Bukan Saingan, Anies Baswedan Beber Dirinya Bawahan Jokowi, Bantah Media Asing Gantikan Prabowo
Bukan saingan, Anies Baswedan beber dirinya bawahan Jokowi, bantah media asing gantikan Prabowo Subianto
TRIBUNKALTIM.CO - Bukan saingan, Anies Baswedan beber dirinya bawahan Jokowi, bantah media asing gantikan Prabowo Subianto.
Sebuah media asing asal Inggris, The Economist menulis Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan merupakan saingan baru Jokowi.
Anies Baswedan disebut-sebut menggantikan posisi Prabowo Subianto sebagai saingan Joko Widodo.
Diketahui, Prabowo Subianto sudah bergabung bersama Jokowi di pemerintahan sebagai Menteri Pertahanan.
Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan menanggapi soal sebutan rival Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam menangani covid-19.
Sebutan itu tertulis di Kantor asal Inggris, The Economist baik dalam media cetak maupun online.
• Politisi PKB Soroti Peran Menteri Pendidikan, Kesehatan, Agama, Singgung Reshuffle Kabinet Jokowi
• Desak Jokowi Lakukan Reshuffle Kabinet, Anggota DPR RI Sebut 2 Jenderal Layak Dicopot dari Menteri
• Bukan Terawan atau Nadiem, Menteri dari PDIP Ini Paling Layak Direshuffle Jokowi Versi Survei IPO
• Selain Ahok, Muncul Nama Anak Mantan Presiden RI Bakal Jadi Menteri Andai Jokowi Reshuffle Kabinet
Tanggapan tersebut dikatakan Anies Baswedan di acara Zoom-In tvOne pada Sabtu (4/7/2020).
Mulanya, Anies Baswedan menanggapi soal isu dirinya memiliki buzzer.
Ia dengan tegas membantah kabar tersebut.
Anies Baswedan membenarkan dirinya memiliki pendukung namun tidak terorganisisir seperti buzzer.
"Enggak ada, kita enggak pakai buzzer.
Artinya gini, kita ada orang-orang yang mendukung tapi tidak ada mereka yang tersistematis," katanya.
Sedangkan soal bullyan yang diterimanya di media sosial, Anies jutru mengucap rasa terimakasihnya.
Pasalnya, ia merasa ada yang terus memperhatikannya.
"Mereka bergeraknya organik, kalau organik itu harusnya bukan diatur.
Tapi saya malah melihat begini, saya bersyukur sekali ada mereka-meraka yang tiap hari mantengin kita, terima kasih."
"Loh bayangin, itu dedikasi luar biasa loh memperhatikan setiap hari.
Yang membully, yang mengejek," katanya.
Menurutnya, kritikan bisa dijadikan sebagai tempat untuk mengoreksi jika dirinya melakukan kesalahan.
"Dengan begitu kita jadi lebih allert. Terimakasih.
Bayangkan kalau enggak ada yang melakukan itu semua, dari mana kita berkaca," imbuhnya.
Lalu, presenter menyinggung bagaimana komentarnya disebut sebagai rival Jokowi.
Mendengar itu, Anies Baswedan langsung membantahnya.
Ia merasa selama ini bekerja juga sesuai arahan Pemerintah Pusat.
"Enggak lah kita ini bawahan Presiden, rival itu kan kalau ada pertandingan, loh ini enggak ada pertandingan, sama sekali."
"Kita ikut arah Pemerintah Pusat, bahkan langkah-langkah yang kita lakukan itu dalam rangka menyelamatkan Indonesia," kata dia.
Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ini merasa apa yang dilakukannya demi menyelamatkan Indonesia di mata dunia internasional.
Pasalnya, Jakarta sebagai pusat perekonomian jangan sampai terpuruk karena covid-19.
"Jakarta itu pusat perekonomian Indonesia, kalau kita tidak bergerak cepat, kalau kita tidak bergerak dengan langkah yang berani, langkah yang jelas maka perekonomian Indonesia terganggu, efeknya ke pusat juga."
"Kepercayaan internasional pada pusat bisnis Indonesia juga turun, dunia internasional tidak akan datang ke Indonesia, jika Jakarta tidak ditangani dengan betul," tegasnya.
The Economist Tulis Anies sebagai Saingan Baru Jokowi
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan kembali menjadi sorotan media luar negeri terkait rivalitasnya dengan Presiden Joko Widodo.
Anies Baswedan disebut-sebut sebagai 'saingan' baru Presiden Jokowi setelah Prabowo Subianto, rival Jokowi pada Pilpres 2019, menjadi pembantu Presiden sebagai Menteri Pertahanan.
Anies Baswedan calon Presiden paling potensial tahun 2024 dan dinilai telah mendapatkan keuntungan secara pemberitaan dari momen pandemi Virus Corona atau covid-19.
• Begini Sosok Mbak Dita, Tersangka Pemberi Suap Bupati Kutim Ismunandar & Istri, Ada THR Rp 100 Juta
• Lion Air Group dan Citilink Adakan Layanan Rapid Test, Syarat dan Ketentuan, Ada yang harus Bayar
Anies Baswedan dinilai lebih cepat merespon wabah Virus Corona dibandingkan pemerintah pusat.
Demikian ditulis The Economist, baik edisi cetak maupun online, terkait kiprah Anies Baswedan tersebut.
The Economist adalah majalah internasional dan juga media online yang berkantor pusat di London, Inggris, yang menyoroti isu-isu kekinian, bisnis, politik, dan teknologi.
Sebelumnya, Anies oleh media Australia disamakan dengan Gubernur New York Andrew Cuomo.
Menurut The Economist, kasus covid-19 pertama di Indonesia telah dikonfirmasi pada 2 Maret 2020.
Selama berminggu-minggu Anies Baswedan telah mendesak pemerintah pusat untuk bertindak cepat.
Namun pemerintah ragu-ragu ketika virus itu menyebar, pertama melalui Jakarta, kemudian ke seluruh pelosok negeri.
Akhirnya, pada tanggal 31 Maret 2020, Presiden mengumumkan keadaan darurat nasional.
Bahkan pada saat itu, pemerintah daerah diminta untuk meminta izin sebelum melakukan lockdown (penguncian).
Terhadap kebijakan itu, Anies Baswedan seperti ditulis Jakarta Post pun berkomentar, "[Itu] seolah-olah kami mengusulkan proyek yang membutuhkan studi kelayakan."
“Tidak bisakah kementerian [kesehatan] melihat bahwa kita menghadapi peningkatan jumlah kematian? Apakah itu tidak cukup? "
Itu adalah satu tembakan atau serangan yang dilakukan Anies Baswedan terhadap Presiden Joko Widodo --lebih dikenal sebagai Jokowi.
Dia mengkritik pemerintahan Jokowi karena tidak bertindak cepat dan kuat, dan berulang kali membantah data pemerintah tentang jumlah kasus covid-19.
Itu adalah "tamparan di wajah" untuk Jokowi dan para pembantunya, kata seorang diplomat asing.
Keluhan jelas menjebak presiden.
Ketika Anies Baswedan berusaha untuk mengunci Jakarta setelah Jokowi menghabiskan berminggu-minggu menolak untuk melakukan hal yang sama ke seluruh negeri.
Jokowi menyatakan bahwa gubernur tidak memiliki wewenang untuk melakukannya.
Hari berikutnya ia mengumumkan prosedur berat yang diperlukan sebelum pemerintah daerah dapat membatasi pergerakan orang.
Jokowi selama ini jarang mendapat kritik dari kelompok oposisi setelah pada Oktober ia mengangkat Prabowo Subiabto sebagai menteri pertahanan.
Prabowo Subianto adalah lawannya selama dua kampanye presiden (2014 dan 2019).
Sejak saat itu, Prabowo Subianto sebagian besar mengikuti kebijakan pemerintahan dan membiarkan 'jabatan kepala oposisi' kosong.
The Economist menulis, Mr Anies tampaknya telah memutuskan untuk mengambil posisi itu (oposisi).
Ketika Jokowi memulai masa jabatan pertamanya sebagai presiden pada tahun 2014, ia menunjuk Anies Baswedan sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.
Namun ambisi politisnya, belakangan ini melemahkan hubungan keduanya, kata seorang mantan penasihat Jokowi.
Presiden mencampakkan Anies dua tahun kemudian dalam perombakan kabinet.
Tetetapi, Anies Baswedan mendapatkan kembali 'kekuasaan' tahun 2017, ketika ia mencalonkan diri sebagai Gubernur Jakarta melawan seorang anak didik Jokowi, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok.
Ahok, yang beragama Kristen, telah memimpin dalam pemungutan suara tetapi dituduh melakukan penistaan agama setelah ia salah mengutip Alquran dalam salah satu pidatonya.
• SERENTAK, Jadwal Masuk Sekolah Ajaran Baru SD, SMP, dan SMA/SMK Dimulai 13 Juli 2020, Terapkan PJJ
• Setelah Siwon Suju, Nagita Slavina Minta Raffi Ahmad Datangkan Lee Min Ho dan BLACKPINK ke Andara
Anies Baswedan memanfaatkan masalah ini dan mendapat dukungan Front Pembela Islam (FPI), sebuah kelompok yang telah mengorganisasi protes besar terhadap Ahok.
Gelombang kemarahan sektarian membawa Anies Baswedan menjadi gubernur di Jakarta dan ini tentu saja 'memalukan' bagi Jokowi.
(*)
Artikel ini telah tayang di Tribunwow.com dengan judul Media Inggris Sebut Anies Baswedan Rival Baru Jokowi, Gubernur DKI Jakarta: Saya Bawahan Presiden, https://wow.tribunnews.com/2020/07/05/media-inggris-sebut-anies-baswedan-rival-baru-jokowi-gubernur-dki-jakarta-saya-bawahan-presiden?page=all.