Bacaan Doa Buka Puasa Syawal, Hari Ini 25 Mei 2020 Puasa Pertama Syawal 1441 Hijriah
Hari ini Senin 25 Mei 2020 adalah puasa pertama Syawal 1441 Hijriah. Bagi Anda yang menunaikannya, selamat menantikan berbuka Puasa Syawal.
TRIBUNKALTIM.CO - Hari ini Senin 25 Mei 2020 adalah puasa pertama Syawal 1441 Hijriah. Bagi Anda yang menunaikannya, selamat menantikan berbuka Puasa Syawal.
Untuk diketahui, Puasa Syawal adalah puasa sunnah yang dapat dilaksanakan selama 6 hari di bulan Syawal setelah Hari Raya Idul Fitri.
Orang yang berpuasa selama 6 hari di bulan Syawal setara dengan berpuasa selama setahun penuh.
Perintah melakukan Puasa Syawal disebutkan dalam hadits Abu Ayyub Al-Anshari r.a., Nabi Saw.,
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ
"Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka dia berpuasa seperti setahun penuh." (HR. Muslim, no. 1164).
Hukum Puasa Syawal yakni sunnah muakkadah, artinya puasa sunah yang sangat dianjurkan.
• Lafadz Niat Puasa Syawal 6 Hari dan Ganti Utang Puasa Ramadhan, Mana yang Lebih Utama Dilaksanakan?
• Puasa Syawal atau Bayar Utang Puasa Ramadhan Dulu? Ini Penjelasan Ustadz Abdul Somad, Boleh Gabung?
• Lafaz Niat Puasa Syawal, Tata Cara, Waktu, Hukum dan Keistimewaannya
• Panduan Puasa Syawal 6 Hari Setelah Idul Fitri, Setara Berpuasa Setahun Penuh, Ini Tata Caranya
Kapan dilaksanakan Puasa Syawal ?
Dikutip TribunStyle.com dari BersamaDakwah.net, Puasa Syawal dilaksanakan selama enam hari di bulan Syawal.
Saat Idul Fitri, diharamkan untuk berpuasa, sehingga dapat dilaksanakan setelah Hari Kemenangan.
Perlu diketahui, bulan Syawal dimulai pada 24 Mei 2020 atau 1 Syawal 1441 H.
Apakah Puasa Syawal harus dilaksanakan berurut-turut?
Masih dikutip dari sumber yang sama, Sayyid Sabiq dalam Fiqih Sunnah menjelaskan bahwa menurut pendapat Imam Ahmad, puasa Syawal boleh dilakukan secara berurutan, boleh pula tidak berurutan.
Sedangkan menurut madzhab Syafi’i dan Hanafi, Puasa Syawal lebih utama dilaksanakan secara berurutan sejak tanggal 2 Syawal hingga 7 Syawal.
Berdasarkan pendapat lain, yakni Syaikh Wahbah Az Zuhaili dalam Fiqih Islam wa Adillatuhu mengatakan, puasa 6 hari di bulan Syawal boleh dikerjakan secara terpisah-pisah atau tidak berurutan, tapi lebih afdal berurutan dan langsung setelah hari raya (dikerjakan tanggal 2 – 7 Syawal).
Jadi, tidak ada madzhab yang tidak memperbolehkan puasa ini di hari lain selain tanggal 2 sampai 7, yang penting masih berada di bulan Syawal.
Namun, hendaknya tidak berpuasa khusus di hari Jum’at tanpa mengiringinya dengan puasa di hari Kamis atau Sabtu karena adanya larangan Rasulullah yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah.
Para ulama menjelaskan bahwa larangan itu menegaskan makruhnya puasa di hari Jumat tanpa mengiringinya dengan puasa di hari Kamis atau Sabtu.
Bacaan Niat Puasa Syawal
Dalam melaksanakan Puasa Syawal, hendaknya didahului dengan niat terlebih dahulu.
Niat Puasa Syawal boleh dilafalkan di malam hari.
Namun boleh juga dilafalkan saat makan sahur, bahkan ketika pagi, karena merupakan puasa sunnah.
Berikut bacaan niat puasa Syawal:
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ سِتَّةٍ مِنْ شَوَّالٍ سُنَّةً لِلَّهِ تَعَالَي
(Nawaitu shauma ghadin ‘an sittatin min syawwaalinn sunnatan lillaahi ta’aalaa)
Terjemahannya, "Aku berniat puasa besok dari enam hari Syawal, sunnah karena Allah Ta’ala."
Tata Cara Puasa Syawal
Tata cara Puasa Syawal sama dengan tata cara puasa lainnya secara umum.
1. Melafalkan niat
Jangan lupa berpuasa Syawal didasari dengan niat telebih dahulu.
