Virus Corona

Waspada Gejala Baru Virus Corona, Ringan tapi Tidak Sembuh-sembuh, Terjadi pada Sejumlah Pasien

Pusat medis utama di Amerika Serikat tengah mencari tahu mengapa beberapa pasien covid-19 terus memiliki gejala selama berminggu-minggu

Freepik.com
ILUSTRASI - Virus Corona- Waspada Gejala Baru Virus Corona, Ringan tapi Tidak Sembuh-sembuh, Terjadi pada Sejumlah Pasien 

Dr. Jessica Dine, seorang dokter paru-paru di Penn Medicine di Philadelphia, mengatakan ia mulai memperhatikan kelompok pasien covid-19 yang gejalanya berlangsung cukup lama.

Berkat layanan COVID Watch, sebuah layanan SMS yang melakukan check-in setiap hari dengan pasien covid-19 di rumah, Dr. Jessica Dine menyadari ada sejumlah pasien yang gejalanya tak kunjung hilang.

Dine kini bekerja sama dengan pasien-pasien tersebut agar lebih memahami gajala penyakit mereka.

Dine dan timnya mulai dengan mengesampingkan penyebab jelas dari gejala jangka panjang.

 Mobil yang Ditumpangi Ziva Magnolya Ditabrak Truk, Update Kondisi Penyanyi Jebolan Indonesian Idol

 Mbah Mblok Menangis, Sepeda Buntutnya Hilang, tak Lagi jualan Sayur dan Gorengan Keliling Kampung

 Biawak Seret Mayat Bayi Ternyata Telapak Kakinya Hilang, Pelaku Pembuang Bayi Masih Anak-anak

"Hal pertama yang saya lakukan adalah memastikan tidak ada sesuatu yang baru terjadi, agar kami tidak melewatkan sesuatu," kata Dine, seperti infeksi sekunder, komplikasi virus atau efek samping dari perawatan.

Jika Dine dan timnya dapat mengesampingkan penyebab lain, mereka memiliki dua hipotesis untuk apa yang terjadi.

Yang pertama adalah kemungkinan virus masih berada di suatu tempat di dalam tubuh, tidak terdeteksi melalui pengujian.

Yang kedua adalah bahwa virus hilang dari tubuh tetapi pasien mengalami apa yang disebut sebagai sindrom peradangan pasca-virus, di mana sistem kekebalan tubuh masih "meningkat" bahkan setelah virus hilang.

"Yang kami butuhkan adalah penelitian lebih lanjut untuk menjelaskan dari mana gejalanya berasal," kata Dine.

Satu teori adalah bahwa peradangan yang dipicu oleh covid-19 dapat merusak sistem saraf otonom, yang memengaruhi fungsi-fungsi tubuh seperti pencernaan, berkeringat, tidur, detak jantung, dan tekanan darah.

Dr. Mitchell Miglis, ahli saraf di Universitas Stanford, menganut teori ini.

Ia mengatakan nampaknya bagi sebagian orang, "tubuhnya masih rusak" bahkan ketika virusnya sudah lama hilang.

"Butuh waktu sangat lama untuk pulih sepenuhnya," katanya.

Miglis menambahkan bahwa masih terlalu dini untuk mengetahui apakah kondisi pasien-pasien seperti itu akan membaik atau apakah gejalanya akan berlanjut sebagai penyakit kronis.

Miglis dan timnya di Stanford mulai mengembangkan registri untuk melacak pasien covid-19 dengan gejala jangka panjang dari waktu ke waktu.

Halaman
1234
Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved