Virus Corona
Kabar Buruk Virus Corona Serang Anak Buah Risma, 2 Kepala Dinas di Surabaya Positif Covid-19
Kabar buruk Virus Corona serang anak buah Tri Rismaharini alias Risma, 2 Kepala Dinas di Surabaya positif covid-19
TRIBUNKALTIM.CO - Kabar buruk Virus Corona serang anak buah Tri Rismaharini alias Risma, 2 Kepala Dinas di Surabaya positif covid-19.
Pukulan telak menghampiri Tri Rismaharini alias Risma di tengah upaya Pemkot Surabaya mengurangi sebaran kasus Virus Corona.
Pasalnya, anak buah Risma mulai diserang Virus Corona.
• Bersujud di Kaki Dokter Dinilai Lebay, Risma Sebut Tak Terima Staf Disalahkan: Sepatu pun Melayang
• Blak-blakan, Risma Akhirnya Respon Surabaya yang Disebut Bisa Jadi Wuhan atau Zona Hitam Covid-19
• Setelah Jokowi, Menkes Terawan Tiba-Tiba Blusukan di Wilayah Risma, Kunjungi Titik Keramaian Ini
Diketahui ada dua anak buah Risma yang merupakan Kepala Dinas di jajaran Pemkot Surabaya, dinyatakan positif covid-19.
Keduanya yaitu Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dispendukcapil) Agus Imam Sonhaji dan Kepala Dinas Pengendalian Penduduk, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP5A) Chandra Oratmangun.
Kabag Humas Pemkot Surabaya Febriadhitya Prajatara membenarkan kabar tersebut.
Pendalaman pelacakan atau tracing terus dilakukan oleh Gugus Tugas Percepatan Penanganan covid-19 Surabaya.
"Hasil tracingnya masih terus digali," kata Febri, Kamis (2/7/2020).
Menurut Febri, Agus termasuk dari tiga PNS di lingkungan Dispendukcapil yang positif covid-19.
Hal itu diketahui dari hasil test yang dilakukan Pemkot beberapa waktu lalu.
Sementara untuk Chandra, hasil swabnya hingga saat ini belum keluar. Dia sebelumnya dinyatakan reaktif dari hasil rapid test.
Febri belum bisa memastikan anak buah Risma itu terpapar covid-19 dari mana.
Belum berarti dari tempat mereka bekerja.
Sebab, protokol kesehatan sudah diperketat di lingkungan tempat bekerja.
Pelacakan sedang terus dikembangkan.
Sehingga, Febri mengaku belum dapat mengungkapkan hasilnya saat ini.
Kendati demikian, jajaran Risma di Pemkot Surabaya tak diam saja usai dua Kepala Dinas positif covid-19.
Melansir Tribun Jatim, kedua kantor dinas tersebut untuk sementara waktu ditutup.
Seluruh pegawai juga sudah dilakukan test.
Untuk pelayanan rata-rata dialihkan melalui online.
Misalnya di Dispendukcapil, pelayanan sekarang dialihkan melalui sistem layanan daring.
"Kantor untuk sementara ditutup," terang Febri.
• Risma Ikut Anjuran WHO yang Ditolak Doni Monardo, Cukup 1 Kali Tes Swab Pasien Virus Corona Pulang
Positif covid-19 Didominasi Penyakit Penyerta
Sementara itu, masih terkait penanganan covid-19, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini melakukan pertemuan dengan seluruh direktur rumah sakit dan Kepala Puskesmas serta para Camat, Rabu (1/7/2020).
Dalam pertemuan yang digelar di halaman Balai Kota Surabaya itu juga dihadiri oleh rombongan dari staf Kementerian Kesehatan.
"Kita diperintahkan oleh Pak Menteri untuk menurunkan angka kematian," kata Risma saat ditemui usai pertemuan.
Surabaya memang menjadi kota dengan rasio kematian tertinggi berdasarkan hasil rilis Gugus Tugas di Jakarta sekitar enam hari yang lalu.
Gugus Tugas mengukur rasio kematian berdasarkan jumlah penduduk di tingkat kabupaten/kota
Menurut Risma, sebenarnya kematian pasien covid-19 di Surabaya didominasi oleh orang yang telah memiliki riwayat penyakit penyerta atau komorbid.
Datanya bahkan di angka sembilan puluh persen.
Misalnya pasien virus corona yang sebelumnya memiliki riwayat penyakit di saluran pernapasan dapat memicu penyakit lain.
Namun Risma menyadari dalam situasi pandemi ini, hal itu tidak dapat dijadikan alasan.
Saat ini terus dipikirkan bagaimana cara menurunkan angka kematian di Surabaya.
• Secarik Kertas dari Risma ke Para Direktur RS di Surabaya, Jajaran Terawan: ODP - PDP Bakal Dihapus
Salah satunya dengan memberikan bantuan alat ke rumah sakit. Nanti Pemkot juga akan diberikan bantuan alat dari Kemenkes.
"Artinya mungkin dengan peralatan itu kita bisa mengurangi lagi angka kematian," terang Wali Kota dua periode itu.
Disisi lain, Staf khusus pembangunan dan pembiayaan kesehatan Kemenkes Alexander K Ginting mengungkapkan kehadiran pihaknya di Surabaya itu hanya untuk melakukan sharing terkait dengan penanganan covid-19 ini.
"Kita disini bukan untuk menggurui, karena kita tahu surabaya juga punya pengalaman dan sudah mahir dalam menanggulangi itu.
Yang penting bagaimana surabaya ini angka kematiannya bisa turun dan kemudian penemuan kasusnya semakin bertambah," ujar dia.
Risma tak ingin stafnya disalahkan
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini alias Risma mengakui tak mau stafnya disalahkan dan dianggap tidak bisa berkoordinasi dalam penanganan covid-19.
Sebagai pemimpin, menurutnya dirinyalah yang bertanggung jawab,
"Nah informasi ini enggak ada enggak pernah kami terima kemudian beliau menuding staf saya tidak bisa komunikasi atau koordinasi, padahal setiap hari membaca laporan berapa rumah sakit kosong, informasinya dari mana, bagaimana kondisi rumah sakit."
"Bagi saya, saya adalah jenderal perangnya di Surabaya, saya bertanggung jawab memang.\
Kalau menyalahkan staf saya, saya tidak terima," ujar Risma.
Lalu Risma menjelaskan soal bagaimana dirinya berusaha keras dalam melakukan penelusuran penyakit covid-19.
Penelusuran tidak hanya berhenti pada anggota keluarga yang terjangkit covid-19, melainkan juga pada para pekerjanya, seperti sopir hingga asistan rumah tangga.
Ia mengaku sebenarnya masalah apa yang tengah dihadapinya.
• Tidak Main-main, Risma Tegaskan Jajarannya Jangan Cari Alasan, Kematian Pasien Covid-19 Masih Tinggi
Meski demikian Risma menegaskan tidak ingin dendam.
"Terus terang saya mempunyai apakah punya masalah saya juga tidak tahu, saya tidak pernah, saya coba hilangkan perasaan saya itu juga tidak boleh."
"Sebagai pemimpin tidak boleh dendam, sebagai pemimpin saya tidak boleh sakit hati saaat kemudian saya dibutuhkan meskipun saya sakit hati, saya harus menghilangkan sakit hati," ujar Risma.
Menurutnya sebagai pemimpin harus bertanggung jawab.
Pasalnya dirinya pasti akan dimintai pertanggungjawaban oleh Tuhan.
"Karena itu enggak boleh, karena itu adalah kewajiban saya yang akan pertanggungjawabkan nanti di depan Tuhan."
"Saya tidak mau saya kemudian saat menghadap Tuhan dimintai pertanggung jawaban saya tidak bisa menjawab saya tidak mau itu," katanya.
(*)