Virus Corona
WHO Peringatkan Potensi Puncak Kedua Virus Corona, Bakal Lebih Bahaya Dibanding Puncak Pertama
Maski saat in jumlah kasus di sejumlah negara telah menurun namun ada bahaya lain yang mengintai.
Kepastian kapan puncak kedua pandemi corona akan terjadi sangat tergantung seberapa cepat penanggulangan wabah.
Di AS, puncak kedua kemungkinan terjadi selama musim gugur atau akhir musim dingin, bertepatan dengan musim flu.
Namun, ahli memperkirakan puncak kedua bisa terjadi lebih cepat di bulan Juni jika banyak wilayah melonggarkan kebijakan untuk menekan pandemi.
• Berbeda dengan Kota Risma Surabaya, Khofifah Sebut PSBB di Wilayah Ini Berhasil, Beberkan Faktornya
Beberapa kebijakan yang berseberangan dengan antisipasi puncak kedua pandemi corona adalah pembukaan akses publik dalam skala besar dan mengembalikan kondisi seperti dalam keadaan normal sebelum pandemi.
Pembukaan kembali pengetatan massal di kantor, sekolah, dll. diperkirakan bisa memengaruhi waktu dan tingkat keparahan puncak kedua pandemi corona.
"Bisnis terutama barangkali tidak akan tutup total lagi seperti pada bulan lalu.
Sehingga, makin banyak orang keluar rumah, tingkat infeksi bisa melonjak lagi," pesan Kelen.
Bagaimana meredam puncak kedua pandemi corona?
Dr. Kelen menjelaskan, infeksi virus corona bakal terus terjadi selama vaksin belum ditemukan.
Namun, di sisi lain dia juga menyadari, bisnis sulit tutup secara massal lagi.
Demikian juga dengan tempat umum seperti sekolah dan tempat ibadah.
• New Normal Jadi Angin Segar Sektor Pariwisata, Wishnutama Ungkap Alasan Wisata Bali Segera Dibuka
Untuk meredam puncak kedua pandemi corona, dia menyarankan berbagai pihak untuk memperketat upaya mitigasi pencegahan penularan virus corona.
Di antaranya, sebisa mungkin tinggal di rumah kecuali untuk sangat mendesak, mengenakan masker saat berada di luar rumah, dan menjaga jarak setidaknya dua meter dengan orang lain.
IKUTI >>> Update virus Corona
(*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Waspada, Puncak Kedua Pandemi Corona yang Lebih Bahaya"