Memetik Surga di Puncak Keramat Gunung Karst Mengkuris Kutai Timur
Ada telapak tangan menampar dadaku berkali-kali namun tidak sakit. Namun cukup membuat mata terbuka
Penulis: Muhammad Fachri Ramadhani | Editor: Samir Paturusi
Tak ada garis ujung sepanjang mata memandang. Gulungan kabut dari bawah bumi dan awan yang bergantung di langit tak ingin kalah romantis dari gunung dan pohon. Mereka melebur saling merekat. Sehingga sukar sekali membedakan mana awan dan kabut.
"Sebuah pemandangan eksotis. Tuhan sedang membocorkan kisi-kisi surganya kepada Tim Ekspedisi kali ini," kata Endar, jurnalis Ekspose Kaltim, salah satu penggagas perjalanan ini.
Kendati sunrise alias matahari terbit tak muncul, lantaran awan tebal mengepung langit Karangan kala itu. Tak lantas membuat hati mengecil. Orang yang kaya adalah ia yang mampu mensyukuri apa yang ia dapat dan miliki, dalam nalarku.
"Kecewa tidak (tak dapat sunrise). Sedih barangkali, iya. Tapi ini sudah lebih dari cukup. Di luar dari apa yang kita bayangkan sebelum naik," kata salah satu pendaki perempuan, Ave Valensia.
Namun, ada satu hal yang mengganjal pikiran. Di sela keindahan panorama eksotis yang dinikmati pagi itu, di hadapan para pendaki tampak sebuah gua yang menganga persis menembus tebing karst. Gua itu meneror pikiran. Merangsang keingintahuan di setiap kepala yang duduk di atas puncak Gunung Karst Mengkuris.
Pak Minggu yang puluhan tahun tinggal di kawasan Karst Mengkuris saja tak tahu persis apa yang tersimpan di dalam gua tersebut.
"Belum pernah ada yang masuk ke sana. Lama saya dan penduduk sini mencari jalan menuju ke sana, tapi tak pernah sampai. Mungkin memang tak ada jalan, harus pakai alat turun dari puncaknya," bebernya penuh misteri. (Tribunkaltim.co/Fachri)