Virus Corona
Kabar Buruk Virus Corona, Indonesia Catat Angka Kematian Covid-19 Tertinggi dalam Sehari
Achmad Yurianto menyampaikan kabar buruk covid-19 di Indonesia catat angka kematian Virus Corona tertinggi dalam sehari, Senin 15 Juni 2020
TRIBUNKALTIM.CO - Juru bicara pemerintah untuk penanganan covid-19 Achmad Yurianto menyampaikan kabar buruk Indonesia catat angka kematian Virus Corona tertinggi dalam sehari, Senin 15 Juni 2020.
Pandemi Virus Corona belum selesai, Indonesia justru mencatat rekor baru jumlah kematian tertinggi covid-19 dalam sehari.
Achmad Yurianto mengumumkan adanya tambahan 64 pasien meninggal dunia setelah terjangkit covid-19 pada Senin (15/6/2020).
Penambahan jumlah kematian covid-19 terjadi dalam 24 jam terakhir, terhitung sejak pukul 12.00 WIB Minggu (14/6/2020) hingga pukul 12.00 WIB Senin.
"Ada 64 pasien meninggal dunia, sehingga total ada 2.198 pasien meningggal dunia hingga saat ini," ujar Achmad Yurianto dalam konferensi pers di Graha BNPB, Senin sore mengutip Kompas.com.
Penambahan pasien meninggal hari ini merupakan yang tertinggi sejak kasus pertama diumumkan pada 2 Maret 2020.
Sebelumnya, penambahan jumlah pasien meninggal terbanyak dalam 24 jam tercatat pada14 April 2020.
Saat itu ada 60 pasien meninggal dalam sehari.
Kemudian, pencatatan pasien covid-19 yang meninggal dalam sehari juga tercatat tinggi pada 17 Mei 2020.
Ada 59 pasien meninggal setelah tertular covid-19 pada saat itu.
Berdasarkan data yang dipaparkan Achmad Yurianto, tercatat ada dua provinsi dengan penambahan pasien meninggal tertinggi.
Keduanya yakni Jawa Tengah (17 pasien meninggal dunia) dan Jawa Timur (16 pasien meninggal dunia).
Sementara itu, ada dua provinsi dengan total jumlah pasien meninggal terbanyak.
Keduanya yakni Jawa Timur (616 pasien meninggal) dan DKI Jakarta (557 pasien meninggal).
Selain perkembangan jumlah pasien meninggal dunia, Achmad Yurianto juga menyampaikan adanya penambahan kasus baru pasien positif covid-19 hingga 15 Juni 2020.
Menurut Achmad Yurianto, berdasarkan data yang dihimpun pemerintah hingga pukul 12.00 WIB, Senin, ada penambahan 1.017 kasus baru covid-19.
"Sehingga secara akumulatif ada 39.294 kasus kasus positif covid-19 (di Indonesia) sampai saat ini," kata Achmad Yurianto.
Selain itu, Yuri menyampaikan ada tambahan pasien yang dinyatakan telah sembuh dari covid-19.
"Ada penambahan jumlah pasien sembuh sebanyak 592 orang.
Sehingga secara akumulatif ada 15.123 pasien yang sembuh dari covid-19 sampai saat ini, " tambah Achmad Yurianto.
Tingkat kematian tertinggi di Asia Tenggara
Berdasarkan data terakhir yang dirilis Worldometers per Jumat 12 Juni 2020, Indonesia kini menjadi negara yang memiliki kasus infeksi tertinggi kedua di kawasan Asia Tenggara dengan 36.406 kasus, setelah Singapura dengan 39.850 kasus.
Data ini berdasarkan laporan kasus pertama pada awal Maret 2020,
Meski demikian, angka kematian Indonesia termasuk yang tertinggi di Asia Tenggara dan Asia Timur, di luar China.
Hingga Jumat kemarin, tercatat ada 2.048 kasus kematian akibat Virus Corona di Indonesia.
Sementara, Singapura yang jumlah kasus infeksinya lebih tinggi, mencatatkan 25 kematian.
Sejumlah pihak bahkan menganggap, jumlah kematian sesungguhnya lebih besar dibandingkan angka yang dilaporkan oleh pemerintah.
Rasio kematian di Indonesia (5,6 persen) di atas rata-rata rasio kematian negara-negara lain di Asia Tenggara di kisaran 2,7 persen.
Epidemiolog yang juga Juru Bicara Satgas covid-19 Rumah Sakit UNS Tonang Dwi Ardyanto mengatakan, sebagian besar kasus kematian di Indonesia karena adanya penyakit penyerta atau komorbid pada pasien covid-19.
Hal itu didasarkan data yang dirilis oleh Kementerian Kesehatan pada Rabu (3/6/2020).
