Gaya Hidup
Milenial Siap Sambut New Normal, Begini Cara Mahasiswi Balikpapan Wini Widityani Jalani Perkuliahan
Milenial Siap Sambut New Normal, Begini Cara Mahasiswi Balikpapan Wini Widityani Jalani Perkuliahan
Penulis: Heriani AM |
TRIBUNKALTIM.CO, BALIKPAPAN - Milenial Siap Sambut New Normal, Begini Cara Mahasiswi Balikpapan Wini Widityani Jalani Perkuliahan
New normal adalah langkah percepatan penanganan Covid-19 dalam bidang kesehatan, sosial, dan ekonomi.
Skenario new normal dijalankan dengan mempertimbangkan kesiapan daerah dan hasil riset epidemiologis di wilayah terkait.
Definisi new normal adalah skenario untuk mempercepat penanganan Covid-19 dalam aspek kesehatan dan sosial-ekonomi.
Pemerintah Indonesia telah mengumumkan rencana untuk mengimplementasikan skenario new normal dengan mempertimbangkan studi epidemiologis dan kesiapan regional.
Peran kalangan milenial dalam upaya pencegahan penyebaran virus korona sangat diperlukan. Kehidupan normal baru merupakan salah satu skema kehidupan dalam norma-norma baru harus diawali oleh kaum milenial dengan gerakan membiasakan hal-hal yang benar.
Sebab mereka menjadi bagian penting dalam proses sosialisasi dan edukasi kepada warga terutama dalam penerapan protokol kesehatan. Termasuk yang komitmen dilakukan Badan Eksekutif Mahasiswa STIE Balikpapan.
"Sebenarnya sudah banyak orang salah kaprah akan arti new normal. Beberapa orang beranggapan new normal ini fase kehidupan lepas dari pandemik (back to normal)," ungkap Presiden Mahasiswa STIE Balikpapan, Wini Widityani. "Sedangkan menurut saya, new normal ini ialah perubahan perilaku masyarakat kembali beraktivitas tetapi dilengkapi dengan protokol kesehatan, sederhananya beraktivitas dengan safety. Dan sebagai mahasiswa juga milenial sudah semestinya kita yang paham bergerak untuk mengedukasi," jelasnya.
Disinggung soal siap tidaknya menghadapi era kenormalan baru, perempuan berkerudung ini menyebut jawabannya tergantung pada kondisi kekinian.
Menurutnya, dikatakan siap ketika negara atau daerah mengalami grafik penurunan angka kasus Covid-19.
Contohnya di negara lain yang menerapkan new normal. Grafik kasus covid di negara tersebut semakin menurun sehingga dikatakan pantas untuk menerapkannya.
"Beda halnya dengan Indonesia hari ini, angka pasien kasus corona semakin meningkat. Maka dikatakan siap atau tidak ketika kita melihat kondisi, ketika new normal terlihat dipaksakan maka akan timbul pernyataan 'Dipaksa New Normal atau 'Terpaksa New Normal'. Dan tentu itu bukan new normal yang ideal diharapkan masyarakat," urainya.
Disiplin Jalani Perkuliahan dengan Protokol Covid-19
Wini Widityani menyebut belum ada kebijakan jelas kapan mahasiswa akan kembali duduk di ruang kelas perkuliahan.
Menurutnya, jika kampus ingin mengembalikan kuliah secara tatap muka di era new normal, banyak yang harus diperhatikan pihak kampus.
Mulai dari penyiapan sarana prasarana yang sesuai dengan protokol kesehatan, pengawasan di pintu masuk juga ruangan-ruangan yang berpotensi penyebaran infeksi Covid-19, penegakan physical distancing dan yang penting tenaga pendidik/dosen memiliki kesiapan.
Kalaupun ingin tetap dilakukan perkuliahan jarak jauh (daring), kampus harus mempersiapkan rule perkuliahan online sebagaimana ketika kuliah jarak jauh dilakukan saat kebijakan stay at home.
Penerimaan mahasiswa baru alangkah baiknya kampus mempersiapkan layanan online.
"Yang paling penting memfasilitasi internet kepada mahasiswa mengingat perekonomian orangtua mahasiswa juga ikut terdampak karena pandemi ini. Sekalipun belum ada kebijakan sudah jadi kewajiban kampus buat persiapkan variabelnya," ungkap Wini Widityani.
Secara pribadi perlengkapan yang disiapkan perempuan yang aktif berorganisasi ini cukup lengkap. Aktivitas apapun yang dilaksanakan secara tatap muka (langsung) kami mempersiapkan starter pack kit yaitu tisu basah, tisu kering, hand sanitizer, masker cadangan, dan beberapa peralatan pribadi.
Perempuan berumur 20 tahun ini menyebut menyongsong new normal, menyesuaikan bukan lagi pilihan, tapi sebuah tuntutan. Ia mencontohkan saat ada arahan untuk stay at home.
Mayoritas dari masyarakat tentulah tidak terbiasa, di tengah padatnya aktivitas di luar. Namun biasa dilakukan karena diminta oleh pemerintah untuk melaksanakan.
Menurutnya, milenial yang sudah terbiasa hidup berdampingan dengan teknologi yang kian hari kian berkembang pesat tentunya paham, bahwa teknologi saat ini ialah penunjang bahkan perangkat yang akan menyesuaikan aktivitas kita baik itu kegiatan belajar-mengajar, bekerja, perdagangan, bahkan pertemuan penting dalam sistem ketatanegaraan pun dilakukan secara online.
"Di sinilah waktu ketika kita dituntut memaksimalkan pemanfaatan teknologi yang mungkin awalnya segala sesuatu kita lakukan secara manual," tegas Wini Widityani.
Ia juga menyinggung sisi hiburan melihat beberapa tempat yang semakin ramai.
Secara pribadi ia menilai bahwa segala sesuatu hal yang sifatnya tidak urgent dan masih bisa dilakukan melalui daring alangkah sebaiknya menghindari tempat tempat berkumpul.
Perlu diingat bahwa sampai hari ini belum ada vaksin menangkal corona sehingga penerapan protokol kesehatan juga penegakan physical distancing itu penting.
"Sebagai mahasiswa yang juga milenial sudah seharusnya kita mencontohkan yang baik. Kalau kita semua mampu bekerja sama yakinlah semua akan mereda, bukankah itu harapan banyak orang? Kembali beraktivitas tanpa rasa kekhawatiran ketika berada diluar rumah," pungkasnya. (*)