Virus Corona
Ada Temuan Kritis dari BPOM Terkait Obat Virus Corona Racikan Unair
Beberapa catatan tersebut diantaranya adanya temuan kritis (critical finding) dari obat covid-19 yang diteliti oleh Unair,
"Tapi tergantung ketersediaan anggaran pemerintah juga," sambungnya.
Sementara itu, Mohammad Nasih mengatakan obat Covid-19 tersebut usai diuji klinis sejak Maret 2020 sebelum diberikan kepada PCPEN.
"Tim dari Universitas Airlangga ini telah menguji coba lima kombinasi obat penawar Covid-19 kepada sebanyak 700 pasien," beber Nasih, sapaannya.
"Ada 700 pasien yang telah kami uji coba klinis. Memang membutuhkan waktu lima bulan untuk sampai hari ini," sambungnya Nasih.
Menurut dia, masyarakat Indonesia terdapat orang cerdas sehingga mampu membuat obat melawan Covid-19 tersebut.
Namun, menurutnya, hal ini terkendala dengan birokrasi yang rumit dari Pemerintah Indonesia.
"Sebenarnya orang Indonesia banyak yang cerdas. Tapi untuk memproduksi segala sesuatunya, dibikin ribet oleh pemerintah," tutup dia.
Sebelumnya Rektor Universitas Airlangga Mohammad Nasih menyerahkan laporan hasil uji klinis tahap III atau tahap akhir kombinasi obat anticovid-19 kepada KSAD dan Sekretaris Utama Badan Intelijen Negara (BIN) Komjen Pol Bambang Sunarwibowo di Mabes TNI AD Jakarta Pusat pada Sabtu (15/8/2020).
Dalam sambutannya Nasih menungkapkan hasil uji klinis tahap akhir kombinasi obat anticovid-19 tersebut telah melewati proses yang sangat panjang dan berliku.
Uji klinis tersebut, kata Nasih, telah dimulai sejak Maret 2020 hingga Agustus 2020 dengan melibatkan TNI AD dan BIN.
"Kita sudah mulai melakukannya pada bulan Maret kita sudah mulai dengan berbagai macam uji invitro.
Kemudian diakhiri dengan uji doking dan seterusnya.
Sehingga hasil sesungguhnya empat sampai lima bulan untuk sampai pada hasil ini.
Jadi kalau di luaran ada isu ini bikin obat kok kayak bikin tahu saja, itu tidak benar," kata Nasih.
Ia mengungkapkan seluruh proses uji klinis tersebut dilakukan sesuai dengan ketentuan yang disyaratkan Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) termasuk metode uji klinis tersebut.
"Yang tidak kalah penting adalah keseluruhan proses sudah mengikuti apa yang dicantumkan, disyaratkan BPOM.