Virus Corona
Surabaya Dicap Wuhan, Walikota Risma Menangis Saat Terima Bantuan dari Intelejen, Tak Mau Kecolongan
Surabaya Dicap Wuhan, Walikota Risma menangis saat terima bantuan dari Intelejen, tak mau kecolongan
TRIBUNKALTIM.CO - Surabaya Dicap Wuhan, Walikota Risma menangis saat terima bantuan dari Intelejen, tak mau kecolongan.
Penularan Virus Corona atau covid di Jawa Timur sudah mencapai angka yang menkhawatirkan.
Lonjakan kasus covid-19 di Jatim ini terutama berasal dari Surabaya yang dipimpin Tri Rismaharini atau Risma.
Bahkan, Surabaya disebut berpotensi jadi Wuhan kedua lantaran angka kasus Virus Corona sangat tinggi.
Surabaya kini tengah jadi sorotan terkait tingginya kasus corona di kota itu.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini pun menangis saat mendapatkan bantuan secara langsung terkait pencegahan corona dari Badan Intelijen Negara (BIN), Kamis (28/5/2020) malam.
• Resmi, Saingan Gibran Putra Jokowi di Pilkada Solo dari PDIP Undur Diri, Achmad Purnomo Beber Alasan
• Bukan Juli, Ikatan Guru Indonesia Sarankan Sekolah Buka Lagi di Bulan Ini, Lebih Aman dari covid-19?
• Cara Daftar Sensus Penduduk Online, Terakhir 29 Mei 2020, Segera Login di www.sensus.bps.go.id
Di antara bantuan itu, ada dua unit mobil, yakni ambulance dan mobil laboratorium untuk pemeriksaan uji swab.
Risma memang langsung menangis haru begitu bantuan tersebut sampai di Balai Kota Surabaya.
Dia mengaku senang, hingga tak kuasa menahan tangisnya.
"Alhamdulillah, saya terimakasih sekali, karena terus terang kita butuh percepatan untuk memutus mata rantai ini," kata Risma saat ditemui usai menerima bantuan tersebut secara langsung.
Risma memang mengaku kaget dengan bantuan yang langsung diberikan dan sampai di Pemkot tersebut. Sebab saat ini memang tengah gencar berbagai upaya agar pandemi covid-19 di Surabaya segera berakhir.
Apalagi, Risma mengungkapkan pihaknya tak ingin kecolongan sehari saja dalam menangani mereka yang terpapar. Pemkot tengah berpacu guna memutus mata rantai penyebaran.
"Karena alatnya sudah lengkap, mudah-mudahan kita bisa selesaikan," ujarnya.
Bantuan yang diberikan oleh BIN RI itu, nampaknya tak hanya unit mobil saja. Ada banyak peralatan lain guna penanganan pandemi Virus Corona di Surabaya.
Diantaranya, Real Time PCR 2 unit, Reagent PCR 5000 test, VTM (Virus Transport Media) 5000 unit, Laminar Airflow Cabinet I unit, PCR Box 1 unit, Vortex 2 unit, Mini Centrifuge My SPIN 12 Mini Centrifuge 3 unit.
Kemudian ada Refrigerator 2-8° C 1 unit, Freezer -20° C 1 unit, Mikropipette Set 3 unit, Bio Safety Cabinet 2 unit, Automatice Extraction Machine + Biotecon 2 unit, Refrigerated Centrifuge 1 unit, Autoclave 1 unit, Thermal Mixer 1 unit, Thermal Block 1 unit, Oven, 1 unit, dan Freezer -80° C 1 unit.
Selain itu ada juga alat pelindung diri, yakni Mask N95 8000 pcs, Isolation Gown 8000 pcs, Protective Eyewear 8000 pcs, Latex Glove 8000 pcs, Medical Shoes Cover 8000 pasang, serta alat rapid test berjumlah 15.000 kit
Surabaya Bisa Seperti Wuhan
Sementara itu Ketua Rumpun Kuratif Gugus Tugas Percepatan Penanganan covid-19 Jawa Timur dr Joni Wahyuhadi mengatakan, Surabaya bisa menjadi seperti Wuhan jika warganya tidak patuh terhadap protokol kesehatan.
Itu karena mayoritas kasus covid-19 di Jawa Timur ada di Surabaya.
Dari 4.112 kasus yang ada di Jawa Timur, Rabu (27/5/2020), Kota Surabaya menyumbang 2.216 kasus.
Adapun Sidoarjo dan Gresik yang termasuk dalam wilayah Surabaya Raya menyumbang masing-masing 565 kasus dan 153 kasus.
• Ramalan Zodiak Jumat 29 Mei 2020, Aries Jadi Orang Baik, Pisces Jatuh Cinta ke Seseorang
Tiga daerah di Surabaya Raya ini menyumbang kasus covid-19 terbanyak di Jatim. "65 persen covid ada di Surabaya Raya.
Ini tidak main-main, Surabaya bisa jadi Wuhan kalau warganya tidak disiplin," kata Joni, Rabu.
Di Surabaya, ujar pria yang juga menjabat sebagai Dirut RSU dr Soetomo Surabaya ini, transmission rate penyebaran covid-19 mencapai 1,6.