2. Makan sahur
Disunnahkan makan sahur sebelum terbit fajar.
Namun, tidak makan sahur pun (misalnya terlambat bangun) tidak apa-apa, dalam artian puasa tetap sah.
3. Menahan diri dari segala hal yang membatalkan puasa
Saat berpuasa, hendaknya senantiasa untuk menahan diri dari makan, minum serta hal lain yang dapat membatalkan puasa, sejak terbit fajar hingga tenggelamnya matahari, atau waktu Maghrib.
4. Berbuka puasa
Disunnahkan menyegerakan berbuka puasa ketika matahari terbenam, yakni bersamaan dengan masuknya waktu Maghrib.
Silakan berbuka puasa melalui doa berikut:
Doa pertama:
Terdapat sebuah hadits shahih tentang doa berbuka puasa, yang diriwayatkan dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
ذَهَبَ الظَّمَأُ، وابْتَلَّتِ الْعُرُوقُ، وثَبَتَ اْلأَجْرُ إِنْ شَاءَاللهُ
“Dzahabazh zhoma’u wabtallatil ‘uruqu wa tsabatal ajru insya Allah-ed.”
[Telah hilanglah dahaga, telah basahlah kerongkongan, semoga ada pahala yang ditetapkan, jika Allah menghendaki](Hadits shahih, Riwayat Abu Daud [2/306, nomor 2357] dan selainnya; lihat Shahih al-Jami’: 4/209, nomor 4678)
Periwayat hadits adalah Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma. Pada awal hadits terdapat redaksi, “Abdullah bin Umar berkata, ‘Jika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berbuka puasa, beliau mengucapkan ….‘”
Yang dimaksud dengan إذا أفطر adalah setelah makan atau minum yang menandakan bahwa orang yang berpuasa tersebut telah “membatalkan” puasanya (berbuka puasa) pada waktunya (waktu berbuka).
Oleh karena itu doa ini tidak dibaca sebelum makan atau minum saat berbuka.
• Puasa Syawal 6 Hari Setelah Hari Raya Idul Fitri 1441 H, Simak Keutamaan, Niat dan Tata Caranya!
• Ternyata ini Cara Benar Menjawab Doa Taqobalallahu Minna Wa Minkum Ucapan Selamat Idul Fitri
• Tahukah Anda, Inilah Sunnah Berbuka Puasa, Menyegerakan Berbuka hingga Memperbanyak Berdoa
Sebelum makan tetap membaca basmalah, ucapan “bismillah” sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
إِذَا أَكَلَ أَحَدُكُمْ فَلْيَذْكُرِ اسْمَ اللَّهِ تَعَالَى فَإِنْ نَسِىَ أَنْ يَذْكُرَ اسْمَ اللَّهِ تَعَالَى فِى أَوَّلِهِ فَلْيَقُلْ بِسْمِ اللَّهِ أَوَّلَهُ وَآخِرَهُ
“Apabila salah seorang di antara kalian makan, maka hendaknya ia menyebut nama Allah Ta’ala. Jika ia lupa untuk menyebut nama Allah Ta’ala di awal, hendaklah ia mengucapkan, “Bismillaahi awwalahu wa aakhirohu (dengan nama Allah pada awal dan akhirnya)”. (HR Abu Daud nomor 3767 dan At Tirmidzi nomor 1858. At Tirmidzi mengatakan hadits tersebut hasan shahih. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits tersebut shahih)
Adapun ucapan وثبت الأجر maksudnya “telah hilanglah kelelahan dan telah diperolehlah pahala”, ini merupakan bentuk motivasi untuk beribadah. Maka, kelelahan menjadi hilang dan pergi, dan pahala berjumlah banyak telah ditetapkan bagi orang yang telah berpuasa tersebut.
Doa kedua:
Adapun doa yang lain yang merupakan atsar dari perkataan Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash radhiyallahu ‘anhuma adalah,
اَللَّهُمَّ إنِّي أَسْألُكَ بِرَحْمَتِكَ الَّتِي وَسِعَتْ كُلَّ شَيْءٍ، أنْ تَغْفِرَ لِيْ
“Allahumma inni as-aluka bi rohmatikal latii wasi’at kulla syain an taghfirolii-ed”
[Ya Allah, aku memohon rahmatmu yang meliputi segala sesuatu, yang dengannya engkau mengampuni aku] (HR Ibnu Majah: 1/557, nomor 1753; dinilai hasan oleh al-Hafizh dalam takhrij beliau untuk kitab al-Adzkar; lihat Syarah al-Adzkar: 4/342). (*)
Jangan lupa like Fanpage Facebook TribunKaltim.co
Follow Instagram tribunkaltim
Subscribes YouTube Tribun Kaltim Official