Resensi Buku

Luncurkan Biografi Bima di Timur Borneo, Syafruddin Kisahkan Sang Anak Bawang Penakluk Karang Paci

Luncurkan Biografi Bima di Timur Borneo, Syafruddin Kisahkan Sang Anak Bawang Penakluk Karang Paci

TRIBUN KALTIM/TRINILO UMARDINI
Luncurkan Biografi Bima di Timur Borneo, Syafruddin Kisahkan Sang Anak Bawang Penakluk Karang Paci 

TRIBUNKALTIM.CO, BALIKPAPAN - Luncurkan Biografi Bima di Timur Borneo, Syafruddin Kisahkan Sang Anak Bawang Penakluk Karang Paci

Empat puluh tahun silam, jauh di pedalaman kaki Gunung Parewa, tepatnya Desa Sakuru, Bima, Nusa Tenggara Barat, Syafruddin lahir.

Bocah laki-laki anak keempat dari lima bersaudara dari keluarga kampung yang hidupnya amat sederhana. 

Ayahnya merupakan pedagang bawang, dan ibu yang sehari-hari berjualan kue. Ditinggal wafat sang ibu sejak usia 6 tahun, kehidupan Syafruddin terbilang menyedihkan.

Tumbuh dengan kasih sayang tak lengkap, juga materi jauh dari kecukupan. Sejak kecil hingga dewasa, Syafruddin berkembang menjadi anak jalanan yang nakal.

Lambat memulai sekolah, kerap berkelahi, juga pernah mencuri buku tulis di pasar.

Hidupnya keras. Diasuh sang nenek, Syafruddin tak pernah mendapat uang jajan.

Bekalnya cuma cabai yang diulek dengan garam. Untuk mengatasi rasa lapar, dia akan mengambil mangga muda di sekolah sebagai pengganjal perut.

Buah mangga muda dicocol cabai garam.

Dia juga sudah mencari uang sejak kecil dengan mencari rumput atau kayu bakar, jualan es, membuka hutan, dan menanam padi.

Uang yang dihasilkannya untuk memenuhi kebutuhan sekolah.

Begitulah sekilas kehidupan Syafruddin, Ketua DPW PKB Kaltim, yang dikisahkan dalam buku biografi Bima di Timur Borneo.

Ditulis oleh Yustinus Sapto Hardjanto dan diluncurkan awal Juni.

Sejatinya, banyak orang-orang sukses lahir dari kesulitan. Kisah keberhasilan kerap berasal dari kepapaan, kegetiran, juga jalan berliku yang mengharu-biru.

Lantaran itulah sukses menjadi bermakna. Dikenang sebagai buah perjuangan yang tak akan terlupa.

Hal inilah yang hendak disampaikan Syafruddin, anggota DPRD Kaltim yang berhasil menjadi anggota legislatif selama dua periode (2014 dan 2019).

Syafruddin moncer mengantarkan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) mendapat 5 kursi.

Raihan yang fenomenal mengingat sebelumnya PKB cuma menduduki 3 kursi. Padahal sebagai politisi muda, ia sering dianggap anak bawang dan tak pernah diperhitungkan.

Hal itu justru menjadi keuntungannya karena saat berjuang ia tak memiliki beban. Alhasil, ia pun berhasil menaklukkan gedung DPRD Kaltim yang terletak di Karang Paci.

Kendati demikian, untuk meraih kesuksesan itu, selalu ada perjalanan yang berliku.

Ia mengakui masa kecil hingga awal dewasa tak mudah karena terlahir miskin.

Namun seperti kata M Hanif Dhakiri, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi 2014-2019 yang memberikan komentar dalam buku ini: masa lalu boleh tak indah karena kita memang tak bisa mengendalikannya. Tapi masa depan sepenuhnya di tangan kita sendiri. Siapkah kita menemputnya dengan keberanian dan kerja keras? 

Mewariskan Cerita Perjuangan kepada Anak-Cucu

Membuat biografi diakui Syafruddin sebenarnya merupakan keinginan yang sederhana.

Bukan untuk pamer atau merasa sudah menjadi besar dengan pencapaiannya sekarang.

“Saya hanya ingin mewariskan cerita perjuangan kepada anak-cucu saya, bahwa hidup itu keras dan penuh perjuangan untuk mencapai sesuatu,” ujar Syafruddin.

Ia juga tak ingin agar generasi penerusnya justru mendengar kisah perjuangannya dari orang lain.

Sebelum terbit Bima di Timur Borneo, ada buku pertama yang berjudul Tegar Melawan Badai pada 2010, ditulis Herman A Hasan.

Saat itu sebenarnya ia ingin mengenang kilas balik pasca-kalah pemilu legislatif (pileg) 2009 saat PKB tak berhasil meraih satu kursi pun di DPRD Kaltim.

Padahal pada 2004, PKB bisa menempatkan tiga wakilnya di Karang Paci.

Untuk mengevaluasi hal tersebut, maka dibuatlah buku tersebut yang tentang konflik internal PKB yang pecah. Saat itu ada dua kubu yaitu PKB versi Muhaimin Iskandar dan PKB versi Yenny Wahid, putri Gus Dur.

Di Kaltim pun juga terpecah menjadi dua kubu. Syafruddin didapuk menjadi Ketua DPW PKB Kaltim versi Muhaimin Iskandar.

Bagaimana partai itu bisa solid kembali dan menjadi tantangan mengelola partai dengan kemampuan terbatas. Semuanya dikupas habis dalam buku tersebut.

“Apa yang diuraikan dalam buku menjadi catatan agar pileg ke depan bisa sukses kembali,” ungkap suami dari Damayanti.

Terbukti dari evaluasi tersebut, di bawah kepemimpinannya, pada Pileg 2014, PKB berhasil meraih lima kursi DPRD Kaltim dan 13 kursi yang tersebar di 10 kabupaten/kota.

Hanya pada saat itu banyak pihak-pihak yang mengatakan, raihan kursi tersebut sekadar faktor keberuntungan.

Sekali lagi pada Pileg 2019 PKB berhasil meraih 5 kursi lagi di DPRD Kaltim dan 25 kursi DPRD di 10 kabupaten/kota.

Keberhasilan tersebut membuatnya ingin membuat buku kedua. Kali ini ia lebih fokus pada cerita pribadi tentang kehidupannya yang keras dari masa kecil, remaja, dan dewasa yang sulit dan pahit menjadi manis dikenang sekarang.

Muncullah buku kedua Bima di Timur Borneo. Ia berharap semoga buku keduanya bisa menginspirasi anak muda Kaltim yang punya cerita ‘heroik’ untuk menggapai cita-citanya.

Luncurkan Biografi Bima di Timur Borneo, Syafruddin Kisahkan Sang Anak Bawang Penakluk Karang Paci
Luncurkan Biografi Bima di Timur Borneo, Syafruddin Kisahkan Sang Anak Bawang Penakluk Karang Paci (TRIBUN KALTIM/TRINILO UMARDINI)

“Kekalahan adalah keberhasilan yang tertunda. Perjuangan dan berproses adalah mutlak dan tak bisa ditawar,” tutur pria kelahiran Sakuru, 15 Oktober 1979.

Dia berpesan, anak muda harus bisa gali potensi dan jangan diam. Harus mampu berkompetisi, soal menang atau kalah itu biasa. “Kalah bukan akhir dari segalanya. Justru awal dari perjuangan,” ungkapnya menutup obrolan. (*)

Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved