Breaking News

Banjir di Samarinda

Banjir di Samarinda Akibat Pendangkalan Waduk Benanga dan Penyempitan Sungai Karang Mumus

Permasalahan banjir sudah sangat akrab bagi publik Kota Tepian. Setiap kali hujan deras melanda, maka warga yang rumahnya masuk dalam kawasan rawan b

TRIBUNKALTIM.CO/NEVRIANTO HARDI PRASETYO
Kondisi Bendungan Benanga di Kelurahan Lempake Kecamatan, Samarinda Utara, Minggu (24/5/2020) lalu 

TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA- Permasalahan banjir sudah sangat akrab bagi publik Kota Tepian.

Setiap kali hujan deras melanda, maka warga yang rumahnya masuk dalam kawasan rawan banjir harus selalu siap siaga.

Bahkan dalam kurun waktu dua kali pelaksanaan lebaran, sebagian wilayah Samarinda selalu terendam air dengan ketinggian bervariasi.

Tentu ini menjadi pekerjaan rumah yang besar bagi Pemkot Samarinda, untuk menyelesaikan permasalahan banjir.

Baca juga: Jadi Kawasan Jalur Hijau, Dermaga Pasar Pagi Samarinda Ditertibkan dari Pedagang Kaki Lima

Baca juga: Buntut Wali Kota Surabaya Risma Marah soal Mobil PCR, Anak Buah Megawati di PDIP Turun Tangan

Berdasarkan kajian dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Samarinda, musibah banjir yang merendam sebagian wilayah Kota Tepian ini karena curah hujan yang cukup tinggi dan bersamaan dengan pasangnya Sungai Mahakam.

Sekretaris BPBD Kota Samarinda, Hendra AH menuturkan, selain dua permasalahan tersebut, terjadi pendangkalan dan penyempitan di Waduk Benanga Lempake dan Sungai Karang Mumus.

"Untuk Waduk Benanga dulunya memiliki luasan 380 hektare, sekarang hanya 20 hektare saja. Lalu sebagian wilayah tersebut ditumbuhi gulma dan sedimentasi, jadi daya tampungnya berkurang," ucap Hendra.

Tidak hanya itu, dari pengamatan BPBD melalui udara, ada sebagian wilayah Waduk Benanga yang dimanfaatkan oleh warga sekitar untuk beraktivitas dan adanya aktivitas tambang di wilayah hulu, sehingga menyebabkan pendangkalan akibat masuknya material tanah ke Waduk Benanga.

Baca juga: Prajurit TNI Bantu Korban Banjir di Samarinda, Tangani Pengobatan Gatal-gatal dan Asam Lambung

Baca juga: Nenek Usia 100 Tahun di Jawa Timur Sembuh dari Corona, Beberkan Rahasia dan Caranya Bertahan

"Waduk Benanga ini kan menampung aliran air dari Muara Badak, Pampang dan sekitarnya," ujarnya.

Hendra menerangkan, Waduk Benanga memang perlu dilakukan pengerukan karena dirasa sudah tidak mampu menampung debit air.

Jika sudah dilakukan, maka walaupun curah hujan sampai 400 mm dalam sehari, Waduk Benanga masih dapat menampungnya.

"Jadi air dari Waduk Benanga tidak sampai membanjiri wilayah sekitarnya," tutur Hendra.

Sementara itu, menurutnya, untuk Sungai Karang Mumus, perlu adanya normalisasi di seluruh alirannya.

Hal ini dilakukan karena adanya pendangkalan dan bottle neck sehingga kondisi tersebut sangat berkontribusi besar terjadinya musibah banjir di Kota Tepian.

"Sekarang kan aliran airnya tertahan. Sehingga terjadi penumpukan di wilayah Bengkuring, Griya Mukti Sejahtera dan Jalan Pemuda karena wilayah tersebut merupakan cekungan," ujarnya.

"Selebihnya dari pantauan kami, aliran di dekat Jembatan Kehewanan lancar-lancar saja. Berarti kan permasalahannya ada di sebagian aliran Sungai Karang Mumus yang mengalami penyempitan akibat adanya pemukiman warga, dan pendangkalan," katanya.

Lebih lanjut, dia mengatakan, kepada masyarakat agar selalu waspada dalam beberapa hari kedepan.

Mengingat berdasarkan prediksi Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Samarinda, puncak curah hujan tinggi akan terjadi pada akhir Mei ini.

"Jadi tanggal 3 Juni 2020 nanti itu sudah memasuki musim kemarau. Masih ada kemungkinan terjadinya banjir susulan, sehingga warga harus waspada," ucapnya. (*)

Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved