Eks Kepala BAIS Beber Dampak Bagi Indonesia Jika Amerika vs China Tempur di Laut China Selatan

Mantan Kepala Badan Intelijen Strategis ( BAIS ) TNI Laksamana Muda TNI (Purn) Soleman B Ponto meyakini Indonesia akan terdampak jika Amerika Serikat.

Editor: Budi Susilo
PressTV
ILUSTRASI Pesawat bomber milik China melakukan berbagai latihan, khususnya di atas kepulauan buatan Feary Cross, Laut China Selatan. 

TRIBUNKALTIM.CO, JAKARTA - Mantan Kepala Badan Intelijen Strategis ( BAIS ) TNI Laksamana Muda TNI (Purn) Soleman B Ponto meyakini Indonesia akan terdampak jika Amerika Serikat dan China bertempur di Laut China Selatan.

Soleman mengatakan dari sisi lingkungan setidaknya laut Indonesia akan tercemar. Tidak hanya itu, ia juga meyakin Indonesia akan kedatangan pengungsi perang dari sekitar Laut China Selatan.

Hal tersebut diungkapkan Soleman ketika menanggapi pertanyaan seorang peserta Diskusi Webinar bertajuk "Polemik Rancangan Perpres Tentang Tugas TNI dalam Mengatasi Terorisme" yang diselenggarakan Universitas Paramadina, Selasa (9/6/2020).

"Bagaimana laut itu akan menjadi kotor. Bagaimana terjadi pencemaran lingkungan. Pasti akan berdampak kepada Indonesia. Bagaimana nanti kalau ada pengungsi datang ke mana, ke Indonesia lagi. Kita ingat bagaimana kasus Pulau Galang yang penuh dengan pengungsi. Sehingga apa yang akan terjadi dengan Laut China Selatan pasti akan berdampak kepada Indonesia," kata Soleman.

Baca Juga: Cara Atasi Trauma Hilangkan Rasa Sedih ala Psikolog, Berangkat dari Curhatan Wanita Gagal Menikah

Baca Juga: Balikpapan Jadi Pintu Keluar Masuk Orang, Dibebani Kasus Impor covid-19 dari Jawa dan Sulawesi

Diberitakan sebelumnya, situasi di kawasan Laut China Selatan kembali memanas.

Melansir Kontan.co.id Kamis (29/5/2020), kapal perang milik Angkatan Laut Amerika Serikat kembali menentang klaim China di Laut China Selatan.

Amerika Serikat mengirim kapal perusak yang disenjatai rudal yang dipandu Arleigh Burke, USS Mustin di dekat Kepulauan Paracel.

Melansir CNN, Angkatan Laut Amerika Serikat telah dua kali mengirim kapal perang dalam upaya yang sama untuk menentang klaim China ke Pulau Paracel dan Spratly pada bulan lalu dan melakukan operasi serupa di dekat Paracels pada bulan Maret.

Meningkatnya operasional Amerika Serikat terjadi di tengah memanasnya ketegangan antara Washington dan Beijing pada sejumlah masalah.

Termasuk upaya Partai Komunis China untuk melakukan kontrol yang lebih besar atas Hong Kong dan tanggung jawab atas virus Corona atau covid-19.

"Pada 28 Mei (waktu setempat), USS Mustin (DDG 89) menegaskan hak navigasi dan kebebasan di Kepulauan Paracel, konsisten dengan hukum internasional," kata Letnan Anthony Junco, juru bicara Armada ke-7 Angkatan Laut Amerika Serikat, dalam sebuah pernyataan seperti yang dikutip CNN.

Baca Juga: Belasan Warga Palu Tertahan 5 Hari di Pelabuhan Kariangau Balikpapan, Tak Ada Uang untuk Rapid Test

Baca Juga: Promo Terbaru, The Body Shop Plaza Balikpapan Beri Potongan Harga 50 Persen Sampai 4 Agustus

Sumber: Tribunnews
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved