangi Penyebaran Virus Corona,Paket Internet Gratis Seharusnya Jadi Prioritas utama Pemerintah

Bagi-bagi Sembako, Via Vallen Ajak Masyarakat Bantu Tetangga yang Susah Karena Wabah Virus Corona

Model itu menunjukkan bahwa dalam hal infeksi harian baru, kasus akan memuncak antara 23-25 Maret 2020 yang mana dalam hal ini sudah terlewati.

Namun, sama seperti laporan dari pakar AS, kelanjutan dari puncak wabah bergantung pada kebijakan pemerintah Italia dan bagaimana perilaku orang Italia itu sendiri.

Italia telah menerapkan lockdown sampai tanggal 25 Maret kemarin.

Namun sekolah dan lembaga publik masih akan ditutup sampai setidaknya 3 April mendatang.

Seorang profesor dari Universitas Genoa, Giorgio Sestili memperingatkan bahwa mencapai puncak wabah bukan berarti kondisinya sudah selesai.

"Mencapai puncak berarti menandakan wabah mulai menurun dan dalam beberapa hari kemudian, Anda akan menemukan titik jenuh dari kasus-kasus perawatan intensif."

Meski begitu, prediksi puncak wabah ini akan menjadi tidak sama di antara 22 wilayah di Italia.

Dilansir dari The Local, Dewan Riset Nasional Italia (CNR) berharap adanya pengurangan yang signifikan dalam tingkat pertumbuhan infeksi baru di Lombardy sekitar Milan pada Selasa atau Rabu mendatang.

Di wilayah utara Italia, sebanyak 10 juta orang telah menjadi pusat krisis wabah virus Corona sejak awal dan sudah melakukan lockdown sejak 8 Maret lalu.

Dan kini, infeksi mulai meningkat di Selatan Italia, tempat di mana banyak orang Italia pindah setelah dimulainya tindakan pengendalian di Utara.

Pihak CNR sendiri memperkirakan angka-angka di seluruh Italia akan mulai stabil antara 25 Maret sampai 15 April mendatang.

Namun prediksi itu masih belum pasti. "Sebagian besar faktor berpengaruh dan terus menerus dikalibrasi ulang sesuai dengan data terbaru yang ada," kata pihak CNR dalam sebuah pernyataan.

Giorgio Sestili juga melaporkan pada Harian Avvenire bahwa langkah-langkah penahanan wabah dan penghindaran munculnya wabah di Italia bagian tengah dan Selatan sangat penting dilanjutkan.

Sementara itu, Giovanni Rezza, Kepala Departemen Penyakit Menular di Institut Kesehatan Nasional Italia (ISS) mengatakan bahwa pembicaraan tentang puncak wabah nasional sangat tidak masuk akal.

"Tidak mungkin membuat prediksi karena epidemi itu muncul seperti bintik-bintik pada macan tutul di beberapa tempat dan tidak sekaligus," kata Rezza kepada radio Italia.

Dia mengatakan yang terburuk telah berakhir di Provinsi Lodi, tempat virus pertama kali muncul di Tenggara Milan, sementara di Brescia dan Bergamo di Timur Milan situasinya semakin memburuk.

Pierluigi Lopalco, seorang ahli epidemiologi di Universitas Pisa mengatakan bahwa seluruh warga harus saling berhati-hati. "Model prediksi untuk virus Corona seperti prakiraan cuaca," kata Lopalco di Twitter.

"Mereka bagus selama 24 jam, mereka baik-baik saja selama 48 jam ke depan, tetapi mereka tidak lagi dapat diandalkan untuk 72 jam berikutnya." Pungkasnya.

Suasana Mencekam di Italia

Mengutip Kompas.com yang melansir AFP Minggu (29/3/2020), wabah virus Corona adalah kondisi darurat yang dihadapi Italia sejak Perang Dunia II silam.

Secara perlahan, lockdown yang sudah berlangsung selama tiga pekan itu sudah menggerus ekonomi terbesar ketiga di Uni Eropa tersebut.

Rasa putus asa itu dilaporkan mulai dirasakan oleh penduduk di Region Sisilia, salah satu daerah berkembang di Negeri Pizza.

Hingga membuat polisi bersenjatakan tongkat dan senjata api terpaksa bergerak melindungi supermarket di Sisilia, Italia, buntut laporan adanya penjarahan.

Berdasarkan pemberitaan harian La Repubblica, sekelompok orang memasuki supermarket di Palermo dan pergi tanpa membayar.

"Kami tidak punya uang untuk membayar. Kami butuh makan."

Begitulah teriakan salah seorang dari kelompok tersebut kepada petugas kasir.

Di kota lain di Sisilia, Corriere della Sera memberitakan pemilik toko kecil ditekan oleh penduduk sekitar untuk memberi makanan.

Corriere menulis bahwa "bom waktu" tengah berdetak di region berpopulasi lima juta, dan mencatat 57 korban tewas karena covid-19.

Kekhawatiran disuarakan oleh Giuseppe Provenzano, menteri yang mengurus daerah selatan Italia, kepada harian La Repubblica.

"Saya takut kekhawatiran yang diutarakan masyarakat, kesehatan, pemasukan, hingga masa depan, bakal berubah menjadi kemarahan jika krisis ini terus berlanju," terangnya.

Jumlah Orang Positif virus Corona di Amerika Tertinggi di Dunia, Lampaui Italia, Trump Ragukan China

Jurnalis AFP yang berada di lokasi mengabarkan, empat polisi berpakaian lengkap berjaga di depan salah satu supermarket di Palermo.

Mereka berjaga dalam diam di tengah hari hujan, dengan tangan berada di belakang, serta wajah mereka yang tertutup topeng hijau.

Mereka tidak berinteraksi dengan para pengunjung, dengan sikap diam mereka seolah menunjukkan pemerintah masih menguasai situasi.

Carmelo Badalamenti, warga setempat yang mendorong troli merah berisi barang belanjaannya, mengecam sikap yang ditunjukkan pelaku.

"Melakukan penjarahan di toko bahan kebutuhan pokok tidak akan menyelesaikan apa pun," ujar dia.

Di Roma, Perdana Menteri Italia Giuseppe Conte sudah menyadari hal itu.

Karena itu, dalam pernyataan yang ditayangkan televisi Sabtu malam (28/3/2020), dia menjanjikan voucher bagi yang tak bisa membeli makanan.

"Kami tahu kalian menderita.

Tapi negara tetap hadir," tegas dia. Roma mengucurkan dana 400 juta euro (Rp 7,2 triliun) untuk program pangan darurat.

Jadi Kontroversi, Pemain Inter Milan dan Juventus Bisa Pulang Kampung Meski Italia Lockdown

Lebih dari 10 ribu orang meninggal dunia

Korban meninggal akibat virus Corona di Italia mencapai lebih dari 10.000 orang, meski sudah menjalani lockdown selama 16 hari.

Selama 24 jam terakhir, Negeri "Pizza" mencatatkan 889 angka kematian, sehingga total korban meninggal mencapai 10.023 orang.

Kini, pemerintah setempat mempertimbangkan untuk memperpanjang masa lockdown yang seharusnya berakhir pada Jumat pekan depan (3/4/2020).

"Apakah ini waktu yang tepat membuka kembali negara? Saya kira kami harus memikirkannya secara matang," kata kepala perlindungan sipil, Angelo Borrelli.

Dilansir AFP Sabtu (28/3/2020), Borrelli mengatakan saat ini pihaknya harus bisa membatasi seminimal mungkin pergerakan untuk menyelamatkan banyak nyawa.

Italia sempat berharap bahwa tren wabah virus Corona bakal menurun setelah angka kematian harian melambat pada 22 Maret lalu.

Tetapi pada Jumat (27/3/2020), mereka membukukan 969 kematian, menjadi jumlah tertinggi yang dicatat Roma, membuyarkan asa negara itu.

4 Artis Indonesia yang Kena Dampak Wabah Corona di Luar Negeri, Ada yang Terjebak Lockdown di Italia

Pada Sabtu malam waktu setempat, Perdana Menteri Giuseppe Conte menyatakan bahwa warga harus siap jika diminta di rumah lebh lama.

"Jika mereka memahami, tentunya mereka tidak akan terburu-buru ingin kembali memulai hidup normal," kata Conte dalam pidato yang disiarkan televisi.

Titik Kritis dalam sejarah

Zona Eropa diprediksi bakal memasuki resesi dalam beberapa bulan mendatang.

Tetapi, Italia terancam menghadapinya lebih dulu setelah menutup hampir semua bisnis pada 12 Maret.

Sejumlah prediksi menyebut Negeri Pizza, negara dengan ekonomi terbesar ketiga di zona pengguna euro, bosa mengalami kontraksi tujuh persen pada tahun ini.

Produk Domestik Bruto (GDP) negara itu sempat menyusut 5,3 persen pada 2009, Conte memperingatkan para pemiimpin Eropa di ambang bahaya jika melakukan "kesalahan tragis".

virus Corona di Italia, Perawat Bunuh Diri hingga Gambaran Situasi Lebih Parah dari Perang Dunia II

"Saya mewakili negara yang paling menderita, dan saya tidak bisa menunda-nunda," tegas PM yang menjabat sejak 1 Juni 2018 tersebut.

Otoritas kesehatan menuturkan, jumlah mortalitas karena covid-19 bisa bertambah karena ada panti jompo yang tak melaporkan jika ada yang meninggal.

Belum lagi jumlah mereka yang meninggal di rumah.

"Ini sesuatu yang berbeda dari krisis 2008.

Kami berada di titik kritis dalam sejarah Eropa," tutupnya.

(*)

IKUTI >> Update virus Corona

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Prediksi Puncak Wabah Corona Sudah Lewat, Italia Masih Belum Stabil
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved