Virus Corona
Lengkap, Surat Menyentuh Buya Maarif ke Jokowi, Dokter Banyak Meninggal, Ada Pesan Khusus ke Terawan
Lengkap, surat menyentuh Buya Maarif ke Jokowi, Dokter banyak meninggal, ada pesan khusus ke Terawan Agus Putranto
TRIBUNKALTIM.CO - Lengkap, surat menyentuh Buya Maarif ke Jokowi, Dokter banyak meninggal, ada pesan khusus ke Terawan Agus Putranto.
Tokoh Muhammadiyah Syafii Maarif, atau Buya Maarif bersurat ke Presiden Joko Widodo atau Jokowi.
Sebelumnya, Jokowi juga mendapat surat dari orang terkaya Indonesia, Budi Hartono.
Bukan soal PSBB, Buya Maarif dalam suratnya mengaku miris dengan banyaknya tenaga medis yang meninggal akibat Virus Corona atau covid-19.
Mantan Ketua PP Muhammadiyah Ahmad Syafii Maarif mengirimkan pesan khusus kepada Presiden Joko Widodo ( Jokowi).
Dalam pesan tersebut, tokoh Muslim yang sering disapa Buya Maarif itu mengaku batinnya menjerit dan terguncang melihat berita tentang banyaknya kematian para Dokter.
• Ruhut Sitompul Desak Anies Baswedan Mundur, Refly Harun Tak Tinggal Diam, Soal WNI Dicekal 59 Negara
• Resmi, Link Live Streaming Pengumuman PSBB Jakarta, Disampaikan Anies, Terawan dan Doni Monardo
• Mahfud MD Bongkar Praktik Cukong Pilkada, Cuma 8 Persen Calon Pakai Duit Sendiri, Warga Minta Amplop
• Refly Harun Beber Ekonomi Sudah Nyungsep Sebelum Covid-19, PSBB Anies Baswedan Hanya Pengalihan
"Yang Mulia, Presiden Republik Indonesia.
Sebagai salah seorang yang tertua di negeri ini, batin saya menjerit dan goncang membaca berita kematian para Dokter yang sudah berada pada angka 115 pagi ini plus tenaga medis yang juga wafat dalam jumlah besar pula," tulis Buya Maarif mengawali pesannya, yang dikutip Kompas.com, Minggu (13/9/2020).
Buya Maarif pun meminta Presiden Jokowi memerintahkan Menteri Kesehatan untuk menolong para Dokter yang banyak berguguran di tengah pandemi covid-19.
Menurutnya, apabila hal tersebut terus-menerus terjadi, maka bangsa ini bisa oleng.
"Pak Presiden, mohon diperintahkan kepada Menteri Kesehatan dan jajarannya untuk berupaya semaksimal mungkin menolong nyawa para Dokter ini," kata dia.
"Jika begini terus, bangsa ini bisa oleng karena kematian para Dokter saban hari dalam tugas kemanusiaannya di garis paling depan.
Terima kasih Pak Presiden," tulisnya.
• Ahli Virologi China Ungkap Fakta Baru Bahwa Virus Corona Buatan Tangan Manusia, Beber Bukti Ilmiah
Ketika Kompas.com mengonfirmasinya, salah satu staf Maarif Institute membenarkan pesan tersebut.
Ia mengatakan, Buya Maarif mengirimkan pesan tersebut hari ini, pukul 7.10 WIB.
Pesan tersebut pun telah dikirimkan ke Presiden Jokowi melalui pembantu dekatnya.
"Beliau sudh dikirim ke Pak Jokowi via pembantu dekatnya.
Saya dan beberapa orang dapat tembusannya. Mungkin ada yang men-share-nya di medsos juga sekarang," ujar dia.
Adapun pesan tersebut juga dibagikan di akun Twitter yang dikelola para penggemar Buya Maarif, @SerambiBuya.
Sebelumnya, keresahan Buya Maarif tersebut juga pernah disampaikannya dalam sebuah acara.
"Apakah memang harus begitu?
Atau memang kita kurang mempersiapkan dengan alat pelindung diri (APD)?" ujar Maarif dalam acara doa bersama Bersama dan Hening Cipta untuk Keselamatan Dokter Indonesia secara daring, Rabu (2/9/2020) malam.
Oleh karena itu, ia meminta agar kondisi para Dokter dan tenaga medis di negara lain pun dilihat di tengah pandemi covid-19 seperti saat ini.
Jika di negara lain tak banyak tenaga medis yang gugur, menurut dia, ini ada yang salah di Indonesia sehingga perlu diperbaiki.
"Mungkin dilihat negara lain. Kalau negara lain juga begitu, berarti memang ini dilema, tidak perlu kita menyesali," kata dia.
"Tapi kalau negara lain tenaga Dokternya yang meninggal tidak banyak dan kita banyak, berarti itu ada yang salah pada kita.
Ada sesuatu keliru yang harus diperbaiki," ucap Maarif.
• Akhirnya Jokowi Angkat Bicara Soal Polemik PSBB Jakarta, Fadjroel Rachman Beber Beda dengan Anies
Surat dari Budi Hartono
11 September 2020
Kepada yang terhormat:
Presiden Republik Indonesia Bapak Joko Widodo.
Dengan hormat,
Perkenankan kami melalui surat ini menyampaikan masukan untuk Bapak pertimbangkan.
Kami membaca di pemberitaan, Gubernur DKI Jakarta akan memberlakukan PSBB mulai 14 September 2020.
Alasan atas pemberlakuan tersebut dikarenakan:
1. semakin besarnya kasus positif Covid-19 di masyarakat di DKI Jakarta.
2. Kapasitas rumah sakit di DKI Jakarta akan mencapai maksimum kapasitasnya dalam jangka dekat.
Menurut kami, keputusan untuk memberlakukan PSBB Kembali itu tidak tepat.
1. Hal ini disebabkan PSBB di Jakarta telah terbukti tidak efektif di dalam menurunkan tingkat pertumbuhan infeksi di Jakarta.
(Bukti terlampir — Chart A negara yang berhasil dalam menurunkan tingkat infeksi melalui measure circuit breaker).
Di Jakarta meskipun pemerintah DKI Jakarta telah melakukan PSBB tingkat pertumbuhan infeksi tetap masih naik.
(Bukti terlampir — Chart B - DKI Jakarta)
2. Kapasitas Rumah Sakit DKI Jakarta tetap akan mencapai maksimum kapasitasnya dengan atau tidak diberlakukan PSBB lagi.
Hal ini disebabkan seharusnya Pemerintah Daerah/Pemerintah Pusat harus terus menyiapkan tempat isolasi mandiri untuk menangani lonjakan kasus.
(Contoh Solusi terlampir : ini adalah photo di Port Singapore yang membangun kapasitas kontainer isolasi ber-AC untuk mengantisipasi lonjakan dari kasus yang perlu mendapatkan penanangan medis.
Fasilitas seperti ini dapat diadakan dan dibangun dalam jangka waktu singkat (kurang dari 2 minggu — Photo 1 - karena memanfaatkan container yang tinggal dipasang Air-con dan tangga).
Sebagai Informasi kepada Bapak Presiden, Our World In Data (salah satu organisasi terkemuka dalam hal global covid research), menunjukan Indonesia, bersama South Korea, Taiwan, Lithuania adalah negara negara yang disebut berhasil meredam
Adapun perbaikan yang harus dilakukan untuk mengendalikan laju peningkatan infeksi di Indonesia pada umumnya dan di DKI Jakarta pada khususnya adalah sebagai berikut:
1. Penegakan aturan dan pemberian sanksi sanksi atas tidak disiplinnya sebagian kecil masyarakat kita dalam kondisi new normal.
Tugas untuk memberikan sanksi atau hukuman tersebut adalah tugas Kepala Daerah dalam hal ini Gubernur DKI Jakarta.
Jadi jangan karena membesarnya jumlah kasus terinfeksi Covid-19 kemudian Gubernur mengambil satu keputusan jalan pintas yang tidak menyelesaikan permasalahan sebenarnya.
2. Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah harus bersama-sama meningkatkan kapasitas isolasi masyarakat (contoh kontainer ber AC di tanah kosong) sehingga tidak melebihi kapasitas maksimum ICU di Jakarta.
3. Pemerintah harus melaksanakan tugas dalam hal Testing, Isolasi, Tracing dan Treatment.
Sejauh ini masih banyak kekurangan dalam hal Isolasi dan Contact Tracing.
4. Perekonomian tetap harus dijaga, sehingga aktivitas masyarakat yang menjadi motor perekonomian yang dapat terus menjaga kesinambungan kehidupan bermasyarakat kita hingga pandemi berakhir.
Melaksanakan PSBB yang tidak efektif berpotensi melawan keinginan masyarakat, yang menghendaki kehidupan new normal baru, hidup dengan pembatasan, memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan dan lain lain.
Masyarakat lebih takut kehilangan pekerjaan dan pendapatan serta kelaparan daripada ancaman penularan Covid-19.
Beberapa lembaga survei menunjukkan hasil riset seperti itu.
Di antaranya adalah lembaga survei Vox Populi, CPCS (Centre for Political Communication Studies) dan Indo Barometer, dimana masyarakat rata rata di atas 80% tidak menghendaki adanya PSBB kembali.
• INSENTIF Kartu Prakerja Gagal Cair, Apa Sebabnya? Peserta Keluhkan Rp 600.000 Tak Kunjung Ditransfer
(*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Buya Maarif: Batin Saya Menjerit, Pak Presiden Mohon Perintahkan Menkes Tolong Para Dokter Ini..", Klik untuk baca: https://nasional.kompas.com/read/2020/09/13/12050521/buya-maarif-batin-saya-menjerit-pak-presiden-mohon-perintahkan-menkes-tolong?page=all#page2.