Menikmati Keindahan Danau Ngadeng di Kampung Merabu, Kabupaten Berau, Udara Sejuk dan Segar
Kabupaten ini menyimpan sejuta pesona alam yang menakjubkan namun tersembunyi sehingga masih banyak orang yang belum mengetahui keindahannya
Penulis: Ikbal Nurkarim | Editor: Mathias Masan Ola
"Dari hasil adopsi itu kami tidak mengambil keuntungan. Misal seseorang mengadopsi pohon dua tahun maka harus membayar uang sekitar Rp 1.5 juta, uang itu Rp 500 ribu untuk buat plan nama dan Rp 1 juta dibagi ke anak sekolah mulai SMP, SMA bahkan yang kuliah juga," jelasnya.
Pohon yang telah diadopsi pun akan dijaga masyarakat kampung dan dilarang untuk diteban.
Terdampak Pandemi Virus Corona atau Covid-19.
Pandemi Virus Corona atau Covid-19 yang mewabah juga berdampak pada wisata alam danau Ngadeng. 4 bulan terakhir hampir tidak ada wisatawan yang berkunjung.
Sebab pengelola hingga aparat kampung juga melakukan phisical distancing dan melarang orang luar masuk di kampung mereka.
Namun dengan adanya kebijakan bahwa tempat wisata bisa kembali dibuka dengan protokol Kesehatan Agus Athino mengaku masih menunggu arahan dan SOP dari kabupaten.
Baca juga; Isu Keretakan Rumah Tangga Laudya Cynthia Bella dan Suami, Mantan Istri Engku Emran Buka Suara
Baca juga; NEWS VIDEO Gara-gara Satu Penumpang Garuda Positif Corona Lolos Pemeriksaan, 90 Orang Dikarantina
Wakil Bupati usulkan pembangunan tracking untuk wisatawan. Jalan menuju lokasi danau Ngadeng masih licin jika hujan turun sehingga wisatawan harus ekstra hati-hati jika tak ingin jatuh.
Wakil Bupati Berau H Agus Tantomo yang mengunjungi lokasi wisata tersebut beberapa waktu lalu mengusulkan pembangunan tracking. Ia juga mengapresiasi langkah masyarakat Kampung Merabu yang fokus dalam mengembangkan objek wisata alamnya. Yang dikelola dan diatur Badan Usaha Milik Desa atau Bumdes yang bertujuan untuk kepentingan masyarakat kampung.
"Saya mengapresiasi masyarakat yang ingin memajukan kampung melalui sektor wisata ini, pola pengelolaan seperti ini sangat besar dirasakan manfaatnya oleh masyarakat," kata Agus Tantomo.
"Utamanya masyarakat di kampung ini, seperti kegiatan ekonomi, dan ada juga jasa guide, yang penting harus mengikuti prosuder dan aturan yang berlaku. Misalnya tarif jangan terlalu memberatkan, ini disesuaikan dengan standar pengunjung, baik lokal dan luar negeri," tuturnya.
Agus Tantomo juga meminta aparat Kampung dan pengelola wisata agar terus berinovasi untuk mengembangkan objek Wisata di bumi Batiwakkal. (Tribun Kaltim.co/Ikbal Nurkarim)