Bikin Banyak Orang Terperangah, Di Luar Dugaan, Ini Pandangan Rocky Gerung Soal Pandemi Covid-19

Semua ahli sudah berbicara sesuai bidang ilmu dan keyakinannya. Bagaimana kalau ahli filsafat Rocky Gerung memandang pandemi covid-19 ini?

Tangkap layar YouTube Rocky Gerung Official
Rocky Gerung 

TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA - Sudah banyak orang berbicara tentang pandemiCovid-19. Dari sisi agama, medis hingga obrolan ringan di warung kopi. Perhatian manusia hampir semua tercurahkan ke virus keluarga corona yang mematikan itu.

Kenapa? Karena hampir semua masyarakat dunia terdampak. Apa pun bidang yang digelutinya. Beberapa negara lain bahkan sudah mengalami resesi atau setidaknya di ambang resesi. Ada negara yang masih mencoba bertahan dan berharap vaksinnya segera ditemukan.

Kalkulasi terakhir hari Senin (14/9/2020), tercatat 8.841 pasien yang meninggal dunia. Itu angka yang tercatat sejak kali pertama kasusnya ditemukan di Depok, Maret 2020 lalu. Ada penambahan 118 pasien meninggal dalam satu hari kemarin. 

Secara umum, penyebaran virus corona secara global, masih terus bertambah dari hari ke hari. Melansir data dari laman Worldometers, hingga Selasa (15/9/2020) pagi, total kasus Covid-19 di dunia terkonfirmasi sebanyak 29.414.649 (29,4 juta) kasus. Dari jumlah tersebut, sebanyak 21.260.113 (21,2 juta) pasien telah sembuh, dan 931.927 orang meninggal dunia.

Semua ahli sudah berbicara sesuai bidang ilmu dan keyakinannya. Bagaimana kalau ahli filsafat Rocky Gerung memandang pandemi covid-19 ini? Selain pemikir yang lugas dalam menyatakan pendapatnya, Rocky diketahui juga seseorang yang sangat mencintai alam. Ia masih aktif menjalakan hobinya mendaki gunung.

"Kita benci sama covid padahal itulah cara bumi untuk menahan eksploitasi manusia," kata Rocky.

Ia menyatakan itu saat menjadi salah satu pembicara dalam webinar "Filsafat dan Etika Lingkugan Kasus Pengelolaan SDA di Kalimantan Timur", Jumat (11/9/2020) malam. Seminar yang digelar Majelis Lingkungan Hidup (MLH) PW Muhammadiyah Kaltim itu juga menghadirkan Irwan (anggota DPR RI Dapil Kaltim), dosen filsafat UGM Abdul Mallik Usman, dan dua penanggap Ketua MLH PW Muhammadiyah Kaltim Taufan Tirkaamiana dan Wakil Ketua MUI Kaltim KH Muhammad Haiban.

WEBINAR ETIK LINGKUNGAN - Sebagian peserta webinar
WEBINAR ETIK LINGKUNGAN - Sebagian peserta webinar "Filsafat dan Etik Lingkungan Kasus Pengelolaan Sumberdaya Alam di Kaltim" bersama narasumber, pemantik, pananggap termasuk moderator Niel Makinuddin. (TANGKAP LAYAR WEBINAR)

Diskusi selama dua jam lebih itu berlangsung menarik karena membahas sistem pengelolaan SDA di Kaltim dari kacamata etika dan filsafat. Apalagi Niel Makinuddin, pegiat senior bidang lingkungan, mampu memandu diskusi secara cerdas sehingga bisalebih menarik. 

Pandangannya soal pandemi itu muncul berawal dari penjelasannya mengenai lingkungan. Kata Rocky, etika lingkungan itu ada di dalam logika. Kritik kita terhadap pengambil kebijakan dalam pengelolaan SDA bukanlah untuk diartikan bahwa manusia tidak boleh mengeksploitasi SDA. Boleh dan harus. Sebab kalau tidak, justru kita akan punah.

Akan tetapi, dengan batasan tertentu agar alam itu tetap berkesinambungan. Tidak hancur. Kehancuran alam, sama artinya dengan kehancuran manusia. Jadi, mestinya ditambahi keterangan kita boleh makan tetapi dengan batasan. Boleh mengekploitasi SDA tapi dengan batasan tertentu.

"Nah, soal batasan tertentu inilah yang sering menjadi wilayah pertarungan politik. Kenapa? Karena kita masih hidup dalam ekonomi yang bersifat akumulasi," jelasnya.

Ia kemudian bercerita saat terjadi krisis finansial 2008 di AS dan negara-negara maju lainnya. Dulu saat terjadi itu, betapa para ekonom dan praktisi sibuk berupaya mencari sebab mengapa sampai terjadi krisis separah itu. Dan itu justru terjadi di dalam negara-negara yang ekonomiya sudah advanced.

Masyarakat yang emerging malah mampu bertahan seperti India, China, dan Brazil. Mereka dianggap mampu mempertahankan pertumbuhan ekonominya.Menurut Rocky, kemampuan itu terjadi justru karena mereka masih emerging. Tetapi, begitu negara-negara tersebut menjadi advanced maka akan terhenti, akan terganggu akumulasinya itu.

