Virus Corona
Reaksi Anak Buah Khofifah saat Wilayah Risma Terancam PSBB Lagi, Kasus Covid-19 Surabaya Meningkat
Reaksi anak buah Khofifah saat wilayah Tri Rismaharini alias Risma terancam PSBB lagi, kasus covid-19 Surabaya meningkat, hingga respons IDI Jatim
TRIBUNKALTIM.CO - Berikut reaksi anak buah Khofifah saat wilayah Tri Rismaharini alias Risma terancam PSBB lagi, kasus covid-19 Surabaya meningkat, hingga respons IDI Jatim.
Wacana penerapan PSBB di wilayah Risma kembali mencuat menyusul dengan jumlah kasus covid-19 di Surabaya yang terus naik.
Tercatat total kasus positif Virus Corona di Surabaya Minggu (21/6/2020) hari ini adalah 4572 kasus.
Terkait wacana PSBB Surabaya, anak buah Khofifah di Pemprov Jawa Timur bereaksi.
Diketahui terkait PSBB, Pemprov Jatim merupakan fasilitator.
• Bonek Curi Perhatian, Borong Jersey Persebaya Surabaya Spesial Covid-19, Ludes Tak Sampai 4 Jam
• Tak Seperti Wilayah Risma, Khofifah Tetap Berlakukan PSBB di Daerah Ini, Ingatkan Pesan Panglima TNI
• Waktu & Daftar Daerah Dilalui Gerhana Matahari Cincin Minggu 21 Juni 2020, Ini Cara Aman Melihatnya
"Belum ada pengajuan PSBB dari daerah mana pun," ujar Sekdaprov Jawa Timur Heru Tjahjono saat dikonfirmasi, Jumat (19/6/2020).
"Berdasarkan regulasi yang disusun Kementerian Kesehatan, PSBB diajukan oleh pemerintah daerah selaku pemilik wilayah. Pemerintah provinsi sifatnya hanya fasilitasi dan memediasi saja," ujar Heru menambahkan.
Diketahui Surabaya sudah tiga kali memberlakukan PSBB bersama Kabupaten Gresik dan Kabupaten Sidoarjo.
PSBB di tiga wilayah yang memiliki kasus positif covid-19 terbanyak di Jawa Timur ini digelar di tahap pertama mulai 28 April 2020 hingga 11 Mei 2020.
Kemuidian Pemprov Jawa Timur lalu memperpanjang penerapan PSBB hingga 25 Mei 2020.
Terakhir, PSBB Surabaya Raya diperpanjang hingga 8 Juni 2020.
Sejak 8 Juni hingga 14 hari ke depan diterapkan masa transisi menuju New Normal.
Di Jawa Timur, total kasus covid-19 hingga Kamis malam mencapai 8.529 kasus.
Jumlah pasien sembuh sebanyak 2.459 pasien dan pasien meninggal dunia tercatat sebanyak 667 pasien.
• Berpotensi Terapkan PSBB Lagi, Risma Keliling Rumah Sakit Surabaya, Lakukan Ini ke Tenaga Medis
Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Jawa Timur menilai Pembatasan Sosial Berskala Besar ( PSBB ) di Surabaya Raya tidak perlu diterapkan kembali walaupun angka kasus covid-19 terus naik terutama di Kota Surabaya.
Ketua IDI Jatim, Sutrisno menilai, yang lebih penting daripada PSBB adalah kepatuhan masyarakat untuk menggalakkan protokol kesehatan.
Mulai dari menggunakan masker, cuci tangan, menjaga jarak, dan tidak berkerumun.
"Jadi menurut saya yang paling penting adalah kedisiplinan masyarakat.
Walaupun ada PSBB tapi masyarakat tidak disiplin protokol kesehatan ya sama saja," kata Sutrisno, Sabtu (20/6/2020).
• Kota Risma Bisa PSBB Lagi, Terungkap Tak Semua Wilayah Surabaya Ada Kasus Virus Corona, Ini Buktinya
• Swab di Surabaya Negatif Sampai Bontang Berubah! Tim Gugus Selidiki 2 Pekerja TA Pabrik PKT Terpapar
Dari evaluasi yang dilakukan epidemiolog, kepolisian dan kalangan independen menunjukkan kedisiplinan masyarakat masih sangat rendah.
"Hal itu lah yang bikin kasus ini terus naik mendekati Jakarta.
Bahkan kematian lebih tinggi daripada Jakarta," lanjutnya.
Selain pendisiplinan protokol kesehatan, Sutrisno juga meminta pemerintah daerah untuk lebih masif melakukan test baik rapid test maupun tes PCR (Polymerase Chain Reaction).
"Kuratif dan perawatannya juga harus bagus, serta tracing (penelusuran) yang efisien dan tepat.
Dengan itu nanti baru bisa mengatasi angka kasus yang terus naik.
Jadi bukan PSBB nya," lanjutnya.
Pemerintah daerah, lanjut Sutrisno juga harus memaksimalkan peran kampung tangguh yang menurutnya akan sangat efektif untuk mengedukasi masyarakat jika digerakkan secara optimal.
• Muncul Klaster Baru Karyawan BUMN di Wilayah Khofifah, Jawa Timur Tambah 245 Kasus Virus Corona
• Viral di WhatsApp Pejabat di Jawa Timur Main TikTok di Atas Meja Kantor Bersama Wanita, Ini Faktanya
"Gerakkan dari unit terkecil, mulai RT RW dan kampung, kalau bisa diefektifkan saya yakin berhasil.
Para tokoh lokal mau berani fokus kepada warganya, mendisiplinkan warga dan melarang orang luar keluar masuk dengan bebas terutama pada jam malam dan melarang kumpul-kumpul," ucapnya.
Yang tak kalah penting, menurut Sutrisno adalah pengawasan pada masyarakat yang sedang melakukan isolasi mandiri.
"Isolasi mandiri harus betul-betul diawasi dan kalau perlu juga dibantu kebutuhan hidupnya.
Jadi Kampung tangguh ini menurut saya harus diutamakan untuk penerapan disiplin protokol Kesehatan," pungkasnya.
(*)