Virus Corona
Dapat Data Dari Google dan Facebook, Pengajar UI Ungkap Arus Balik ke Jabodetabek, Bisa Jadi Pandemi
Dapat data dari Google dan Facebook, pengajar UI ungkap arus balik ke Jabodetabek, bisa jadi pandemi.
TRIBUNKALTIM.CO - Dapat data dari Google dan Facebook, pengajar UI ungkap arus balik ke Jabodetabek, bisa jadi pandemi.
Data mengejutkan dipaparkan pengajar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia terkait pergerakan orang keluar masuk wilayah Jabodetabek.
Data ini diperoleh dari Big Data milik Google dan Facebook.
Hal ini memunculkan kekhawatiran bakal terjadinya penularan Virus Corona atau covid-19 yang tak terkendali.
Pengajar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Iwan Ariawan mengungkapkan, dari sejumlah analisis ada masyarakat yang tetap melakukan mudik meski telah dilarang pemerintah.
Sebagai informasi, larangan mudik dan arus balik berlaku selama 24 April-7 Juni 2020 sebagai upaya mencegah penyebaran covid-19..
• Kabar Terbaru WHO, 200 Calon Vaksin Virus Corona, 10 Sudah Diujicoba ke Manusia, Kapan Dibagikan?
• Prediksi Susunan Pemain Inter Milan vs Sampdoria, Conte Turunkan eks Tottenham Hotspurs, Live RCTI
• Hamil Muda, Zaskia Gotik Diboyong ke Balikpapan, Ini Perlakuan Keluarga Sirajuddin, Kado Kakak Ipar
“Ternyata kalau dilihat dari Big Data, ada mudik itu, ada perpindahan penduduk keluar Jabodetabek, kemudian di awal Juni balik lagi,” ujar Iwan dalam sebuah diskusi, Minggu (21/6/2020).
Iwan bercerita, awalnya, ia dan rekan-rekannya diminta oleh Bappenas dan Kantor Staf Presiden (KSP) untuk membantu pemerintah di awal pandemi covid-19 di Indonesia.
Namun, pengajar di bidang pemodelan statistik, desain dan analisis survei, serta manajemen data dengan komputer tersebut tak merinci waktunya.
Iwan dan rekan-rekannya kemudian membuat model untuk meyakinkan pemerintah bahwa covid-19 akan menjadi epidemi apabila tidak ada tindakan yang diambil.
Setelah itu, tuturnya, pemerintah akhirnya bertindak dengan penerapan pembatasan sosial yang kemudian menjadi Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Namun, tak ada mekanisme pemantauan PSBB tersebut.
Iwan dan rekan-rekannya kemudian mendapat bantuan dari Google dan Facebook.
“Itu ternyata mereka mau untuk share data pergerakan orang.
Jadi pengguna Android dan pengguna Facebook.
Tentu namanya enggak ada, cuman share pergerakannya saja,” tuturnya.
Meskipun terbatas, data tersebut dinilai cukup untuk melihat bagaimana masyarakat patuh dengan PSBB.
Data dinilainya cukup mengingat banyak pengguna gawai di Indonesia dan kebanyakan adalah Android.
Warga Jakarta, kata Iwan, memiliki tingkat kepatuhan paling baik.
Kemudian, yang tergolong baik misalnya di Jawa Barat. Di daerah yang tidak menerapkan PSBB pun, warganya disebutkan tetap berada di rumah.
“80 persen kabupaten di Indonesia itu pergerakan orangnya berkurang, jadi artinya lumayan nurut,” ujarnya.
Mereka lalu menganalisis dari segi manfaat penerapan PSBB tersebut. Ia mengatakan, pihaknya membandingkan data orang yang tinggal rumah saja dengan kasus harian untuk wilayah Jakarta.
• Konflik dengan PSSI, Shin Tae-yong Justru Ajak Indonesia Ciptakan Momen Bahagia di Piala Dunia U-20
Untuk itu, pihaknya meminta data pasien kepada Pemprov DKI Jakarta agar dapat melihat kurva epidemiologi yang sebenarnya.
Hasilnya menunjukkan bahwa jumlah kasus covid-19 di Jakarta menurun seiring dengan 60 persen warganya berada di rumah.
Sayangnya, hal itu tak bertahan lama.
“Begitu 60 persen penduduk Jakarta tidak bergerak, di rumah saja, kasusnya turun,” ujar dia.
“Tapi sayangnya ini enggak bertahan.
Menjelang bulan puasa, penduduk sudah bergerak Lagi.
Mendekati Lebaran penduduk makin banyak bergeraknya,” sambung Iwan.
Terapkan Ganjil Genap di Pasar
Jakarta kembali harus menghadapi kasus Virus Corona yang kali ini menimpa pedagang pasar tradisional.
Tak ingin kasus covid-19 dari di pasar tradisional menyebar, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan telah menerapkan sistem ganjil genap.
Namun penerapan ganjil genap di pasar tradisional di Jakarta tak sepenuhnya berjalan mulus.
• Anies Baswedan Ngotot Terapkan Ganjil Genap untuk Pedagang Pasar Ini Soal Keselamatan
• Anies Baswedan Beber Indikator Epidemiologi Covid-19 di Masa Transisi, Bakal Kembali ke PSBB Lama?
• Perintah Jokowi Awasi Protokol Kesehatan, Pasukan Idham Azis & TNI Turun ke Wilayah Anies Baswedan
Pasalnya para pedagang ada yang tak mau menerapkan ganjil genap.
Terkait hal itu, Anies Baswedan sampai mengancam para pedagang agar mau menerapkan ganjil genap di pasar tradisional.
Menurut Anies Baswedan, ganjil genap di pasar tradisional merupakan salah satu cara untuk menyelamatkan pedagang dan pembeli dari covid-19.
"Harus gage ( ganjil genap ).
Karena memang saat ini kapasitasnya hanya 50 persen dulu demi keselamatan pedagang juga.
Jadi ini bukan semata mata gage, ini adalah soal keselamatan pedagang, keselamatan pembeli," ucap Anies Baswedan di Stasiun Sudirman, Rabu (17/6/2020).
Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan pun memberikan pilihan kepada pedagang apakah mau menerapkan ganjil genap saat ini atau justru seluruh kios di pasar tradisional tidak dibuka.
"Jadi saya sampaikan kepada pedagang, pilihannya sederhana gage sekarang atau tidak buka sama sekali.
Kalau mau ikut gage, kita buka sekarang, kalau tidak, tidak buka.
Mereka kemudian ikut gage," tuturnya.
• Penampakan Makam di Pinggir Jalan Gang Sempit di Jakarta Viral, Lurah Jelaskan Asal Usulnya
Diketahui, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menerapkan ganjil genap di pasar tradisional yang berada di bawah pengelolaan Perumda Pasar Jaya.
Penerapan ganjil genap berlaku mulai 15 Juni 2020 kemarin.
Dalam hal ini, ganjil genap yang dimaksud adalah toko atau kios di pasar tradisional yang buka berdasarkan nomor.
Bagi kios dengan nomor ganjil hanya bisa dibuka atau berdagang saat tanggal ganjil, begitu pun dengan nomor genap.
Perumda Pasar Jaya pun bakal menerapkan sejumlah protokol kesehatan pencegahan covid-19.
"Pemberlakuan pembatasan jam operasional aktivitas pasar pukul 06.00 sampai dengan 14.00 WIB," ucap Humas Perumda PD Pasar Jaya, Amanda Gita dalam keterangannya, Sabtu (13/6/2020).
Pedagang pasar tradisional di DKI Jakarta yang positif terpapar covid-19 sebanyak 64 orang.
Adapun, berdasarkan data Ikatan Pedagang Pasar Tradisional (IKAPPI) hingga Selasa (16/6/2020), ada 64 pedagang pasar tradisional di Ibu Kota yang terpapar covid-19.
Berikut data 64 pedagang dari pasar tradisional di Jakarta yang terjangkit covid-19:
1. Pasar Kramat Jati: 3 orang
2. Pasar Perumnas Klender: 18 orang
3. Pasar Mester, Jatinegara: 1 orang
4. Pasar Serdang, Kemayoran: 23 orang
5. Pasar Kedip, Kebayoran Lama: 2 orang
6. Pasar Rawa Kerbau: 14 orang
7. Pasar Lontar: 1 orang
8. Pasar Obor, Cijantung: 1 orang
9. Pasar Grogol: 1 orang.
(*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Akademisi: Dilihat dari Big Data, Ada Pergerakan Mudik dan Arus Balik", https://nasional.kompas.com/read/2020/06/21/21014331/akademisi-dilihat-dari-big-data-ada-pergerakan-mudik-dan-arus-balik?page=all#page2.