Virus Corona
WHO Peringatkan Potensi Puncak Kedua Virus Corona, Bakal Lebih Bahaya Dibanding Puncak Pertama
Maski saat in jumlah kasus di sejumlah negara telah menurun namun ada bahaya lain yang mengintai.
Melansir CNN (27/5/2020), puncak kedua virus corona diproyeksikan terjadi dengan ciri-ciri temuan kasus positif Covid-19 masih tinggi, namun ada lonjakan tajam infeksi virus corona yang muncul secara tiba-tiba.
Puncak kedua pandemi corona ditenggarai tidak rapi atau terpola laiknya gelombang pandemi.
Puncak kedua ini bisa muncul setelah tingkat infeksi penyakit Covid-19 mulai stabil.
Jika pada pandemi gelombang kedua, ahli memperkirakan infeksi virus corona di berbagai wilayah dunia terjadi pada waktu yang berbeda-beda.
Lain halnya dengan puncak kedua.
Temuan kasus infeksi corona akan terjadi pada waktu yang bersamaan.
• Indonesia Bersiap Jalani New Normal, Berikut Protokol Kesehatan yang Harus Dijalankan Masyarakat
Puncak baru ini lah yang dikhawatirkan membebani sistem perawatan kesehatan dan berpotensi menyebabkan lebih banyak kematian.
"Saat lebih banyak rumah sakit dan petugas medis yang kewalahan menghadapi wabah ini, peluang kematian yang sebenarnya bisa diantisipasi jadi melonjak," jelas Dr. Gabe Kelen, ahli infeksi emerging dari Johns Hopkins University.
Kelen menyampaikan, langkah konkret untuk mengantisipasi puncak kedua pandemi corona adalah meratakan kurva Covid-19 agar orang yang sakit bisa dikelola dengan baik.
Kenapa puncak kedua pandemi corona berbahaya?
Seperti yang sudah dijelaskan di atas, puncak kedua pandemi corona dapat membuat kasus kematian yang sebenarnya bisa dicegah jadi melonjak.
Lonjakan kematian tidak hanya berasal dari penyakit Covid-19 semata.
Penderita penyakit kanker dan diabetes yang sangat tergatung pada medis juga ikut terancam karena perawatan kesehatan mereka ditunda.
Jika rumah sakit kewalahan menangani pasien infeksi virus corona, fasilitas kesehatan jadi kekurangan akses bagi pasien darurat untuk penyakit darurat selain Covid-19.