Kisah Wanita Tuna Susila, Beraksi saat Pandemi Corona hingga Akhirnya Lebih Pilih Jualan Baju

Berjalannya waktu, akhirnya Bunga mendapatkan pekerjaan yang dia inginkan di sebuah perusahaan swasta di Kota Semarang

Editor: Doan Pardede
Ilustrasi Canva
Ilustrasi wanita tuna susila. 

Jika dilihat dari penampilan, bunga sehari-hari tetap menggunakan pakaian sopan, tidak seronok.

"Jujur tidak ada yang tahu saya seperti ini. Termasuk orangtua saya juga."

"Tapi sejak saya sudah kerja, agak mengurangi menjual diri di medsos. Itupun kalau saya lagi butuh uang tambahan atau enggak capek, baru mau booking out (BO). Apalagi saat ada Corona, agak hati-hati," imbuh Bunga.

Bunga secara terus terang pernah ditawari oleh seorang pengusaha asal Semarang, untuk menjadi istri siri.

Namun ia tolak, karena Bunga berprinsip tidak ingin menghancurkan keluarga orang lain.

"Saya hidup enggak mau menyakiti orang lain. Tentu kalau tawaran itu saya terima, istri sahnya akan tersakiti. Memang sih saya akan dapat banyak materi dari dia. Tapi hati jadi enggak tenang," tegasnya.

Dirinya mengaku saat ini sudah jarang membuka layanan BO di medsos.

Alasannya sederhana, karena dia kini sudah mendapatkan pekerjaan dan takut Corona.

Sehingga ia lebih memilih menghindarinya.

"Masih takut kalau harus open BO lagi. Sekarang saya justru sedang fokus jualan baju di medsos. Biar punya kesibukan lain dan terlepas dari jerat prostitusi. Saya hanya ingin hidup normal, menikah, dan membesarkan anak-anak dengan baik," pungkasnya.

Seharusnya Pemerintah Memfilter Akun

Sejak zaman dulu hingga kini ada prostitusi di masyarakat.

Hal itu sulit untuk dihilangkan karena ada faktor pembeli atau pengguna jasa tuna susila.

Di Indonesia sendiri, prostitusi atau pelacuran sudah ada sejak abad 18.

Hukum di Indonesia juga tidak melarang prostitusi, kecuali mucikari.

Sumber: Tribunnews
Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved