Virus Corona
Achmad Yurianto Terang-terangan Bicara Perbedaan Data Virus Corona, Sempat Salah Sebut di Kaltim
Juru bicara pemerintah penanganan covid-19, Achmad Yurianto bicara perbedaan data Virus Corona di pusat dan daerah, sempat salah sebut di Kaltim
TRIBUNKALTIM.CO - Mendadak Juru bicara pemerintah penanganan covid-19, Achmad Yurianto bicara perbedaan data Virus Corona di pusat dan daerah, sempat salah sebut di Kaltim.
Akhirnya Achmad Yurianto memberikan penjelasan terkait perbedaan data kasus Virus Corona yang diumumkan Pemerintah pusat dengan daerah.
Sebelumnya Achmad Yurianto sempat salah sebut jumlah kasus baru Virus Corona di Kaltim.
Saat itu, Achmad Yurianto menyampaikan ada tambahan 6 kasus positif covid-19 baru di Kaltim.
Namun, ternyata, hal tersebut keliru dan langsung diklarifikasi Dinkes Kaltim.
Gugus Tugas Percepatan Penanganan covid-19 Nasional mengaku salah dalam hal penyampaian data sebelumnya dan segera diklarifikasi oleh Dinas Kesehatan ( Dinkes) Kaltim.
• Bagaimana Pola Pendataan Warga Terdampak Pandemi Corona?Ini Penjelasan Ketua DPRD Kaltim Makmur HAPK
• Terungkap Penyebab Data Kasus Virus Corona Daerah dan Kemenkes Beda, BNPB Singgung Soal Transparansi
• Karni Ilyas Sorot Kejanggalan Data Korban Covid-19 yang Dirilis Pusat, Ketahuan Pemerintah Kewalahan
Penambahan kasus baru positif Virus Corona di Kaltim hanya sebanyak satu kasus, bukan 6 kasus seperti disampaikan sebelumnya.
Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinkes Kaltim, Andi M Ishak memohon maaf, karena telah terjadi kesalahan penyampaian data yang bersumber langsung dari Gugus Tugas Percepatan Penanganan covid-19 Nasional.
“Ada kesalahan penyampaian data, bukan 6 kasus positif Virus Corona.
Tapi, hanya satu penambahan kasus positif Virus Corona di Kaltim,” ujarnya saat melakukan konferensi pers tentang perkembangan Virus Corona melalui aplikasi zoom, pada Minggu (5/4/2020) malam.
“Untuk itu, kami memohon maaf apabila ada kekeliruan tersebut.
Dan kita perlu maklum dengan adanya kekeliruan ini.
Untuk itu, nantinya Gugus Tugas Percepatan Penanganan covid-19 Nasional akan memperbaikinya besok,” tuturnya.
Atas kekeliruan itu, lanjut Andi, konferensi pers yang biasanya dilaksanakan paling lambat pukul 18.00 WITA, diundur sampai pukul 19.00 WITA.
“Itulah mengapa kita terlambat melakukan konferensi pers, sebab kita harus mengklarifikasi dulu.
Kemudian, memastikan lagi dan cross chek ulang atas apa yang nantinya akan kita sampaikan ke publik.
Berulang kali kita lakukan itu, agar informasi yang kita keluarkan tidak keliru,” tuturnya.
• Terungkap Penyebab Data Kasus Virus Corona Daerah dan Kemenkes Beda, BNPB Singgung Soal Transparansi
Penjelasan Achmad Yurianto
Melansir TribunWow.com, Achmad Yurianto pertama memastikan data positif Virus Corona yang dirilis oleh pemerintah pusat merupakan hasil dari pemeriksaan swab, bukan hasil rapid test.
Sedangkan data positif dari rapid test, menurut Achmad Yurianto hanyalah merupakan tes awal sebelum dilakukan pemeriksaan kedua, yaitu tes swab dengan metode VCR.
Achmad Yurianto juga menegaskan bahwa data positif Virus Corona didapat dari hasil tes swab yang dilakukan oleh laboratorium yang telah ditunjuk oleh pemerintah pusat melalui Litbangkes.
Hal itu dikatakan Achmad Yurianto dalam acara Prime Talk yang tayang di kanal Youtube metrotvnews, Senin (6/4/2020).
"Data yang kami miliki adalah data yang kami dapat dari laboratorium yang kami tunjuk," ujar Achmad Yurianto.
"Dan laboratorium itu adalah laboratorium yang sudah ditentukan oleh Litbangkes," jelasnya.
• Update Data Pusat Salah! Tambahan Positif Corona Daerah Ini Bengkak 6 Kali Lipat, Faktanya Beda Jauh
Achmad Yurianto kemudian menanyakan dari mana data positif Covid-19 hasil tes swab pada setiap daerah.
Menurutnya, jika bersumber dari laboratorium yang sama, secara otomatis datanya tentu tidak akan mengalami perbedaan.
Maka dari itu ketika ada perbedaan data, menurut Yurianto berarti ada dua kemungkinan yang menjadi penyebabnya.
Kemungkinan pertama adalah ada laboratorium di suatu daerah yang belum terdaftar di pemerintah pusat.
Atau kemungkinan kedua adalah adanya perbedaan waktu dalam pencatatan atau pengiriman data.
"Saya tanyakan data positif VCR daerah itu sumbernya dari mana?" kata Achmad Yurianto.
"Oleh karena itu kalau ada perbedaan apakah ada laboratorium yang digunakan dan kemudian belum terdaftar di kita, atau perbedaan itu karena perbedaan pencatatan waktu," pungkasnya.
Simak videonya mulai menit ke-13.12
• Salah Input Data di Pusat, Dinkes Kaltim Klarifikasi Tambahan Pasien Positif Covid-19 Bukan 6 Orang
Contoh Perbedaan Data Pemerintah Pusat dan Daerah
Dengan adanya perbedaan data kasus Virus Corona tentu menjadi pertanyaan besar, data mana yang benar dan akurat.
Terlebih perbedaan data tersebut bisa sampai puluhan kasus.
Dalam acara 'Prime Talk' yang tayang di Youtube Metrotvnews, Senin (6/4/2020), dicontohkan untuk empat daerah yang terdapat perbedaan data Virus Corona.
Seperti misalnya di Provinsi Banten, data dari pemerintah pusat per Sabtu (4/4/2020), mengatakan jumlah kasus Virus Corona ada 177 kasus positif, sedangkan data daerah hanya 132 kasus.
Maka ada selisih 45 kasus antara data dari pemerintah pusat dan daerah.
Kemudian dari Sumatera Utara kasus positif ada 25 menurut data dari pemerintah pusat, sedangkan untuk pemerintah daerah mengatakan ada 56 kasus.

• Data Virus Corona yang Disampaikan Achmad Yurianto Salah, Gugus Tugas covid-19 Kaltim Bereaksi
Menanggapi hal tersebut, Yurianto mengatakan adanya perbedaan diakibatkan karena pemerintah daerah mempunyai dua data Virus Corona.
Dirinya menjelaskan dua data tersebut merupakan hasil rapid test dan hasil pemeriksaan kedua melalui VCR atau yang biasa disebut tes swab.
Sedangkan untuk pemerintah pusat dikatakan hanya menerima data positif yang sudah terkonfirmasi melalui pemeriksaan kedua, yaitu tes swab.
Data tersebutlah yang kemudian dirilis setiap harinya melalui konferensi pers.
"Ini kan terkait dengan interpretasi data, di daerah itu ada dua data, satu data adalah hasil dari tracing yang berbasis pada rapid test, yang merupakan pemeriksaan anti body yang sebenarnya ini digunakan sebagai guidance untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut yang kita sebut sebagai konfirmasi positif dengan pemeriksaan VCR," ujar Achmad Yurianto.
"Dua data ini adalah dua data yang berbeda, pusat hanya merilis kasus konfermasi positif, meskipun kami juga mempunyai datanya, tapi yang kami rilis kasus konfirmasi positf," jelasnya.
"Karena ini sesuai dengan data yang kemudian kita rilis ke WHO," ungkap Achmad Yurianto.
Dirinya mengaku juga mempunyai data hasil rapid test, namun diakui memang tidak dirilis.
Menurut Yurianto, kedua data tersebut jelas berbeda.
Achmad Yurianto lalu menjelaskan jika data positif rapid test merupakan data awal yang kemudian digunakan sebagai acuan untuk dilakukan pemeriksaan kedua yaitu tes swab.
Jadi hasil positif dari rapid test belum tentu orang tersebut terpapar covid-19.
"Kami tidak melakukan rilis untuk data yang berasal dari rapid," tegasnya.
"Dua data itu terpisah, mereka mengatakan data positif rapid dan data positif VCR, tetapi sayangnya sampai di Jakarta ada beberapa pihak yang menjumlahkan sebagai satu data, ya pasti beda lah," kata Achmad Yurianto.
"Saya tidak pernah merilis positif rapid test," pungkasnya.
(TribunWow/Elfan Fajar Nugroho)
(*)
IKUTI >> Update virus Corona