Virus Corona

Virus Corona Disebut Melemah dan tak Mematikan Oleh Dokter Italia, WHO Langsung Beri Bantahan

Dokter tersebut mengatakan covid-19 saat ini sudah mulai melemah dan tak lagi mematikan

SHUTTERSTOCK/ANDREAS PROTT
Ilustrasi Virus Corona Disebut Melemah dan tak Mematikan Oleh Dokter Italia, WHO Langsung Beri Bantahan 

TRIBUNKALTIM.CO - Pandemi virus Corona masih terus terjadi di seluruh dunia.

Namun baru-baru ini seorang dokter di Italia mengeluarkan pernyataan mengejutkan.

Dokter tersebut mengatakan covid-19 saat ini sudah mulai melemah dan tak lagi mematikan 

Seorang dokter populer di Italia menyebut jika virus corona (covid-19) mulai melemah dan tidak mematikan.

Dilansir Medical Daily, Kepala Rumah Sakit San Raffaele Milan, Alberto Zangrillo menyebut jika kekuatan virus corona melemah.

Bahkan Zangrillo menyebut jika covid-19 bukan lagi sebuah ancaman.

 Detik-detik Babinsa TNI Aniaya 2 Buruh Bangunan di Posko covid-19, Kepala Berdarah, Diduga Mabuk

 Pengakuan Blak-blakan Jokowi Soal Penanganan covid-19, Tunda Pembukaan Tempat Ibadah dan Sekolah?

"Pada kenyataannya, virus secara klinis tidak ada lagi di Italia. Pemeriksaan yang dilakukan dalam 10 hari terakhir menunjukkan secara kuantitatif virus sangatlah kecil dibandingkan satu atau dua bulan lalu," ujar Alberto Zangrillo.

Italia sempat menjadi negara tertinggi yang mencatatkan kematian karena kasus covid-19.

Namun sejak awal Mei, infeksi dan kematian karena covid-19 telah menurun tajam.

Bahkan kini Italia mulai merancang bagaimana melonggarkan lockdown.

Zangrillo menyebut jika virus gelombang kedua tak lagi sekuat yang pertama.

"Kekuatan virus itu dua bulan lalu bukanlah kekuatan yang sama dengan saat ini beredar. Jelas bahwa hari ini covid-19 menunjukkan perbedaannya," lanjut Zangrillo.

Pernyataan dokter asal Italia tersebut sontak menghebohkan dunia.

Kini, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah memberikan pernyataan terkait pernyataan Alberto Zangrillo.

 Mirip Effendi Gazali, Pakar Universitas Indonesia Beber Bukti Jokowi Marah Besar Soal Virus Corona

• Gibran Maju di Pilkada Solo, Kaesang Pangarep Diisukan Gantikan Anies, Putra Jokowi Beri Klarifikasi

Dikutip dari Chanel News Asia, para pakar WHO menegaskan jika tidak ada bukti yang mendukung pernyataan Zangrillo.

Setidaknya pada 1 Juni 2020, WHO belum pernah menemukan bukti jika virus corona mulai melemah.

Ahli Epidemiologi WHO, Maria Van Kerkhove serta pakar lain langsung membantah pernyataan dari Zangrillo.

Menurut mereka, pernyataan Zangrillo tidak didukung dengan bukti ilmiah.

"Dalam hal penularan, itu tidak berubahm dalam hal keparahan juga tidak berubah," ujar Van Kerkhove pada wartawan.

Hal ini senada dengan hasil penelitian, Martin Hibberd, seorang profesor penyakit menular yang muncul di London School of Hygiene & Tropical Medicine yang menyebut tidak ada perubahan dari data lebih dari 35 ribu genom virus yang telah diteliti.

"Dengan data lebih dari 35 ribu genom seluruh virus, saat ini tidak ada bukti bahwa ada perbedaan signifikan terkait dengan tingkat keparahan," jelas Hibberd melalui email.

Meski disangkal, Zangrillo masih memiliki pembelaan, jika dia didukung oleh penelitian yang dilakukan sebuah ilmuwan Massimo Clementi, yang akan diterbitkan minggu depan.

"Kami tidak pernah mengatakan jika virus telah berubah, namun kami menyebut jika interaksi antara virus dan tuan rumah yang sudah berubah," ujar Zangrillo pada Reuters.

Zangrillo menegaskan jika penelitian Clementi telah membandingkan sampel virus corona di rumah sakit Milan pada bulan Maret dan bulan Mei.

"Hasilnya jelas: perbedaan yang sangat signifikan antara virus yang bersarang di tubuh pasien yang dirawat bulan Maret dan dengan bulan Mei, lanjut Zangrillo.

Sementara itu, kasus corona di Italia memang sudah jauh menurun dibandingkan bulan lalu.

Jika pada bulan April, Italia mencatatkan hingga ribuan kasus baru, pada 1 Juni kemarin, Italia hanya bertambah 200 kasus covid-19 baru.

Dikutip dari World Meters, kini Italia memiliki 41.367 kasus aktif covid-19 dari total 233,197 kasus.

 Intelejen AS Beber Bukti covid-19 Milik Donald Trump, Temukan Hal Tak Biasa di Laboratorium Wuhan

Bukan Demam, Gejala Ini yang Paling Sering Dirasa Pasien Virus Corona di Indonesia

Pasien yang tertular virus Corona merasakan berbagai macam gejala.

Yang paling umum adalah demam dan sesak nafas

Namun untuk pasien di Indoensia demam bukanlah gejala utama yang dirasakan oleh sebagian besar mereka yang tertular covid-19 

Apa saja gejala infeksi virus corona yang dirasakan oleh pasien virus corona di Indonesia? Belum ada data komprehensif soal ini.

Namun, jika melihat statistik yang ditampilkan pada laman covid19.go.id, sebagian besar pasien memiliki gejala yang umum seperti sering disampaikan oleh WHO, yaitu batuk, demam, dan sesak napas.

Akan tetapi, data yang ditampilkan pada laman Covid-19 baru merupakan data 7 persen pasien Covid-19 di Indonesia.

 

Dari data di atas, sebanyak 76,7 persen pasien disebut mengalami batuk.

Pasien dengan gejala riwayat demam dan demam masing-masing sebanyak 52,4 persen dan 47,4 persen.

Sementara, 41,5 pasien Covid-19 di Indonesia menderita sesak napas dan 33,4 persen pasien memiliki gejala sesak napas.

Beberapa pasien juga merasakan gejala seperti sakit tenggorokan (32,1 persen), pilek (31,2 persen), dan sakit kepala (23,7 persen).

Selain itu, ada 19,7 pasien menderita gejala mual, 17 persen mengalami keram otot, 10,8 persen pasien memiliki gejala menggigil, 8,5 persen menderita diare, dan 7,3 pasien bergejala sakit perut.

Saat dikonfirmasi, Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito membenarkan bahwa data yang ditampilkan pada laman covid19.go.id baru data 7 persen pasien.

"Betul, itu gambaran penderita Covid-19 yang memiliki komorbid (penyakit penyerta), di mana datanya digambarkan dari 7 persen pasien positif Covid-19," kata Wiku saat dihubungi Kompas.com, Kamis (28/5/2020).

Mengapa hanya data 7 persen pasien yang dikumpulkan?

Menurut Wiku, ada dua kemungkinan mengapa data tersebut hanya sebesar 7 persen.

Pertama, karena fasilitas kesehatan yang merawat pasien belum mengisi data pasien secara lengkap.
Kedua, pasien memang tidak memiliki komorbid.

Penyakit penyerta Berdasarkan data di atas, hipertensi menjadi penyakit penyerta pasien positif Covid-19 terbanyak yang diderita pasien, yaitu sebesar 52,8 persen.

Kemudian, diabetes dengan 33,3 persen, dan penyakit jantung sebesar 20,7 persen.

Beberapa pasien juga sebelumnya telah memiliki penyakit paru kronis (16,1 persen), gangguan napas lain (8,2 persen), ginjal (5,2 persen), dan asma (3,2 persen).

Sisanya, merupakan peserta yang telah memiliki penyakit bawaan, seperti kanker, TBC, penyakit hati, dan gangguan imun.

Namun, data grafik di atas hanya menunjukkan 2,5 persen data dari pasien Covid-19, sementara 97,5 persen tidak memiliki data atau kondisi penyerta.

"Grafik itu hanya khusus untuk menggambarkan keadaan penyakit penyerta dari kasus Covid-19," jelas Wiku.

Wiku mengatakan, pasien Covid-19 terdiri dari orang sehat dan orang yang memiliki penyakit sebelumnya.

Jika seseorang terinfeksi, maka dampak yang muncul akan berbeda jika tidak ditangani dengan baik.

IKUTI >> Update Virus Corona

(*)

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Dokter Italia Sebut Virus Corona Mulai Melemah dan Tidak Mematikan, Ini Tanggapan WHO, https://www.tribunnews.com/corona/2020/06/02/dokter-italia-sebut-virus-corona-mulai-melemah-dan-tidak-mematikan-ini-tanggapan-who?page=all.

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved