Corona di Dunia Belum Tuntas, Virus Ebola Kembali Muncul di Negara Ini, Dampak Tak Kalah Mengerikan
Kabar terbaru, virus ebola dilaporkan kembali merebak di Kongo, salah satu negara di Benua Afrika.
TRIBUNKALTIM.CO - Saat seluruh dunia tengah menghadapi pandemi Virus Corona atau covid-19, kembali muncul Virus Ebola yang mengancam nyawa manusia.
Kabar terbaru, Virus Ebola dilaporkan kembali merebak di Kongo, salah satu negara di Benua Afrika.
Selama ini, Virus Ebola memang menjadi momok di benua ini.
Berdasarkan data dari Badan Kesehatan Dunia (WHO), Virus Ebola pertama kali muncul di dekat Sungai Ebola, Kongo, pada 1976.
• Bukan New Normal, Anies Baswedan Justru Terapkan PSBL Usai PSBB di Jakarta, Khusus Zona Merah
• Detik-detik Babinsa TNI Aniaya 2 Buruh Bangunan di Posko covid-19, Kepala Berdarah, Diduga Mabuk
• 10 Aktris Korea Cantik Alami Tanpa Oplas, 3 di Antaranya Lawan Main Lee Min Ho di Drama Korea
• Ramalan Zodiak Cinta Rabu 3 Juni 2020, Virgo Kesal Ocehan Pasangan, Kali Ini Aries Sulit Berdamai
Kala itu, Virus Ebola menginfeksi 318 orang, dan 88 persen di antara penderitanya meninggal dunia.
Virus ini kemudian terus terjadi dari waktu ke waktu di berbagai negara di Afrika, bahkan mencapai Italia, Inggris, Spanyol, dan Amerika Serikat.
Dan kini, Virus Ebola kembali merebak di Kongo.
Mengutip DW, Senin (1/6/2020), Kongo telah mengumumkan kasus epidemi baru Ebola setelah 4 orang meninggal dunia karena terkonfirmasi terinfeksi Virus Ebola.
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus juga menyampaikan informasi yang sama melalui akun Twitter-nya.
Sejak pertama terjadi dan pada kejadian-kejadian penyebaran selanjutnya, tingkat fatalitas Virus Ebola cukup tinggi, ada di kisaran 50 persen.
Pada penyebaran yang pernah terjadi di tahun-tahun sebelumnya, tingkat kematian bervariasi mulai dari 25-90 persen.
Penyakit ini memang langka, artinya secara kuantitas tidak begitu tinggi, tetapi memiliki risiko kematian yang begitu tinggi.
• Jelang New Normal, Jokowi Tiba-tiba Akui Pemerintah Belum Bisa Kendalikan Virus Corona, Ada Apa?
• Gubernur Irianto Terbitkan Edaran, Begini Sistem Kerja Pegawai Saat New Normal
Virus Ebola
Dikutip dari laman John Hopkins Medicine, Ebola merupakan Virus yang menyebabkan terjadinya penggumpalan darah dan menimbulkan pendarahan di dalam.
Darah bocor keluar dari pembuluh darah kecil ke bagian tubuh.
Oleh karena itu, Virus ini juga dikenal sebagai bagian dari hemorrhagic fever Virus atau Virus demam berdarah.
Virus ini juga bisa menyebabkan peradangan dan kerusakan jaringan.
Hingga saat ini, WHO menyebut telah menemukan 6 jenis berbeda dari Virus Ebola.
Jenis-jenis itu adalah Zaire, Bundibugyo, Sudan, Taï Forest, Reston dan Bombali.
Namun, hanya 4 dari 6 jenis Virus itu yang bisa menimbulkan penyakit pada manusia, yakni Zaire, Sudan, Taï Forest, dan Bundibugyo.
Sementara, Virus Reston diketahui menyebabkan penyakit pada primata dan babi.
Adapun, Virus bombali yang teridentifikasi pada kelelawar belum diketahui apakah menyebabkan penyakit pada manusia dan hewan.
• Jelang New Normal, Luhut Pandjaitan Waspadai Gelombang Kedua Virus Corona, Contoh China dan Korsel
• Refly Harun Bongkar Beda New Normal Negara Lain dengan Indonesia, Beber Pemerintah Jokowi Bangkrut
cara penularan
Ebola menyebar melalui kontak langsung dengan cairan tubuh penderita, mulai dari darah, air liur, keringat, air mata, lendir, muntahan, kotoran, ASI, air seni, dan air mani.
Selain itu, ketika seseorang menyentuh permukaan benda yang telah terkontaminasi oleh cairan mengandung Virus itu, ia juga potensial turut terinfeksi.
cara masuk ke dalam tubuh, Virus ini bisa melalui kulit yang terluka, atau apabila mengenai bagian mulut, hidung, dan mata yang di sana terdapat membran mukosa.
Hubungan seksual dengan penderita juga bisa menyebabkan seseorang terinfeksi.
Tidak hanya orang terinfeksi yang berpotensi menularkan Virus.
Berdasarkan informasi dari CDC, penderita yang telah dinyatakan sembuh dari Virus Ebola pun masih menyimpan risiko menularkan Virus pada orang lain.
Penyebabnya, karena Virus ini dapat bertahan di cairan tubuh tertentu, seperti air mani orang yang telah sembuh.
Merujuk informasi dari WHO, Virus ini pertama kali ditularkan kepada manusia dari hewan liar yang ada di dalam populasi.
Hewan liar yang menjadi reservoir alami atau inang Virus Ebola belum diketahui hingga kini.
Namun, para peneliti menganggap kelelawar buah dan primata seperti monyet, simpanse, dan kera sebagai asal Virus ini sebelum ditularkan oleh manusia ke manusia.

Masa inkubasi dan gejala
Masa inkubasi Virus di dalam tubuh berkisar antara 2-21 hari.
Namun, penderita tidak akan bisa menularkan Virus kepada orang lain, apabila dalam dirinya belum muncul gejala.
Gejala yang dimaksud adalah demam, pusing, sakit otot, sakit kepala, dan radang tenggorokan yang terjadi secara tiba-tiba.
Gejala lain yang mungkin mengikuti adalah muntah, diare, ruam, gangguan fungsi ginjal dan hati, dan pendarahan (seperti dari gusi, tinja, dan sebagainya).
Pengobatan dan perawatan Bagi mereka yang telah terinfeksi Virus ini harus mendapatkan perawatan dan dukungan medis secara intensif.
Jika penanganan tepat tidak segera diberikan, maka kemungkinan besar kasus akan berujung fatal.
Sama seperti covid-19, Virus Ebola ini juga belum memiliki vaksin legal atau obat yang bisa digunakan untuk menyembuhkan infeksi, baik pada manusia maupun hewan.
Serangkaian terapi darah, imunologi, dan obat hingga saat ini terus dikembangkan dan diupayakan untuk menangani kasus yang terjadi.
Salah satu vaksin yang dikembangkan dan tengah diuji coba adalah rVSV-ZEBOV.
Pada wabah yang terjadi tahun 2015, 11.841 orang dilibatkan dalam uji coba ini.
Sebanyak 5.837 diberikan vaksin, sisanya tidak.
Pada mereka yang menerima vaksin, dalam 10 hari setelahnya tidak ada satu pun yang terinfeksi Ebola.
Namun pada mereka yang tidak menerima vaksin, dalam jangka waktu yang sama tercatat 23 kasus Ebola ditemukan.
vaksin inilah yang saat ini digunakan dalam menangani wabah yang tengah berlangsung di Kongo.
Meski terbilang efektif, vaksin ini belum mendapat lisensi atau pengesahan sebagai vaksin Virus Ebola.
Kunci penting untuk mengendalikan penyebaran penyakit ini adalah dengan melibatkan masyarakat luas.
Penerapan sejumlah upaya intervensi juga penting untuk mengendalikan laju infeksi, mulai dari manajemen kasus, menerapkan praktik pencegahan, melakukan pengawasan, pelacakan kontak, dukungan laboratorium yang berfungsi baik, praktik pemakaman yang aman, hingga dilakukannya mobilisasi sosial.
Pengendalian wabah yang baik bergantung pada penerapan paket intervensi, yaitu manajemen kasus, praktik pencegahan dan pengendalian infeksi, pengawasan dan pelacakan kontak, layanan laboratorium yang baik, penguburan yang aman dan bermartabat serta mobilisasi sosial.
Jika penderita infeksi Virus Ebola berhasil disembuhkan dengan obat tertentu, mereka masih akan tetap merasakan efek samping dari proses pemulihan itu.
Seperti merasakan kelelahan, sakit pada otot, masalah penglihatan, dan sakit perut.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Ebola, Virus yang Kembali Merebak di Kongo, Bagaimana Penularannya?"