Info Mengejutkan BMKG Soal Gempa Hari Ini 13 Juli 2020 di Jateng dan Jogja: Kejadian Mengerikan 1943
Berdasarkan info BMKG, pusat gempa terkini 13 Juli 2020 bersebelahan dan sangat dekat dengan pusat gempa mengerikan di Pulau Jawa pada 23 Juli 1943.
TRIBUNKALTIM.CO - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika atau BMKG membagikan kabar mengejutkan di balik gempa hari ini 13 Juli 2020 yang mengguncang wilayah Jawa Tengah (Jateng) dan Yogyakarta.
Berdasarkan info BMKG, pusat gempa terkini 13 Juli 2020 bersebelahan dan sangat dekat dengan pusat gempa berkekuatan M 8,1 yang menimbulkan kerusakan di Pulau Jawa pada 23 Juli 1943.
Di lain sisi bersamaan dengan terjadinya gempa hari ini 13 Jli 2020, tagar gempa kembali ramai di media sosial dan menjadi salah satu trending topic di Twitter.
• Mengejutkan! Episenter gempa Hari Ini 5 Juli 2020 di Blitar Dekat Sumber gempa Mengerikan Tahun 1896
• Kabupaten Berau Kini Punya Alat Pendeteksi gempa Bumi dan Tsunami
• KAJIAN BMKG, Berhadapan Zona Megathrust, Sukabumi Dihantui gempa Magnitudo 8,7 Tsunami 3 Meter
• Megathrust Berpotensi Picu gempa 8,7 SR dan Tsunami 15 Meter, Warga Sukabumi Diimbau Selalu Waspada
Hingga kini, ada ribuan twit yang mengandung kata kunci atau keywords "#gempa" "Stay Safe Jogjaku.
#gempa" tulis akun @EkaBramantya "#gempa Pagi tadi aku kira kaget, ternyata beneran ya" tulis akun @Pratiwi76789108 Informasi terkait gempa ini juga telah disampaikan melalui akun resmi BMKG di @infoBMKG
Berdasarkan unggahan tersebut, diketahui bahwa gempa hari ini 13 Juli 2020 terjadi pada pukul 02.50.59 WIB wilayah Jawa Tengah dan Yogyakarta.
Adapun gempa tersebut merupakan jenis gempa tektonik.
Hasil analisis BMKG menunjukkan bahwa gempa hari ini 13 Juli 2020 memiliki parameter update dengan magnitudo 5,1.
Bagaimana analisis BMKG tentang gempa di Yogyakarta dan Jawa Tengah?
Hasil analisis BMKG Menurut Kepala Bidang Mitigasi gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono, episenter gempa terletak pada koordinat 8,73 LS dan 109,88 BT, atau tepatnya di Samudra Hindia Selatan Jawa pada jarak 101 km arah Selatan Kulonprogo pada kedalaman 46 km.
"Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa yang terjadi merupakan jenis gempa dangkal akibat aktifitas subduksi Lempang Indo-Australia yang menunjam ke bawah Lempeng Eurasia," jelas Daryono saat dihubungi Kompas.com, Senin (13/7/2020) pagi.
• Copot Kepala Sekolah dan Beri Waktu 30 Hari Kembalikan Uang Wali Murid, Bupati Banyumas Geram
• Sebelum Dinikah Rey Mbayang, Dinda Hauw Pernah Pacaran 7 Tahun, Dekat dengan Rizky Billar & Giorgino
Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa memiliki mekanisme pergerakan naik (thrust fault) yang merupakan ciri khas gempa akibat tumbukan lempeng di zona megathrust.
Adapun gempa ini dirasakan di Pacitan, Purworejo, Yogyakarta, dan Wonogiri meskipun Shakemap BMKG menunjukkan guncangan terjadi dalam wilayah luas dari Pangandaran hingga Pacitan.
Hingga kini, belum ada laporan terkait dampak kerusakan yang ditimbulkan akibat gempa ini.
Sementara itu, hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempa ini tidak berpotensi tsunami.
"Hingga pukul 03.15 WIB, hasil monitoring BMKG belum menunjukkan adanya aktivitas gempa susulan (aftershock)," kata Daryono.
Pusat gempa ini bersebelahan dan sangat dekat dengan pusat gempa berkekuatan M 8,1 yang menimbulkan kerusakan di Pulau Jawa pada 23 Juli 1943.