Artinya, jika ada 10 orang positif covid-19, dalam sepekan akan bertambah menjadi 16 orang.
"Jadi kita mutlak untuk disiplin, disiplin memakai masker, disiplin physical distancing, disiplin cuci tangan, disiplin hidup sehat," ujar dia.
Joni mengaku prihatin banyak pasar di Surabaya yang tidak menjalankan physical distancing.
"Terus terang saya menangis melihat pasar-pasar di Surabaya. Saya bandingkan dengan keadaan di rumah sakit," jelasnya.
Dia meminta warga di Surabaya Raya, khususnya di Surabaya, patuh terhadap aturan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang saat ini diberlakukan untuk kali ketiga, dari 26 Mei sampai 8 Juni 2020.
Perpanjangan PSBB Surabaya Raya ini berdasarkan surat keputusan Gubernur Nomor 188.258/KPTS/013/2020.
Hari ini terdapat tambahan 181 kasus di Jatim, sedangkan total pasien sembuh mencapai 548 orang setelah ada tambahan 26 pasien.
Sementara itu, pasien meninggal dunia mencapai 337 orang setelah ada tambahan 15 pasien.
Adapun pasien yang masih dirawat di rumah sakit rujukan tercatat 3.208 orang.
Total jumlah pasien dalam pengawasan (PDP) 6.071 orang, pasien yang masih diawasi 2.876 orang, selesai diawasi 2.614 orang, dan orang dalam pemantauan (ODP) berjumlah 24.090 orang.
Bobrok Penanganan Virus Corona
Seorang dokter mengungkapkan bobroknya penanganan kasus corona di Surabaya melalui twitter.
Pihak Pemkot Surabaya menyayangkan aksi ungkap penanganan covid-18 di medsos, sementara pihak RS tempat dokter tersebut bekerja anggap sebagai pendapat pribadi.
Diketahui, akun Twitter yang cuitannya viral itu bernama @cakasana.
• Pilih Kompetisi Dilanjutkan, Pelatih Persib Ungkap Keuntungan Jika Liga 1 2020 Digelar Kembali
Akun itu menulis perihal penanganan pandemi Virus Corona atau covid-19 di Surabaya.
Dari cuitannya, akun tersebut mengkritisi penanganan pandemi Virus Corona di Kota Pahlawan.
Cuitan itu diunggah pada 26 Mei 2020.
Pemilik akun mengaku seorang tenaga medis di salah satu rumah sakit di Surabaya.
Ia menganggap penanganan covid-19 di Surabaya tak serius.
"Oke kalau gitu kita mulai saja... SEBUAH UTAS tentang bobroknya penanganan covid-19 di Surabaya," tulisnya di akun Twitter.
Tanggapan Pemkot Surabaya
Terkait hal ini, Wakil Koordinator Hubungan Masyarakat Gugus Tugas Percepatan Penanganan covid-19 Surabaya, M Fikser, mengatakan, pihaknya sudah mengetahui perihal kabar viralnya cuitan itu.
Dia menyebut, Pemkot Surabaya menyayangkan pernyataan si dokter tersebut.
"Kami menyayangkan kalau hal itu disampaikan di media sosial, akhirnya akan menimbulkan persepsi dan pemahaman yang keliru," kata M Fikser di Balai Kota Surabaya, Rabu (27/5/2020).
Menurut M Fikser apa yang disampaikan akun tersebut tidaklah benar.
Misalnya saja dari segi bantuan alat pelindung diri ( APD ), selama ini Pemkot Surabaya telah support APD ke seluruh rumah sakit rujukan di Surabaya untuk digunakan tenaga medis saat bertugas.
Bahkan disebutnya, begitu Pemkot Surabaya menerima bantuan APD, hari itu juga langsung disalurkan kepada rumah sakit oleh Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini.
Menurut M Fikser, Pemkot Surabaya sebenarnya tidak anti kritik dalam penanganan wabah ini.
Hanya saja, perlu disampaikan dengan baik, misalkan dengan diskusi bersama tidak dengan lewat media sosial.
"Kalau memang beliaunya merasa kurang puas atau punya ide bisa datang kepada kami di gugus tugas, diskusi bersama kami," ujar M Fikser.
• Disorot Jokowi, Risma Siapkan Skenario Besar Putus Rantai Penyebaran Virus Corona di Surabaya
M Fikser mengatakan, bisa juga lewat organisasi profesional.
Sebab menurut M Fikser, selama ini Pemkot Surabaya terbuka berdiskusi dengan berbagai pihak seperti Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan sebagainya.
"Jadi kita coba luruskan biar tidak salah persepsi," tambah M Fikser.
IKUTI >>> Update virus Corona
(*)
Artikel ini telah tayang di Wartakotalive dengan judul Corona Surabaya dalam Sorotan, Wali Kota Risma Menangis Saat Terima Bantuan Mobil Cegah Corona, https://wartakota.tribunnews.com/2020/05/29/corona-surabaya-dalam-sorotan-wali-kota-risma-menangis-saat-terima-bantuan-mobil-cegah-corona?page=all.