Berdasarkan data itu, menurut Tonang, angka kematian dengan komorbid (penyakit penyerta) tunggal sebanyak 26,34 persen.
Sementara, pasien meninggal dengan komorbid ganda mencapai lebih dari 50 persen.
Dia juga menyebut adanya pasien yang meninggal murni karena covid-19 sebanyak 7,31 persen.
"Disampaikan bahwa angka kematian dengan kelompok tanpa komorbid itu jumlah meninggal proporsinya 7,31 persen. Untuk kelompok dengan komorbid tunggal itu angkanya 26,34 persen. Sementara dengan komorbid ganda, lebih dari satu penyakit itu 50 persenan," kata Tonang, saat dihubungi Kompas.com, Jumat (12/6/2020).
Meski memiliki kasus kematian tanpa penyakit penyerta, Tonang mengatakan, angka itu lebih rendah dibandingkan laporan beberapa negara yang mencapai 20 persen.
• Peneliti Unair Temukan Potensi Obat covid-19, Ada Lima Kombinasi Obat yang Efektif Tangkal Corona
• Aurel Hermansyah & Atta Halilintar Rencana Nikah Tahun Ini tapi Ada Corona: Enggak Bisa Bikin Acara
Dia menjelaskan, hal itu disebabkan respons berlebihan imun tubuh pasien terhadap Virus Corona sehingga membahayakan nyawanya.
"Kenapa terjadi, walaupun tidak ada komorbid, tapi kalau respons imunnya itu memang memberikan reaksi yang disebut badai sitokin, maka akhirnya membawa pasien ke dalam kondisi yang tidak dapat ditolong," jelas dia.
Menurut dia, seseorang tanpa komorbid tidak menjamin memiliki imun yang kuat.
Soal kemungkinan kematian disebabkan oleh telatnya penanganan, Tonang mengatakan, pasien yang ada saat ini cenderung dalam cakupan pasien.
Kendati demikian, dia tak menafikkan fakta tentang rumah sakit yang sangat penuh di awal pandemi dulu.
Tonang menjelaskan, total pasien yang diumumkan pemerintah tersebut tidak semuanya dirawat di rumah sakit.
Terlebih, mayoritas pasien baru saat ini merupakan pasien dengan gejala ringan dan OTG yang tak perlu mendapatkan perawatan rumah sakit.
Tonang pun berharap agar pemerintah terus meningkatkan jumlah tes seperti dalam beberapa hari terakhir ini.
• Jangan Sentuh Wajah Apabila Tak Darurat, Peneliti Beber Cara Corona Menyebar di Pesawat & Pencegahan
• Pakai Air Kembang, Cara Unik Warga Sambut ODP Corona Setelah Karantina, Maknanya Dalam dan Menyentuh
"Ini berarti, kita yakin dengan pemeriksaan PCR yang tinggi maka lama kelamaan persentase yang meninggal itu akan semakin rendah," kata Tonang.
Oleh karena itu, laporan infeksi harian yang cenderung tinggi dalam beberapa waktu terakhir diharapkan mampu menekan rasio kematian Indonesia dan bisa setara dengan negara lainnya di kawasan Asia Tenggara.
Sementara itu, jika melihat data pasien meninggal di covid19.go.id, ada data mengenai kondisi penyerta pasien covid-19 yang meninggal dunia.
Akan tetapi, data yang tersaji hanya data sekitar 3 persen pasien.
Dari data di atas, sekitar 14 persen pasien meninggal dunia memiliki riwayat penyakit penyerta hipertensi, sekitar 11 persen diabetes melitus, dan 7 persen memiliki riwayat penyakit jantung.
Saat dikonfirmasi beberapa waktu lalu, Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Penanganan covid-19 Wiku Adisasmito membenarkan bahwa data yang ditampilkan pada laman covid19.go.id baru sekian persen.
Ada beberapa alasan mengapa data yang tersaji masih sangat minim.
Pertama, karena fasilitas kesehatan yang merawat pasien belum mengisi data pasien secara lengkap.
Kedua, pasien memang tidak memiliki komorbid.
Data kasus covid-19 di negara-negara ASEAN
Melansir data Worldometers, Sabtu (13/6/2020) pagi, berikut data kasus covid-19 dan angka kematian di negara-negara anggota ASEAN:
Singapura: 39.850 kasus, 25 kematian
Indonesia: 36.406 kasus, 2.048 kematian
Filipina: 24.787 kasus, 1.052 kematian
Malaysia: 8.402 kasus, 119 kematian
Thailand: 3.129 kasus, 58 kematian
Kamboja 126 kasus, 0 kematian
Vietnam: 333 kasus, 0 kematian
Myanmar: 261 kasus, 6 kematian
Brunei: 141 kasus, 0 kematian
Timor Leste: 24 kasus, 0 kematian.
(*)