Kisah Pengrajin Batik di Balikpapan Terdampak Covid-19, Buat Masker untuk Selamatkan Usaha

Jangan takut mencoba. Begitu banyak usaha yang sukses dilakukan karena berawal dari coba-coba.

Penulis: Heriani AM | Editor: Samir Paturusi
TRIBUNKALTIM.CO/HERIANI AM
Salah satunya seperti yang dialami pengrajin batik Balikpapan, Sri Sunarti. 

TRIBUNKALTIM.CO, BALIKPAPAN - Jangan takut mencoba. Begitu banyak usaha yang sukses dilakukan karena berawal dari coba-coba.

Salah satunya seperti yang dialami pengrajin batik Balikpapan, Sri Sunarti.

Tahun 2017 lalu, ia sukses mendirikan rumah batik yang dinamakan Batik Iwatik.

Sri Sunarti menceritakan kisahnya memulai usaha karena mencoba mengikuti Sanggar Kegiatan Belajar (SKB). Setelah mencoba beberapa kali, ia akhirnya mahir dan makin maju.

"Tahun 2017, saya mulai mengerti batik tulis itu seperti apa. Lalu saya mulai menggeluti. Tapi seiring waktu berjalan, batik tulis hanya diminati kalangan atas," ujar perempuan berusia 58 tahun ini, Sabtu (20/6/2020).

Baca Juga

Agus Santoso Sebut Harus Ada Perubahan Perilaku dan Digitalisasi UMKM Menuju New Normal

Bank Indonesia Dorong UMKM, Sektor Informal dan Keuangan Syariah untuk Digitalisasi

Begini Tips dan Trik Bagi Pelaku UMKM Balikpapan Hadapi New Normal

Dirinya lantas berkreasi, membuat batik yang bisa dijangkau semua kalangan. Ia lantas memilih batik printing. Batik ini pun mulai dikenal. Pesanan dari instansi mulai berdatangan untuk digunakan sebagai seragam.

Bukan sembarang batik printing, sejumlah motif dibuat sendiri. Tidak hanya itu, batik printing buatannya berbeda dengan batik serupa yang ada di pasaran. Batik printing-nya mirip dengan batik tulis.

"Memang beda daripada yang lain. Kalau orang enggak tahu dikira batik tulis, padahal batik printing," jelasnya.

Kecintaan Sri terhadap seni membatik ia akui sejak mengikuti pelatihan SKB tersebut.

Untuk bertahan dipasaran, Sri terus menjaga kualitas, terus berinovasi dan mengasah kreativitas.

Ia juga menyebut usaha yang ia jalankan tidak selalu mulus. Penjualan batik juga ikut terdampak pandemi covid-19. Kondisi tersebut membuatnya melakukan inovasi-inovasi.

"Pemesanan batik, sebelum pandemi dari PKK dan lain-lainnya biasa 100 meter hingga 150 meter (per bulannya).

Sumber: Tribun Kaltim
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved