Bukan Hoaks, Kini Tak Pakai Masker Bakal Disanksi Tegas, Tito Karnavian Suruh Pemda Buat Perda

Bukan hoaks, kini tak pakai masker bakal disanksi tegas, Tito Karnavian suruh Pemda buat Perda

Editor: Rafan Arif Dwinanto
Kolase TribunKaltim.co / f Facebook Sukati Pu Kun dan Kompas TV
Masker unik motif wajah sempat dipopulerkan Tito Karnavian 

TRIBUNKALTIIM.CO - Bukan hoaks, kini tak pakai masker bakal disanksi tegas, Tito Karnavian suruh Pemda buat Perda.

Pemerintah akhirnya bersikap tegas untuk meminta warganya mematuhi protokol kesehatan, terutama penggunaan masker.

Mendagri Tito Karnavian segera menerbitkan Surat Edaran yang meminta Pemda membuat Peraturan Daerah atau Perda yang berkaitan dengan protokol kesehatan.

Di dalam Perda itu akan diatur sanksi tegas, termasuk bagi warga yang tak menggunakan masker.

Menteri Dalam Negeri ( Mendagri) Tito Karnavian mendorong para kepala daerah membuat aturan kewajiban memakai masker bagi masyarakat.

Selain itu, Tito Karnavian mendorong adanya sanksi bagi yang tidak mematuhi aturan itu.

Seperti Susi Pudjiastuti, PBNU Desak Anggota Prabowo Tutup Ekspor Benih Lobster, Alasannya Serius

 Kabar Terbaru, Virus Corona 18 Juta Kasus, WHO Tiba-Tiba Umumkan Mungkin Tak Akan Ada Obat Ampuh

• Inter Milan Dalam Bahaya Jelang Europa League Kontra Getafe, Antonio Conte Dituding Dekati Juventus

• KABAR TERBARU, Akhirnya Tanggal Pencairan Gaji ke 13 PNS Dibuka, Tak Hanya Dapat Gaji Pokok

"Saya sudah mendorong rekan-rekan kepala daerah untuk membuat peraturan daerah tentang kewajiban penggunaan masker berikut sanksinya.

Ada beberapa daerah yang sudah melakukan membuat Perda itu, " ujar Tito Karnavian sebagaimana dikutip dari siaran pers di laman resmi Kemendagri, Rabu (5/8/2020).

Untuk mendukung hal itu, Tito Karnavian mengaku telah mengeluarkan surat edaran kepada pemerintah daerah.
Dia menyebut akan terus mendorong daerah yang belum menyusun peraturan wajib pakai masker.

"Saya juga sudah mengeluarkan surat edaran untuk daerah, untuk membuat Perda itu.

Ada yang belum dan sedang kita dorong terus," ujarnya.

Lebih lanjut Tito Karnavian mengatakan, kewajiban memakai masker juga perlu dilakukan hingga tingkat desa.

Sehingga ke depannya pemerintah daerah setempat juga diminta mendukung gerakan bagi-bagi masker untuk masyarakat hingga ke desa.

Prediksi WHO

Juru Bicara Satuan Tugas covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan, perubahan perilaku masyarakat dalam menjalankan protokol kesehatan dengan disiplin sangat penting untuk memutus mata rantai covid-19.

Ia mengatakan, dari cara penularannya, covid-19 bisa berhenti apabila protokol kesehatan dijalankan dengan baik.

 Video Viral Diduga Prajurit TNI Banting Pembalap Liar ke Jalan, Mirip Smackdown, Pemicunya Terkuak

 Pernah Disebut Zona Hitam dan Akan Jadi Wuhan, Kini Risma Klaim Surabaya Zona Hijau, Simak Datanya

 Pengacara Kondang Otto Hasibuan Bongkar Ketidakadilan Terhadap Djoko Tjandra, Buka Opsi Praperadilan

 Blak-blakan, Ganjar Pranowo Bongkar Kepala Daerah Sombong, Tutup Data Covid-19 Biar Dibilang Sukses

Dengan demikian, kata dia, prediksi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) terkait pandemi covid-19 yang disebut akan berlangsung lama tak terjadi.

"Terlalu jauh saat ini memprediksi pandemi ini akan berlangsung selama itu. Dari cara penularannya, yang penting dalam menghadapi covid-19 ini adalah perubahan perilaku masyarakat menjalankan protokol kesehatan dengan disiplin," ujar Wiku kepada Kompas.com, Minggu (2/8/2020).

Ia mengatakan, kelompok rentan covid-19, yaitu penderita penyakit komorbid dan usia lanjut, perlu dilindungi dari paparan virus tersebut.

Mereka perlu dilindungi, kata dia, baik pandemi berlangsung pendek maupun lama.

Sebelumnya, WHO pada Sabtu (1/8/2020) memperingatkan bahwa pandemi Virus Corona kemungkinan bertahan lebih lama.

Peringatan itu disampaikan setelah komite WHO mengadakan pertemuan darurat untuk mengevaluasi krisis wabah yang terjadi selama 6 bulan ke belakang, menurut keterangan media Perancis AFP.

 Bukan Hanya Prasetijo Utomo, Polri Diminta Periksa Perwira Lain di Bareskrim Terkait Djoko Tjandra

 Terkuak, Sosok Ini Bocorkan Prank Sampah Youtuber Edo Putra Settingan, Korban Ibu Kandung Sendiri

Komite tersebut menggarisbawahi antisipasi terhadap panjangnya durasi wabah covid-19 dan memperingatkan tentang risiko kelelahan dalam penanggulangan wabah karena tekanan sosial-ekonomi di banyak negara.

Kepala Direktur WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus juga mengatakan, dampak dari wabah Virus Corona akan terasa lebih lama.

"Pandemi ( covid-19) adalah krisis kesehatan sekali dalam seabad, yang dampaknya akan terasa selama beberapa dekade mendatang," kata Tedros.

Virus Corona yang menyebabkan penyakit covid-19 telah menewaskan setidaknya 680.000 orang dan menginfeksi sekitar 17,6 juta orang sedunia sejak pertama kali terjadi di China pada Desember lalu berdasarkan penghitungan dari sumber resmi AFP.

Di Indonesia sendiri, pada Minggu (2/8/2020), tercatat sudah 111.455 orang terkonfirmasi positif covid-19.

Dari jumlah tersebut terdapat 68.975 pasien yang berhasil sembuh dan 5.236 pasien meninggal dunia.

Tak Ada Obat Ampuh

Sementara jumlah penularan Virus Corona di seluruh dunia melampaui 18 juta, WHO pada Senin (3/8/2020) memperingatkan mungkin tidak akan pernah ada "obat manjur" untuk covid-19, penyakit yang ditimbulkan virus tersebut.

Sementara itu, kota kedua terbesar Australia mulai menerapkan jam malam.

Harapan dunia untuk memutus siklus penularan dan penutupan wilayah kini bertumpu pada vaksin.

Tetapi dalam konferensi pers secara virtual hari Selasa, Dirjen Organisasi Kesehatan Dunia ( WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus di Jenewa mengatakan pemerintah dan warga seharusnya berfokus pada apa yang diketahui ampuh yaitu testing, pelacakan kontak, jaga jarak fisik dan pemakaian masker.

"Kita semua berharap memiliki sejumlah vaksin ampuh yang bisa membantu mencegah orang tertular.

Namun, tidak ada obat yang manjur saat ini dan mungkin tidak akan pernah ada.

Jadi, yang bisa dilakukan saat ini untuk menghentikan wabah adalah menerapkan dasar-dasar kesehatan masyarakat dan pengendalian penyakit," ujar Tedros.

Meskipun sudah memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar ( PSBB) selama berbulan-bulan sehingga melumpuhkan ekonomi, pandemi Virus Corona terus meluas.

Kini tercatat hampir 700.000 kematian di seluruh dunia.

Di Amerika, penasihat Gedung Putih memperingatkan, virus itu "menyebar sangat luas."

Di negara-negara yang sebelumnya berhasil mengendalikan, wabah kembali merebak, misalnya Australia.

Hari Senin, PSBB baru kembali diterapkan di negara bagian Victoria yang terimbas keras.

Jam malam juga diberlakukan di Melbourne, ibu kota negara bagian itu, selama enam minggu ke depan.

Semua bisnis yang dinilai non-esensial ditutup, dan pesta pernikahan dilarang.

Di Filipina, pemerintah juga menerapkan kembali penutupan wilayah atau lockdown setelah jumlah penularan melampaui 100 ribu.

Lebih dari 27 juta orang - termasuk di ibukota negara itu, Manila, kembali harus diam di rumah selama dua minggu mulai Selasa.

Iran, negara yang paling terimbas pandemi di Timur Tengah, melaporkan jumlah penularan tertinggi dalam satu hari dalam hampir sebulan.

Pemerintah memperingatkan, sebagian besar provinsi di sana menghadapi perebakan kembali Virus Corona.

Tetapi, Amerika masih menjadi negara yang paling terimbas pandemi.

Sejauh ini, dilaporkan 4,6 juta kasus dan hampir 155.000 kematian di Amerika.

Deborah Birx, kepala gugus tugas Virus Corona Gedung Putih, memperingatkan negara itu telah memasuki "fase baru".

"Apa yang kita saksikan sekarang berbeda dari apa yang terjadi pada Maret dan April," kata Birx kepada stasiun televisi CNN. Ia menambahkan, virus ini "menyebar sangat luas."

(*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Mendagri Terbitkan SE, Minta Pemda Bikin Perda Kewajiban Pakai Masker", Klik untuk baca: https://nasional.kompas.com/read/2020/08/05/06522151/mendagri-terbitkan-se-minta-pemda-bikin-perda-kewajiban-pakai-masker.

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved