Virus Corona
Sempat Dilonggarkan, 6 Negara Ini Berlakukan Kembali Lockdown Usai Kasus Virus Corona Kembali Naik
Sempat mengalami penurunan kasus beberapa negara kembali memutuskan melakukan lockdown setelah ditemukan penderita baru
Penulis: Januar Alamijaya | Editor: Doan Pardede
Hingga Kamis (14/5/2020) lalu, China hanya melaporkan tidak lebih dari 36 kasus infeksi baru per hari dalam satu bulan penuh.
Namun, proses pembukaan kembali bukanlah proses yang sederhana, dibuka-lalu ditutup lagi.
Otoritas di beberapa kota dan wilayah tiba-tiba mengurungkan kebijakan mereka dalam berbagai waktu yang berbeda.
Pada 23 Maret 2020, bioskop di seluruh China kembali dibuka, tetapi tiga hari kemudian diperintahkan untuk ditutup lagi.
Setelah beberapa bulan lockdown, Penduduk Wuhan diperbolehkan keluar rumah pada 28 Maret 2020 lalu.
Namun, kelonggaran ini kembali ditarik lima hari setelahnya.
Pada Senin (18/5/2020), Wuhan melaporkan enam kasus baru, hal ini memecahkan rekor 0 kasus per hari dalam kurun waktu 35 hari terakhir.
Pemerintah Wuhan memang belum memberlakukan kembali lockdown sepenuhnya, tetapi akan melakukan tes terhadap 11 juta penduduknya.
• Temuan Baru Pakar Biologi, Terbongkar Jejak Awal Virus Corona di Wuhan, Bantah Klaim China dan WHO
2. Jerman
Jerman melakukan proses pembukaan lockdown secara bertahap, tetapi harus mencabut pelonggaran pada distrik-distrik yang mengalami lonjakan angka kasus infeksi baru.
Beberapa toko dan sekolah telah dibuka kembali, dan menurut Reuters, Jerman berencana untuk melonggarkan kontrol perbatasan pada Sabtu (16/5/2020).
Namun, pada 8 Mei 2020 lalu, pemerintah setempat harus kembali melakukan langkah darurat pada tiga wilayah yang mengalami lonjakan kasus infeksi.
Lonjakan tersebut terkait dengan pusat pengemasan daging lokal di negara bagian North Rhine-Westphalia dan Schleswig-Holstein.
Langkah yang diberlakukan di distrik-distrik tersebut mencakup pembatasan pergerakan publik dan mewajibkan tes terhadap seluruh pekerja pabrik.
Saat mengumumkan pencabutan lockdown pada 6 Mei 2020, Kanselir Jerman Angela Merkel mengatakan ia tetap siap menarik 'rem darurat' pada pelonggaran ini jika diperlukan.