"Sekarang tiba-tiba seluruh teori itu diinterupsi oleh Covid-19. Lalu kita berpikir, bertanya-tanya apakah kita masih bisa melanjutkan model ekonomi yang growth ini yang akumulasinya menyebabkan ekonomi covid," kata Rocky.

Studi mengenai itu masih berlagsung. Akan tetapi, secara implisit, sambung Rocky, kita bisa katakan bahwa covid itu adalah antibodi bumi untuk menghalangi virus yang bernama antroposentrisme. Lebih simpel disebutnya, covid adalah cara bumi nir-eksploitasi berlebih dari manusia.

Ini akan menimbulkan teori ekonomi baru. Kita benci sama covid padahal itu cara bumi untuk menahan eksploitasi manusia. Sebab kita tahu bahwa covid itu berpindah dari sarangnya yang tidak berbahaya masuk kepada manusia dan bersarang yang menakibatkan paru-parunya rusak.

"Tetapi kita tidak berpikir bahwa paru-paru manusia rusak itu setara dengan paru-paru unia yang rusak, yaitu Kalimantan," katanya.

KRITIK IKN - Rocky Gerung saat menjadi salah satu narasumber dalam webinar
BICARA COVID - Rocky Gerung saat menjadi salah satu narasumber dalam webinar "Filosofi dan Etis Lingkungan Kasus Pengelolaan Sumberdaya Alam di Kalimantan Timur. Seminar ini digelar MajelisLingkungan Hidup (MLH) PW Muhammadiyah Kaltim. (LAYAR TANGKAP WEBINAR)

Rocky juga menyindir pemerintah yang bereaksi dengan melakukan lock down seperti terhadap pusat-pusat bisnis di Jakarta. Tapi kenapa tidak mau lock down Kalimantan. "Padahal rencana pemindahan ibukota itu adalah covid."

Ketidaktahuan dalam menganalisa membuat kita ragu apa yang akan dilakukan terhadap lingkungan. Malik Usman sebelumnya sudah menerangkan tentang sejarah perkembangan pemikiran environmental ethics, environmental globalization. Lebih penting yang harus dipikirkan, kata Rocky adalah bahwa telah terjadi mutasi dari nature menjadi post-nature.

"Hidup kita hari ini sebenarnya bukan hidup berdasar nature karena di dalam kita berhubungan dengan teknologi," sebutnya.

Yang kita lakukan sekarang adalah menggunakan teknologi zoom yang tidak mungkin lagi dilepaskan dari hidup kita. Jadi, hidup kita tidak lagi natural melainkan post-natural. Sekarang kita mencoba bikin dialektik, bagaimana hubungan kia dengan mesin. Apakah kita akan memusuhi mesin atau mesin yang akan memusuhi kita. Itu juga pertanyaan etik lingkungan.

Mengapa begitu? Menurut Rocky, karena kecepatan komputer untuk memahamai problem telah mendahului ketakutan terhadap komputer atau robot.

Menurut Rocky, percakapan etis lingkungan semacam ini seharusnya juga beredar di kalangan eksekutif dan legislatif. Supaya pembicaraan tentang bumi, etika politik dan etika lingkungan itu bisa satu paket pembicaraan tentang nasib manusia.

Rocky sempat memuji Irwan yang dinilainya mampu menjadi warna baru di dalam parlemen karena dia juga milenial yang paham bau hutan, yang mengerti tentang beceknya Kalimantan, dan tahu tentang jumlah deposit mineral di Kalimantan. Tahu juga soal racun yang ada di atas tanah Kalimantan.

Ia berharap, Irwan sebagai legislator akan menyerap persoalan ini dan kemudian akan memproyeksikan ke tingkt dunia sebagai problem sehingga satu waktu dia bisa diundang untuk bicara di forum internasional. Itu sebabnya urusan lingkungan itu bukan urusan negara, melainkan urusan orang yang punya perspektif.

"Untuk punya persepektif harus dimulai dari diskusi yang tajam dan radikal semacam yang digagas teman-teman Muhammadiyah ini. Muhammadiyah punya energi berlebih karena ormas ini punya simbol dari sumber energi, yakni matahari," jelas Rocky.

Isu lingkungan memang masih menjadi nomor kesekian, jauh dibanding gosip dan lainnya. Rocky menyebut itu terjadi karena pemerintahan Jokowi belum menjadikannya sebagai isu utama. Ia menjadikannya sebagai isu yang ke-27.

Orang sudah saatnya menuntut nanti kalau ada yang mau menjadi presiden, mestinya ia orag yang paham tentang isu lingkungan. Paham demokrasi. Paham human rughts. Paham gender quality. Presiden kita, katanya buta huruf terhadap itu. Karenanya ia tidak memasukkannya ke dalam program Nawacita.  Padahal dunia menuntut itu, Indonesia harusnya pahamkan legacy heritage bahwa kita adalah paru-paru dunia.

"Oleh karena itu, saya kasih jalan pintas saja, buatlah UU lingkungan yang memasukkan kewajiban parpol untuk bikin sekolah lingkungan. Materi lingkungan mestinya jangan hanya dimonopoli kalangan kampus, melainkan harus juga masuk dalam ruang-ruang partai. Webinar kali ini, kita wakafkan kepada partai politik." sebut Rocky mengakhiri penjelasannya. (bin)

Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved