New Video

NEWS VIDEO Memetik Surga di Puncak Keramat Gunung Karst Mengkuris Kutai Timur

Panorama awan putih yang bergulung dengan kabut khas pegunungan karst menanti. Begitu pun dengan godaan matahari terbit dari atas puncak gunung.

Semua pendaki mencari posisi terbaik dalam keadaan masih gelap. Semua memanjang ke arah timur. Duduk di alas batuan karst.

"Perih tangan. Seperti luka sayat gitu di jari-jari ini. Batuan karst itu, kan, memang tajam, ya. Sementara kita nanjak bertumpu dengan mencengkran mereka, " kata Irwan Wahidin, Suport Local Tim Ekspedisi sambil memamerkan jarinya yang luka.

Tiga puluh menit sebelum langit benar-benar menerangi puncak gunung. Orang-orang tampak memunguti cerita pendakian. Saling bertukar cerita. Suhu dingin berubah hangat hanya dengan obrolan.

Ada pula yang sibuk persiapkan kopi panas, dengan senter mereka masih setia menyala di kepala. Sebagian ada yang penasaran menyenter ke arah sekeliling puncak, menerka-nerka pemandangan apa yang bakal didapat saat terang.

Waktu yang ditunggu tiba. Semua mata terperangah. Semesta memamerkan kemolekannya dari atas puncak Gunung Karst Mengkuris.

Bentang kemegahan pegunungan Karst persis berada di hadapan mata. Cadasnya bukit karst tampal digelayuti hijau pepohonan. Mereka bak sepasang kekasih yang berpautan mesra di pagi bening kala itu.

Gulungan kabut yang melayang di udara seperti gula kapas, menambah kemanisan hijaunya belantara hutan tropis. Setiap detiknya, kabut semakin menggila. Ia mengisi setiap ruang kosong pada lembah hutan.

Tak ada garis ujung sepanjang mata memandang. Gulungan kabut dari bawah bumi dan awan yang bergantung di langit tak ingin kalah romantis dari gunung dan pohon. Mereka melebur saling merekat. Sehingga sukar sekali membedakan mana awan dan kabut.

"Sebuah pemandangan eksotis. Tuhan sedang membocorkan kisi-kisi surganya kepada Tim Ekspedisi kali ini," kata Endar, jurnalis Ekspose Kaltim, salah satu penggagas perjalanan ini.

Kendati sunrise alias matahari terbit tak muncul, lantaran awan tebal mengepung langit Karangan kala itu. Tak lantas membuat hati mengecil. Orang yang kaya adalah ia yang mampu mensyukuri apa yang ia dapat dan miliki, dalam nalarku.

"Kecewa tidak (tak dapat sunrise). Sedih barangkali, iya. Tapi ini sudah lebih dari cukup. Di luar dari apa yang kita bayangkan sebelum naik," kata salah satu pendaki perempuan, Ave Valensia.

Namun, ada satu hal yang mengganjal pikiran. Di sela keindahan panorama eksotis yang dinikmati pagi itu, di hadapan para pendaki tampak sebuah gua yang menganga persis menembus tebing karst. Gua itu meneror pikiran. Merangsang keingintahuan di setiap kepala yang duduk di atas puncak Gunung Karst Mengkuris.

Pak Minggu yang puluhan tahun tinggal di kawasan Karst Mengkuris saja tak tahu persis apa yang tersimpan di dalam gua tersebut.

"Belum pernah ada yang masuk ke sana. Lama saya dan penduduk sini mencari jalan menuju ke sana, tapi tak pernah sampai. Mungkin memang tak ada jalan, harus pakai alat turun dari puncaknya," bebernya penuh misteri. (*)

IKUTI >> News Video

IKUTI >> News Video

Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved