Virus Corona
Di Mata Najwa, Sopir Jenazah Korban Covid-19 di Wilayah Anies Baswedan Menangis Ungkap Hal Ini
Mata Najwa, sopir jenazah korban Virus Corona alias covid-19 di wilayah Anies Baswedan menangis ungkap kondisi Jakarta dan warganya
TRIBUNKALTIM.CO - Di Mata Najwa, sopir jenazah korban Virus Corona alias covid-19 di wilayah Anies Baswedan menangis ungkap kondisi Jakarta dan warganya.
Pengakuan mengejutkan diungkapkan seorang sopir ambulans yang mengangkut jenazah korban covid-19 di Jakarta selama masa pandemi Virus Corona ini.
Diketahui kasus Virus Corona di Indonesia telah menembus angka 5.136, dengan jumlah meninggal dunia sebanyak 469.
Wilayah Anies Baswedan, DKI Jakarta masih menjadi yang terbesar kasus positif covid-19 di Indonesia dengan total 2.474.
Bahkan pengakuan sopir ambulans kepada Mata Najwa mengungkap bahwa tiap hari jumlah korban meninggal dunia akibat Virus Corona di Jakarta terus bertambah.
Hal ini membuat sopir amblans tersebut menangis saat mengisahkan pengalamannya kepada Najwa Shihab di Mata Najwa, Rabu (15/4/2020) malam.
Presenter Najwa Shihab bereaksi mendengar kesaksian sopir ambulans pengangkut jenazah dengan protap covid-19 di DKI Jakarta.
• Mata Najwa Tadi Malam, Jenazah Istri Ditolak karena Perawat Corona, Suami Ungkap Perasaan Sang Anak
• Heran Masih Banyak Orang Masuk Jakarta Selama PSBB, Luhut Binsar Pandjaitan Tanya Anies Baswedan
• Jenazah Pasien Berstatus PDP di Kukar Dikubur dengan Cara Protokol Covid-19, Warga Tidak Perlu Panik
Hal itu terjadi saat acara Mata Najwa Trans 7 pada Rabu (15/4/2020).
Presenter Najwa Shihab terharu melihat dan mendengar sopir Muhammad Nursyamsi yang menangis menceritakan pengalamannya.
Mulanya, Muhammad Nursyamsi atau yang disapa Syam ini menjelaskan dirinya memang selama ini bekerja sebagai sopir ambulans jenazah wabah penyakit menular.
Namun, semenjak covid-19 masuk ke Indonesia, ia bisa mengangkut puluhan jenazah tiap hari.
"Ya Mbak Nana kami memang semenjak ada wabah ini kami jadi lebih banyak kerjaan kami karena kami harus mengurus jenazah penyakit menular seluruh DKI Jakarta."
"Dan kami harus terima telepon dan frekuensinya makin tambah banyak Mbak Nana, bertambah. Puluhan Mbak Nana," kata Syam.
Ia mengaku memang ada rasa khawatir menguburkan jenazah-jenazah tersebut namun ia merasa lebih sedih soal makin banyaknya mayat yang harus dikuburkan.
"Pertama kami itu memang tugas Mbak Nana itu memang kami harus menjalankan itu, memang ada rasa khawatir itu manusiawi tetapi bertambahnya hari ke hari karena bertambahanya yang meninggal itu yang buat kami sedih karena bertambah terus."