Kisah Buaya Riska Sang Penjaga Bantaran Sungai Guntung Bontang, 14 Tahun Hidup dengan Manusia

Namanya Riska, Sang Penjaga Bantaran Sungai Guntung. Dia seekor buaya betina.

TRIBUNKALTIM.CO/MUHAMMAD FACHRI RAMADHANI
Ambo nelayan Guntung Bontang duduk menanti kedatangan anak angkatnya, buaya Riska di beranda rumah kontrakannya, Sabtu (13/6/2020) pagi 

Ambo tak pernah menyangka bisa berteman dengan buaya di tanah perantauan. Umur 18 tahun ia merantau ke Kalimantan Timur. Pernah tinggal di Kutim, Samarinda dan sekarang Bontang.

"Gak nyangka. Itu kubilang gak kusangka. Aku ini orang perantau dari Palu. Gak mungkin kupikirkan di Kalimantan ketemu buaya. Gak pernah terpikir punya anak angkat seekor buaya," seloroh pria beranak satu ini.

Ambo tak malu mengaku gelisah, apabila Riska lama tak muncul. Hubungan emosional keduanya sudah sangat lekat dan dekat.

Cara berkomunikasi mereka unik. Ambo cukup melihat gerak-gerik buaya Riska saat ia ngobrol. Ia mengaku paham apa yang dikatakan buaya tersebut.

Apabila ada hal penting yang ingin disampaikan Riska kepada Ambo, ia menyampaikannya lewat mimpi. Bukan mimpi Ambo, tapi istrinya.

"Belum pernah terpikir berpisah dengan Riska. Itu belum mau kupikir. Yang kupikir, aku masih mampu kasih dia makan. Akan kupelihara terus sampai kapan pun," ujarnya.

Kalau pun harus berpisah dengan Riska, ia bisa menerima bila itu keinginan buaya betina yang 14 tahun lalu ditemukannya masih berukuran sekira 1 meter.

"Kalau dia sendiri yang mau pergi, gak masalah. Karena dia pengen sendiri. Kalau ditangkap orang atau apa, itu lain lagi. Tak akan kuterima," kata Ambo sambil menghembuskan asap rokoknya ke udara, matanya berkaca.

Namun tiba-tiba, urat kepala Ambo tampak tertarik. Dahinya berkerenyit. Ia langsung teringat, belum lama ini ia kedatangan tamu.

Ia mengaku petugas semacam Balai Konservasi Satwa Liar. Kedatangan mereka memperingatkan bahwa keberadaan buaya Riska di tengah masyarakat amat berbahaya.

"Nyawa saya jaminannya kataku. Heran saya dengan mereka. Tahu, apa? Riska punya saya," sambarnya.

Ambo ngotot. Ia tak mau petugas tersebut bertindak lebih dari apa yang ia pikirkan. Gayung bersambut beberapa warga sempat berdatangan, mereka membela Riska. Melihat hal tersebut, petugas itu tak berdaya.

Namun Ambo mau tak mau harus bersedia membuat surat pernyataan. Apabila terjadi hal yang tak diinginkan bersedia bertanggungjawab.

"Maksudnya mungkin begitu, mau dievakuasi. Warga datang satu-satu. Mereka nanya kenapa itu? Riska kenapa? Kalau Riska diambil berurusan dengan kita. Riska ini banyak pembelanya. Baru aja, belum lama. Ada surat pernyataanmya di dalam," ungkapnya sambil tertawa menang.

Ketahuilah, bila air pasang, dermaga kecil di bantaran Sungai Guntung tak jauh dari rumah kontrakan Ambo, jadi tempat kesenangan Riska.

Sumber: Tribun Kaltim
Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved