Memetik Surga di Puncak Keramat Gunung Karst Mengkuris Kutai Timur
Ada telapak tangan menampar dadaku berkali-kali namun tidak sakit. Namun cukup membuat mata terbuka
Penulis: Muhammad Fachri Ramadhani | Editor: Samir Paturusi
Persis di depan rumah kayu Pusat Informasi Pariwisata sekaligus Homebase Dinas Pariwisata Kutai Timur. Seluruh tim ekspedisi berjumlah 15 orang melingkar.
Jurnalis Tribunkaltim.co, Fachri Mahayupa selaku pimpinan rombongan memimpin doa. Tak lain agar semesta dan Tuhan memberi petunjuk dan keselamatan.
Kemudian dilanjutkan wejangan dari Pak Minggu yang ternyata menambah aksesoris pada pakaiannya. Rompi kulit pohon khas dayak basap dikenakannya. Tak ketinggalan topi kulit yang menetap di kepalanya.
"Luruskan niatnya. Hindari perkataan kotor. Jaga adab dan etika saat naik ke puncak," begitu pesan Pak Minggu sebelum memulai pendakian.
Sekira 04.35 Wita Tim Ekspedisi bergerak menuju puncak gunung Karst Mengkuris. Pak Minggu memimpin di depan. Sementara kami memanjang di belakang pria yang bersahabat dengan hutan dan gunung Karst Mengkuris lebih dari 40 tahun itu.
Tak ada yang bisa dilihat mata selain pundak rekan di depan. Benar-benar gelap. Penerangan hanya bersumber dari senter pendaki. Kudongakkan kepala ke atas, terlihat meski samar bayangan hitam tebing karst menjulang tinggi ke langit.
Entah kenapa, tak berani lama-lama pertahankan cahaya head lamp itu ke arah atas. Kembali fokus kepada pendakian. Cahaya sebagai penunjuk jalan, belum saatnya puncak itu dinikmati, pikirku saat itu.
Tiba-tiba rombongan yang mengular itu terhenti saat memasuki kawasan yang mulai dipenuhi bebatuan karst. Dari arah belakang terdengar rapalan semacam doa atau mantra. Bulu halus ditubuh langsung bereaksi mendengarnya sayup-sayup.
Rapalan tersebut berasal dari mulut Pak Minggu. Hampir 5 menit kami bertahan. Ada yang tertunduk, ada pula yang takzim memperhatikan bibir Pak Minggu yang fasih melafalkan doa-doa menggunakan bahasa adat Dayak Basap.
Baca Juga
Istri KSAD TNI Prakarsai Pembagian Sembako se-Indonesia, Danrem 091/ASN Lepas Penyalurannya di Kukar
IKA Unhas Perwakilan Balikpapan Resmikan Kampung Siaga Covid-19 di Kelurahan Mekarsari
Dinilai Tepat Jadikan Kawasan Karst Sangkulirang Mangkalihat Sebagai Geopark, Ini Keuntungannya
Belakangan diketahui, di sanalah pintu masuk pendakian Gunung Karst Mengkuris. Pria yang mengenakan pakaian adat, lengkap dengan mandau di pinggangnya kepada Tribunkaltim.co mengatakan izin kepada para datok dan nenek moyang penting didapat, sebelum menaiki puncak Gunung Karst Mengkuris.
"Alhamdulillah, sudah. Saya ingatkan untuk konsentrasi, karena jalur ke puncak menanjak dan curam, bersebelahan dengan jurang," serunya, diikuti anggukan kepala seluruh Tim Ekspedisi.