Virus Corona

Peneliti Temukan Fakta Baru Soal Corona, Virus Ternyata Bukan Berasal dari Laboratorium yang Bocor

Jika sebelumnya ramai tuduhan virus Corona berasal dari laboratorium yang bocor di China. Penemuan fakta baru ini membantah tuduhan tersebut

Freepik.com
Peneliti Temukan Fakta Baru Soal Corona, Virus Ternyata Bukan Berasal dari Laboratorium yang Bocor 

TRIBUNKALTIM.CO - Hasil penelitian terbaru yang dilakukan oleh para peneliti menemukan fakta-fakta baru tentang virus Corona.

Jika sebelumnya ramai tuduhan virus Corona berasal dari laboratorium yang bocor di China.

Penemuan fakta baru ini membantah tuduhan tersebut 

Penelitian mengenai virus corona terus dikembangkan oleh para peneliti di seluruh penjuru dunia.

Terbaru, peneliti menemukan virus serupa dengan Covid-19 pada kelelawar.

Temuan ini diklaim menjadi bukti bahwa virus corona tak bocor dari laboratorium.

 Situasi Covid-19 Dimanfaatkan Sindikat Penyelundupan Narkoba, Kapolda Kaltim Ingatkan Lebih Jeli

 Bukan Demam atau Sesak Nafas, Ilmuwan Wuhan Beber Gejala Virus Corona Pada Anak, Kerap Disepelekan

Pandemi corona masih menjadi masalah serius yang dihadapi oleh negara di berbagai belahan dunia.

Mengutip dari worldometers.info, hingga Rabu (13/5/2020) malam, terdapat 4,3 juta orang di dunia yang telah terinfeksi.

Amerika Serikat menjadi negara yang menduduki posisi pertama kasus Covid-19 terbanyak.

Total ada 1,4 juta kasus dengan 83 ribu kematian.

Meski pertama kali muncul di Wuhan, China, nyatanya kasus terbanyak justru diduduki oleh negara-negara Amerika dan Eropa.

Belakangan ini, muncul teori bahwa virus corona merupakan hasil kebocoran dari laboratorium di Wuhan.

Presiden AS Donald Trump terus menyebut bahwa Covid-19 bermula dari Insitut Virologi Wuhan.

Sebuah penelitian terbaru di China seolah menampik tuduhan Trump.

Peneliti baru saja menemukan "kerabat dekat" virus corona pada kelelawar di Tiongkok.

Penemuan ini mungkin akan menambah bukti teori bahwa patogen pandemi tersebut berevolusi secara alami.

Studi ini dilakukan oleh para peneliti China dan Australia.

Dalam studi peer-review yang akan diterbitkan dalam jurnal Current Biology, ditemukan bahwa kedua virus memiliki keterkaitan fitur untuk memicu penyakit.

Mengutip South China Morning Post, para peneliti mengatakan bahwa temuan tersebut menunjukkan karakteristik virus yang berkembang secara alami, bukan gen buatan seperti yang dikatakan beberapa orang.

Peneliti menemukan kerabat dekat yang disebut RmYNo2 di antara 227 sampel kelelawar.

Sampel dikumpulkan di Provinsi Yunnan di China barat daya antara Mei dan Oktober tahun lalu.

Seperti Sars-CoV-2, RmYNo2 juga memiliki sisipan asam amino di persimpangan subunit protein lonjakannya.

Sisipan tersebut dianggap dapat meningkatkan kapasitas virus corona untuk menyebabkan penyakit.

Sebelumnya hal ini dianggap tak biasa bahkan dinilai merupakan manipulasi laboratorium.

"Temuan kami menunjukkan bahwa peristiwa penyisipan ini, yang awalnya tampak sangat tidak biasa, dapat, pada kenyataannya, terjadi secara alami pada betacoronavirus hewan," kata Direktur Institutes of Patogen Biology Profesr Shi Weifeng kepada Science Daily.

Weifeng menambahkan, temuan ini jyga menjadi bukti kuat bahwa virus corona tak bocor dari laboratorium.

"Ini memberikan bukti pertentangan kuat bahwa Sars-CoV-2 telah melarikan diri dari laboratorium," katanya.

Para peneliti juga mengonfirmasi bahwa kelelawar tapal kuda Melayu, yang banyak ditemukan di seluruh barat daya China dan Asia Tenggara adalah tuan rumah RmYNo2.

Kelelawar menjadi reservoir alami yang penting untuk coronavirus.

 Kabar Terbaru, Virus Corona di Wilayah Khofifah Beda dengan Wuhan dan Eropa, Perhatikan Gejalanya

Meskipun memiliki fitur penyisipan yang serupa, RmYNo2 tampaknya jauh lebih aman untuk manusia daripada Covid-19.

Perbedaan mendasar yakni RmYNo2 tak memiliki bagian penting dari genom Sars-CoV-2 yang berperan dalam mengikat virus corona ke sel manusia.

Asam amino dalam insersi juga berbeda.

Para peneliti menyebut, RmYNo2 bukan leluhur langsung dari Sars-CoV-2.

Menurut Weifeng, masih ada celah dalam proses evolusi virus-virus tersebut.

“Masih ada celah evolusi antara virus-virus ini. Tetapi penelitian kami sangat menyarankan bahwa pengambilan sampel lebih banyak spesies satwa liar akan mengungkapkan virus yang bahkan lebih dekat hubungannya dengan Sars-CoV-2 dan bahkan mungkin leluhur langsungnya, yang akan memberi tahu kita banyak tentang bagaimana virus ini muncul pada manusia, " katanya.

 Dibongkar FBI Soal Hacker Vaksin Covid-19, China Tak Tinggal Diam, Serang Balik Amerika Serikat

Fakta mengejutkan soal virus Corona 

Sebuah fakta mengejutkan seputar virus Corona atau covid-19 diungkap seorang Profesor peraih Nobel kedokteran tahun 2012. 

Profesor bernama Shinya Yamanaka (57) itu menyebut covid-19 sangatlah menakutkan.

Dia juga menyebut bahwa virus Corona atau covid-19 akan muncul lagi saat musim dingin akhir tahun kembali memasuki Jepang.

Mengapa dikatakan Yamanaka menakutkan?

"covid-19 bisa sampai dua tahun seperti saya baca laporan Profesor universitas Harvard.

"Namun terpenting adalah vaksin kalau sudah ditemukan akan terbantu," papar Yamanaka dalam acara TV TBS siang ini (13/5/2020).

Mengapa dikatakan Yamanaka virus Corona atau covid-19 menakutkan?

"Kalau flu biasa itu gejala terlihat muncul, menular ke orang lain segera setelah pasien itu kelihatan gejala flunya.

"Tetapi kalau covid itu, kita tidak tahu orang lain telah tertular dari kita padahal kita sendiri juga belum kelihatan gejalanya.

"Jadi saat kita sadar gejala kita muncul, orang lain juga sebenarnya sudah sejak lama tertular pula yang sebenarnya orang lain itu tertular dari kita.

"Itulah sebabnya sangat menakutkan karena tak tahu dan tak sadar bahwa kita sebenarnya telah terinfeksi covid-19," jelasnya.

Prof. Shinya Yamanaka (57) peraih nobel kedokteran tahun 2012.
Prof. Shinya Yamanaka (57) peraih nobel kedokteran tahun 2012. (Richard Susilo)

Lalu apa sebenarnya yang harus kita lakukan saat ini?

"Ya sebaiknya jauh-jauh dulu dengan orang lain terutama kalau berbicara.

"Lakukan antisipasi semaksimal mungkin saat bertemu dan berbicara dengan orang lain.

"Jadi sebaiknya ya kita di rumah saja saat ini walau pun mungkin pemerintah akan membatalkan deklarasi darurat dalam waktu dekat ini," jelasnya lagi.

Yamanaka sensei juga mengingatkan kemungkinan saat ini kelihatan seolah-olah keadaan sudah membaik.

"Mungkin saja kelihatan seolah kekuatan virus sudah melemah kepada kita, tetapi nanti akhir tahun saat mulai memasuki musim dingin lagi, virus ini akan menguat lagi,

"jadi harus sangat hati-hati selalu dan berjaga jarak dengan siapa pun saat ini sampai vaksin ditemukan," paparnya lagi.

 Prabowo Subianto Makin Mesra dengan China, Usai Dapat Alkes Bos Gerindra Bahas Ini ke Menhan China

 Gelombang Kedua Virus Corona Benar-benar Terbukti, China Kembali Umumkan Kluster Baru di Wuhan

Pemeriksaan tes PCR pun menurut Yamanaka akan semakin mudah karena ketersediaan sudah semakin banyak sehingga bisa menenangkan masyarakat terlebih dulu, mengetahui kepastian terinfeksi atau tidaknya dari covid-19.

Hal itu berkat kerjasama pemerintah dengan semua lembaga medis negeri maupun swasta seperti yang pernah disarankan Yamanaka pula kepada PM Jepang Shinzo Abe agar memanfaatkan semua lembaga medis swasta juga sebagai tempat pengetesan PCR.

Diskusi mengenai Jepang dalam WAG Pecinta Jepang terbuka bagi siapa pun. Kirimkan email dengan nama jelas dan alamat serta nomor whatsapp ke: info@jepang.com

IKUTI >> Update Virus Corona

(*)

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Peneliti Temukan Virus Serupa Covid-19 pada Kelelawar, Bukti Corona Tak Bocor dari Laboratorium, https://www.tribunnews.com/corona/2020/05/13/peneliti-temukan-virus-serupa-covid-19-pada-kelelawar-bukti-corona-tak-bocor-dari-laboratorium?page=all.

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved