Virus Corona

Pakar Kesehatan Sebut Tak Bisa Salahkan Pemerintah soal Covid-19: Indonesia Hukum dan Disiplin Lemah

Pakar kesehatan masyarakat, Prof. Hasbullah Thabrany, menyebutkan bahwa Pemerintah tidak memiliki kuasa atas penyebaran Virus Corona.

YouTube Indonesia Lawyers Club
Pakar Kesehatan Sebut Tak Bisa Salahkan Pemerintah soal Covid-19: Indonesia Hukum dan Disiplin Lemah 

TRIBUNKALTIM.CO - Pakar kesehatan masyarakat Prof. Hasbullah Thabrany menyebut tak bisa menyalahkan Pemerintah soal covid-19. 

Pasalnya Pemerintah tak bisa mengkontrol semua hal. 

Pakar kesehatan masyarakat, , menyebutkan bahwa Pemerintah tidak memiliki kuasa atas penyebaran Virus Corona.

Pandemi yang tengah menjadi momok di masyarakat tersebut menjadi tanggung jawab bersama untuk dapat menekan angka penularannya.

 Kabar Gembira, WHO Secara Resmi Umumkan Kapan Vaksin Virus Corona Didistribusikan, LIPI Beri 6 Tips

 Kumpulan Gambar & Ucapan Hari Kenaikan Yesus Kristus 2020 Inggris & Indonesia, Link Misa Online TVRI

 Cek Data Anda di Bantuan Tunai Rp 600.000 dan Bansos Lainnya, LOGIN cekbansos.siks.kemsos.go.id

 Cek Daftar Penerima Bansos Rp 600 Ribu di cekbansos.siks.kemsos.go.id atau Via Aplikasi SIKS-DATAKU

Sehingga Pemerintah tidak bisa dijadikan tempat menimpakan kesalahan karena penanggulangan tersebut membutuhkan peran serta masyarakat.

Hasbullah menyebutkan kedisiplinan masing-masing individu menjadi penting dalam penanggulangan covid-19.

Hal ini disampaikannya dalam tayangan Indonesia Lawyers Club, Selasa (19/5/2020).

Awalnya Hasbullah menyinggung mengenai kebijakan Pemerintah yang memutuskan untuk melakukan penanggulangan secara ter-desentralisasi.

Penetapan tersebut didasarkan pada pemenuhan situasional yang beragam sesuai kondisi di Indonesia.

Meskipun dengan adanya kebijakan seperti Pembatasan Sosial Berskala Besar ( PSBB ) yang dicanangkan, disinyalir tidak akan dapat segera menghambat penularan virus.

Namun penerapan kebijakan tersebut dapat dimaklumi mengingat kondisi sosial, ekonomi, dan politik di Indonesia yang berbeda dengan negara lain.

"Siapa yang mau disalahin? Saya kira tidak bisa juga bilang Pemerintah kontrol semua nggak akan mungkin," kata Hasbullah.

"Karena penyakit ini bukan kewenangan Pemerintah," sambungnya.

Hasbullah memberi contoh bila yang dihadapi saat ini adalah perang melawan musuh secara fisik, maka Pemerintah akan bisa menyelesaikannya sendiri.

"Tapi ini musuhnya yang pindahnya dari manusia ke manusia, Pemerintah tidak akan mungkin dengan remote kontrol kendalikan manusia," jelasnya.

Menurut Hasbullah, yang menjadi masalah di Indonesia adalah perilaku masyarakat yang dinilai kurang memiliki kedisiplinan.

"Nah, problemnya kalau saya bandingkan dengan apa yang dilakukan di Taiwan, di Korea, di China, di Jepang, yang masyarakatnya punya disiplin kuat, di kita tidak punya," terang Hasbullah.

Hasbullah menyebutkan bahwa kondisi Indonesia saat ini sama dengan di Taiwan yang tidak menerapkan lockdown.

Namun Taiwan memiliki alat yang dapat menghambat penyebaran Virus Corona di negaranya, yaitu kedisiplinan masyarakat dan penegakan hukum.

"Ada situasi yang menunjang mereka bisa mengendalikan karena ada disiplin masyarakatnya dan ada disiplin penegakan hukum," kata Hasbullah.

"Di kita dua-duanya ini lemah," pungkasnya.

 Kabar Baik Jelang Lebaran Idul Fitri di Wilayah Anies Baswedan, Selain Covid-19, Kasus Ini Berkurang

 Siap-siap Jelang Lebaran Idul Fitri, Laporan NASA ungkap Asteroid Besar Meluncur Dekati Bumi

Perbandingan Indonesia, Korea dan China

Sebelumnya, Hasbullah menyinggung adanya perbedaan penanganan Virus Corona antara Indonesia, China dan Korea.