Kota-kota yang mengalami kerusakan akibat gempa pada saat itu adalah Cilacap, Tegal, Purwokerto, Kebumen, Purworejo, Bantul, dan Pacitan.
• Kabar Terbaru, Pemerintah Pastikan Ada Kenaikan, Ini Rincian Uang Pensiun PNS Golongan I hingga IV
• Profil & Biodata Rey Mbayang Vokalis Suami Dinda Hauw, Sosok Rizky Billar yang Kini Disorot Terkuak
Ahli geologi Belanda Van Bemmelen pada 1949 mengungkap bahwa korban meninggal akibat gempa Jawa pada 23 Juli 1943 ini lebih dari 213 orang dan korban luka mencapai 2.096 orang.
Selain itu, disebut ada 15.275 rumah yang mengalami kerusakan di Jawa Tengah dan Yogyakarta saat itu.
Dalam 3 pekan terakhir, wilayah Selatan Pulau Jawa memang mengalami peningkatan aktivitas gempa.
Berikut adalah beberapa gempa yang terjadi dalam beberapa waktu terakhir ini:
- gempa Selatan Pacitan M 5,0 pada 22 Juni 2020
- gempa Selatan Blitar M 5,3 pada 5 Juli 2020
- gempa Lebak M 5,1 pada 7 Juli 2020
- gempa Selatan Garut M 5,0 pada 7 Juli 2020
- gempa Selatan Selat Sunda M 5,2 pada 7 Juli 2020
- gempa Selatan Sukabumi M 4,8 pada 10 Juli 2020
- gempa Selatan Kulonprogo M 5,1 pada 13 Juli 2020.
"Meningkatnya aktivitas kegempaan di Selatan Jawa akhir-akhir ini tidak perlu membuat masyarakat khawatir berlebihan, meskipun kita harus waspada dengan meningkatkan kesiapsiagaan baik para pemangku kepentingan bidang kebencanaan dan masyarakat," imbau Daryono.
Masyarakat Selatan Jatim Perlu Waspada
Berita lainnya, gempa yang menggucang wilayah selatan Jawa Timur kembali diguncang gempa, Minggu (5/7/2020) lalu, BMKG memberikan peringatan sekaligus informasi penting.
Informasi BMKG ini juga berkaitan dengan gempa yang mengguncang selatan Pacitan, Jatim pada 22 Juni 2020.
"Episenter terletak pada koordinat 9,26 LS dan 112,24 BT, atau tepatnya di laut pada jarak 125 km arah Selatan Kanigoro, Blitar, Jatim pada kedalaman 92 km,” ujar Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Dr Daryono sebagaimana dilansir Tribunjateng.com dari Kompas.com Minggu (5/7/2020).
Daryono mengatakan, masyarakat Jatim di bagian Selatan perlu mewaspadai gempa yang terjadi belakangan.
Pasalnya, berdasarkan catatan gempa selatan Blitar tadi pagi, episenternya berada sangat berdekatan dengan sumber gempa yang merusak di Jatim selatan pada 15 Agustus 1896 dan 20 Agustus 1896.
Saat itu kegempaan tercatat mencapai skala intensitas VII MMI yang menimbulkan kerusakan banyak bangunan rumah, dan korban jiwa cukup banyak.
“Wilayah Selatan Jatim akhir-akhir ini sering diguncang gempa, untuk itu masyarakat perlu waspada. Catatan gempa kuat masa lalu seperti tersebut di atas dapat menjadi data dukung kesiapsiagaan kita, bahwa gempa kuat memiliki periode ulang dengan periodesitas tertentu,” kata dia.
Sehingga menurutnya gempa kuat yang terjadi di suatu wilayah pada masa lalu sangat mungkin berulang kembali.
Daryono juga menjelaskan dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa yang terjadi di Blitar pagi ini adalah jenis gempa menengah.
Gempa ini timbul akibat adanya deformasi batuan pada Lempeng Indo-Australia yang menunjam atau tersubduksi ke bawah Pulau Jawa.
Dari hasil analisa, menurut Daryono ini menunjukkan bahwa gempa memiliki pergerakan turun (normal fault).
“Ini bukti bahwa gempa terjadi diakibatkan adanya tarikan lempeng (slab pull) yang terjadi pada Zona Benioff yaitu sistem penunjaman lempeng di bawah Zona Megathrust pada kedalaman 92 km,” kata dia.
Adapun, gempa Blitar kali ini dirasakan di beberapa wilayah yakni Blitar, Karangkates, Trenggalek, Nganjuk, Pacitan, Wonogiri, Jember, Kulonprogo, Bantul, hingga Cilacap.
Belum ada laporan dampak kerusakan akibat gempa tersebut. Permodelan menunjukkan gempa tak berpotensi tsunami.
Diberitakan sebelumnya, gempa berkekuatan 5,3 magnitudo mengguncang Kabupaten Blitar, Jawa Timur, dan sekitar. Guncangan terjadi pada Minggu (5/7/2020) sekitar 02.09 WIB.
Pusat gempa berada di 129 kilometer tenggara Blitar dengan kedalaman 79 kilometer.
BMKG menyatakan gempa ini tidak berpotensi menimbulkan gelombang tsunami.
Informasi yang dihimpun dari akun Twitter @infoBMKG pusat gempa Blitar berada di laut, 129 kilometer tenggara Blitar. Kedalaman pusat gempa 79 kilometer.
Dirasakan (MMI) III Blitar, III Karangkates, III Trenggalek, III Nganjuk, III Pacitan, III Jember, II Kulonprogo, II Bantul, II Cilacap, II Wonogiri, III Malang, #BMKG.
Berdasarkan Skala MMI (Modified Mercalli Intensity), beginilah gambaran keadaan yang dirasakan seseorang terhadap guncangan gempa, dikutip dari situs BMKG:
I MMI
Getaran tidak dirasakan kecuali dalam keadaan luar biasa oleh beberapa orang
II MMI
Getaran dirasakan oleh beberapa orang, benda-benda ringan yang digantung bergoyang.
III MMI
Getaran dirasakan nyata dalam rumah.
Terasa getaran seakan-akan ada truk berlalu.
IV MMI
Pada siang hari dirasakan oleh orang banyak dalam rumah, di luar oleh beberapa orang, gerabah pecah, jendela/pintu berderik dan dinding berbunyi.
V MMI
Getaran dirasakan oleh hampir semua penduduk, orang banyak terbangun, gerabah pecah, barang-barang terpelanting, tiang-tiang dan barang besar tampak bergoyang, bandul lonceng dapat berhenti.
VI MMI
Getaran dirasakan oleh semua penduduk. Kebanyakan semua terkejut dan lari keluar, plester dinding jatuh dan cerobong asap pada pabrik rusak, kerusakan ringan.
VII MMI
Tiap-tiap orang keluar rumah. Kerusakan ringan pada rumah-rumah dengan bangunan dan konstruksi yang baik. Sedangkan pada bangunan yang konstruksinya kurang baik terjadi retak-retak bahkan hancur, cerobong asap pecah. Terasa oleh orang yang naik kendaraan.
VIII MMI
Kerusakan ringan pada bangunan dengan konstruksi yang kuat. Retak-retak pada bangunan degan konstruksi kurang baik, dinding dapat lepas dari rangka rumah, cerobong asap pabrik dan monumen-monumen roboh, air menjadi keruh.
IX MMI
Kerusakan pada bangunan yang kuat, rangka-rangka rumah menjadi tidak lurus, banyak retak. Rumah tampak agak berpindah dari pondamennya. Pipa-pipa dalam rumah putus.
X MMI
Bangunan dari kayu yang kuat rusak,rangka rumah lepas dari pondamennya, tanah terbelah rel melengkung, tanah longsor di tiap-tiap sungai dan di tanah-tanah yang curam.
XI MMI
Bangunan-bangunan hanya sedikit yang tetap berdiri. Jembatan rusak, terjadi lembah. Pipa dalam tanah tidak dapat dipakai sama sekali, tanah terbelah, rel melengkung sekali.
XII MMI
Hancur sama sekali, Gelombang tampak pada permukaan tanah. Pemandangan menjadi gelap. Benda-benda terlempar ke udara.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "BMKG: gempa Jateng dan Yogyakarta Hari Ini Dekat dengan Pusat gempa Pulau Jawa 1943" dan Tribunjateng.com dengan judul Soal Gempa di Blitar Pagi Ini, BMKG: Masyarakat Selatan Jatim Perlu Waspada