Alasan Gubernur Sultra Melunak Izinkan 500 TKA China Masuk Terkuak, Singgung Bangkit dari Covid-19
Alasan Gubernur Sultra melunak izinkan 500 TKA China masuk terkuak, singgung bangkit dari covid-19
TRIBUNKALTIM.CO - Alasan Gubernur Sultra melunak izinkan 500 TKA China masuk terkuak, singgung bangkit dari covid-19.
500 Tenaga Kerja Asing asal China dipastikan masuk mulus ke Sulawesi Tenggara atau Sultra.
Sebelumnya, kedatangan TKA China ini menuai penolakan keras dari Gubernur Sultra Ali Mazi dan DPRD Sultra.
Namun, belakangan, Ali Mazi melunak dan memersilakan 500 TKA China masuk ke wilayahnya.
Pada April 2020, Gubernur dan DPRD Sulawesi Utara ( Sultra) satu suara menolak kedatangan 500 Tenaga Kerja Asing ( TKA) asal China yang rencananya akan bekerja di salah satu pabril smelter.
Dilansir dari pemberitaan Kompas.com pada 30 April 2020, Gubernur Sultra Ali Mazi kala itu mengatakan menolak kedatangan TKA asal China karena bertentangan dengan suasa kebatinan masyarakat Sultra di tengah pandemi Covid-19.
• Anak Buah Megawati di PDIP Skakmat PLN Soal Tagihan Listrik, Sindir Sekolah Libur dan Drama Korea
• Kabar Terbaru Penelitian Oxford, Obat Alergi dan Radang di Indonesia Ini Ampuh Sembuhkan Covid-19
• Kabar Gembira! Indonesia Telah Temukan Obat Corona, Rupanya Bahan Banyak di Pasaran & Terdaftar BPOM
“49 TKA yang lalu saja kita sudah babak belur. Suasana kebatinan masyarakat menghadapi corona, tidak tepat dengan memasukkan TKA asal Cina,” katanya.
Namun pernyataan Ali Mazi berubah. Pada Selasa (16/6/2020), ia menyatakan telah mengizinkan 500 TKA asal China datang ke Konawe, Sultra.
Karena kedatangan para TKA China sudah ada izin dari pemerintah pusat.
"Kita pemerintah daerah tidak boleh bertentangan dengan pemerintah pusat," kata Ali Mazi saat diwawancarai Kompas TV, Selasa (16/6/2020).
Ali Mazi juga mengatakan kedatangan pada TKA China sudah sesuai dengan penerapan protokol kesehatan secara ketat dan mengikuti aturan pemerintah.
"Dukunglah investasi yang ada di Sultra ini, sehingaa pasca-covid ini kita sudah bisa bangkit.
Mereka sudah boleh datang.
Mereka sudah melakukan karantina" katanya.
Para TKA China akan datang ke Sultra secara bertahap.
Di tahap pertama, ada 146 TKA yang dijadwalkan tiba pada 23 Juni 2020.
Kedatangan mereka didampingi oleh empat tenaga medis.
• Kurangi Interaksi Langsung Saat New Normal, Dokumen Kependudukan Kini Bisa Diantar via Ojol
• Ini Jadwal Resmi Masuk Sekolah Kemendikbud, SMA & SMP Duluan, Ada Imbauan Khusus Soal Izin Orangtua
Salahgunakan Visa?
Sementara itu Ketua DPRD Sultra Abdurrahman Saleh mengatakan izin kedatangan TKA China bukan hanya dari segi kesehatan.
Namun pertimbangan lain adalah kepatuhan perusahaan tempat mereka bekeja juga harus diperhatikan.
Abdurrahman mengatakan ada dugaan sebagian besar TKa China di kawasan industri Morosi menyalahgunakan visa.
Mereka diduga menggunakan visa kunjungan. Tak hanya itu, Abdurrahman juga tidak yakin jika 500 TKA China yang datang adalah tenaga ahli.
“Coba kita jujur bahwa 80 hingga 90 persen TKA yang masuk di Indonesia menggunakan visa kunjungan dan ini sangat merugikan negara.
Tidak ada kontrol dari negara karena ada segelintir orang yang menutup-nutupi kejadian ini,” kata Abdurrahman dikonfirmasi, Rabu (17/6/2020).
Sementara itu External Affairs Manager PT VDNI Indrayanto mengatakan 500 TKA China yang datang adalah tenaga teknis yang bekerja secara temporer dan bukan untuk waktu lama.
Para TKA tersebut akan mengerjakan 33 tungku smelter milik PT OSS.
Pengerjaan tungku smelter tersebut diklaim dapat menyerap ribuan tenaga kerja lokal.
Terkait penerimaan ribuan karyawan itu, menurut dia, saat ini sudah selesai dilakukan perekrutan.
"Jika 500 TKA China sampai tidak jadi didatangkan, maka sebanyak 3.000 lebih tenaga kerja lokal terancam kehilangan pekerjaannya," kata Indrayanto dalam keterangan tertulisnya kepada Kompas.com, Senin (11/5/2020).
"Bisa ada kemungkinan mereka dirumahkan dahulu tanpa mendapat gaji, atau bahkan bisa PHK.
Tentunya hal ini tidak kami harapkan, perusahaan juga berusaha agar hal ini tidak terjadi," kata dia.
Penjelasan Jubir Luhut Binsar Pandjaitan
Juru bicara Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Jodi Mahardi mengatakan, 500 Tenaga Kerja Asing (TKA) asal China sangat dibutuhkan di tengah upaya hilirisasi tambang di Indonesia.
Sebab kata Jubir Luhut itu, 500 TKA China yang rencananya datang pada akhir Juni atau awal Juli 2020 itu akan mempercepat pembangunan smelter nikel di Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara.
• Pengamat Beber Kriteria Sekolah New Normal Jika Pemerintah Jokowi Tetap Buka Tahun Ajaran Baru Juli
• Resmi, Saingan Gibran Putra Jokowi di Pilkada Solo dari PDIP Undur Diri, Achmad Purnomo Beber Alasan
• Bukan Juli, Ikatan Guru Indonesia Sarankan Sekolah Buka Lagi di Bulan Ini, Lebih Aman dari covid-19?
"Saya akan bicara apa adanya saja.
Rencana kehadiran 500 TKA China sekitar akhir Juni atau awal Juli adalah untuk mempercepat pembangunan smelter dengan teknologi RKEF (Rotary Kiln-Electric Furnace) dari China," ujarnya melalui keterangan tertulis, Jakarta, Kamis (28/5/2020).
Menurut jodi, teknologi RKEF akan membuat pembangunan smelter menjadi lebih ekonomis, cepat dan memiliki standar lingkungan yang baik.
Bahkan kata dia, teknologi itu juga akan menghasilkan produk hilirisasi nikel yang bisa bersaing di pasar internasional.
"Kenapa butuh TKA dimaksud?
Karena mereka bagian dari tim konstruksi yang akan mempercepat pembangunan smelter dimaksud," kata dia.
Nantinya kata Jodi, setelah smelter tersebut jadi, TKA asal Negeri Tirai Bambu itu akan kembali ke China.
Ia mengatakan saat smelter beroperasi, mayoritas tenaga kerja dalam negeri akan meneruskan pekerjaan tersebut.
Jodi mengungkapkan hal tersebut bukan hal baru. Di Morowali, Sulawesi Tengah kata dia, PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) sudah menerapkan hal serupa.
Ia mengatakan, saat ini pabrik IMIS telah beroperasi secara penuh, walaupun masih ada sedikit progres pembangunan fasilitas hilirisasi nikel yang sedang dikembangkan.
Saat ini kata Jodi, jumlah tenaga kerja lokal di IMIP berjumlah 39.500 orang.
Sementara jumlah TKA China yang bekerja berkisar 5.500 orang.
Jadi kata dia, jumlah TKA China masih kisaran 12 persen dari total pekerja.
"Saya yakin jika proses pembangunan smelter yang baru sudah selesai jumlahnya pun akan turun," ujarnya.
Sementara itu di kawasan industri Virtue Dragon di Konawe, Jodi menyebut jumlah TKA China yang bekerja ada 706 orang.
Sedangkan 11.084 orang adalah tenaga kerja Indonesia.
• Cara Daftar Sensus Penduduk Online, Terakhir 29 Mei 2020, Segera Login di www.sensus.bps.go.id
"Jadi kalau nambah 500 TKA (di Konawe) untuk mempercepat progres konstruksi agar cepat beroperasi.
Sehingga tenaga kerja lokal bisa lebih banyak diserap, apakah hal itu suatu yang salah?," kata dia.
Ia berpendapat, 500 TKA China yang datang nanti dipastikan tidak akan mengambilalih pekerjaan dari tenaga kerja lokal.
Menurutnya, kedatangan 500 TKA China justru mempercepat penyerapan tenaga kerja lokal.
Apalagi kata dia, pemerintah sudah menyiapkan para tenaga kerja lokal lewat politeknik yang bekerja sama dengan beberapa universitas misalnya ITB, UI, UGM, dan ITS.
"Kedepan tenaga kerja lokal akan bertambah seiring berjalannya pelatihan keterampilan," kata dia.
(*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Izinkan 500 TKA China Bekerja di Konawe, Gubernur: Dukung Investasi di Sultra", https://regional.kompas.com/read/2020/06/17/15350051/izinkan-500-tka-china-bekerja-di-konawe-gubernur--dukung-investasi-di-sultra?page=all#page2.