Ia menyoroti grafik tingkat penularan Korea dan China yang menanjak pada awal virus tersebut menyebar.

Namun grafik tersebut langsung mengalami penurunan setelah dua minggu.

Semetara itu, setelah dua bulan setengah covid-19 muncul di Indonesia, grafik tingkat penularan masih saja menanjak.

Menurut Hasbullah, kebijakan di Indonesia dinilai kurang solid, karena berusaha mengakomodir berbagai macam aspek.

Ia menyebutkan kebijakan penanganan yang diambil Pemerintah didasarkan pada keberagaman situasi yang terjadi di Indonesia.

"Sebuah kebijakan selalu saja kontroversial, makin banyak variasi yang dipertimbangkan, semakin kompleks peraturannya," tutur Hasbullah.

Ia lalu menyinggung kondisi penyebaran Virus Corona di Indonesia yang tak juga menurun setelah sekian bulan virus tersebut dilaporkan ada di Indonesia.

"Kita amati di Indonesia, sejak Virus Corona mulai muncul diumumkan tanggal 2 Maret sampai sekarang ini udah 2 bulan setengah, grafiknya masih naik," ujar Hasbullah.

Jangka waktu tersebut dirasa relatif lama jika dibandingkan dengan waktu penurunan grafik penyebaran Virus Corona di China dan Korea.

"Kalau kita belajar dari China, dua minggu grafik naik tinggi, sudah gitu turun, begitu juga di Korea."

Hasbulla mengatakan bahwa alasan menurunnya grafik tersebut lantaran di China dan Korea, kebijakan yang diambil Pemerintahannya sangat tegas.

"Kenapa? di sana keberagaman tidak banyak menjadi pertimbangan untuk kebijakan," imbuhnya.

Pemerintah di negara yang telah berhasil menurunkan grafik penularan tersebut memberlakukan pembatasan yang ketat meskipun mendapat protes dari berbagai pihak.

Menurut Hasbullah, keputusan tersebut tetap harus dijalani meskipun berat, sebagai bayaran awal agar virus cepat menghilang.

"Jadi Pemerintahnya segera lockdown tegas, jalanin, walaupun diprotes, walaupun berat, itu adalah biaya yang harus dibayar di waktu awal," jelas Hasbullah.

"Banyak, berat, tetapi cepet ilang," imbuhnya lagi.

Ia kemudian menyebutkan mengenai kebijakan yang diambil Pemerintah Indonesia.

 Wajib Dibayarkan Sebelum Idul Fitri 2020, Ini Besaran Zakat Fitrah Berupa Beras Maupun Uang

 Ucapan Hari Raya Idul Fitri 1441 H dalam Bahasa Inggris & Indonesia, Cocok Dikirim Melalui WhatsApp

 Niat & Tata Cara Sholat Idul Fitri di Rumah, Berjamaah atau Sendiri, Lengkap dengan Amalan Sunnahnya

 Masjid Islamic Center di Kubar Tetap Laksanakan Sholat Idul Fitri, Jemaah Wajib Lalui Protokol Ketat

Hasbullah mengatakan bahwa Pemerintah dari awal tidak berani tegas dalam mengambil keputusan karena takut adanya biaya besar yang harus dikorbankan.

"Kita dari awal takut biaya besar, biaya dalam artian bukan hanya uang, tetapi juga dampak ekonomi, dampak sosial," ujar Hasbullah.

Menurut Hasbulla, Indonesia terlalu banyak mempertimbangkan berbagai aspek sehingga kebijakan yang dikeluarkan menjadi tidak solid.

Ia mencontohkan adanya protes dari sejumlah pihak yang meminta diizinkan salat berjamaah, meminta pembatasan dilonggarkan dan bisnis tetap dapat berlangsung.

"Semua itu berusaha diakomodir, akibatnya kita tidak mempunyai kebijakan yang solid," tandasnya.

Lihat tayangan selengkapnya dari menit ke-07:43:

 

Ikuti >>>> Update Virus Corona

(*)

Artikel ini telah tayang di Tribunwow.com dengan judul Tak Bisa Salahkan Pemerintah soal Corona, Pakar Bandingkan dengan China hingga Korea: Kita Tak Punya, https://wow.tribunnews.com/2020/05/21/tak-bisa-salahkan-Pemerintah-soal-corona-pakar-bandingkan-dengan-china-hingga-korea-kita-tak-punya?page=all.
Penulis: Noviana Primaresti

Sumber: TribunWow.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved