Virus Corona
Bukan PSBB, IDI Jakarta Pusat Inginkan Wilayah Anies Baswedan di Lockdown, Jangan Bereksperimen Lama
Bukan PSBB, IDI Jakarta Pusat inginkan wilayah Anies Baswedan di lockdown, jangan bereksperimen lama
TRIBUNKALTIM.CO - Bukan PSBB, IDI Jakarta Pusat inginkan wilayah Anies Baswedan di lockdown, jangan bereksperimen lama.
Langkah Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menetapkan status Pembatasan Sosial Berskala Besar atau PSBB total menuai pro dan kontra.
Pemerintah Pusat menginginkan agar penanganan Virus Corona dilakukan dengan pendekatan mikro, bukan berskala besar.
Terbaru, muncul pendapat dari IDI Jakarta Pusat agar ibu kota di lockdown.
Ikatan Dokter Indonesia atau IDI Jakarta Pusat mendorong Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta menerapkan lockdown selama dua pekan.
Lockdown di DKI Jakarta itu perlu diberlakukan guna memutus mata rantai penyebaran Virus Corona.
• Bukan Hanya Gestur Jokowi, Refly Harun Beber Anies Baswedan Tak Temukan Opsi Hukum Selain PSBB
• Barcelona atau Real Madrid? Akhirnya Kabar Transfer Lautaro Martinez di Inter Milan Terjawab
• Terjawab, Pendaftaran Kartu Prakerja Gelombang 9 17 September, Jangan Gagal Lagi, Simak Cara Daftar
• Ada Bantuan Bedah Rumah Kemensos Rp 15 Juta Per Unit untuk Warga Miskin di 2021, Syaratnya Mudah
"Dari pihak kedokteran, kita maunya lockdown, puasa bergerak 14 hari.
Kasih kesempatan tubuh orang sehat mematikan itu virus dan mudah-mudahan di hari ke-15 kita berakivitas dengan perlahan-lahan," kata Ketua Bidang Publikasi Ilmiah IDI Cabang Jakarta Pusat, dr Fariz Nurwidya dalam wawancara di program Apa Kabar Indonesia, Senin (14/9/2020) sebagaimana dikutip dari Youtube TV One.
dr Fariz mengakui kondisi ketersediaan fasilitas kesehatan di DKI Jakarta saat ini hampir seluruhnya penuh.
Dari 67 rs rujukan covid-19 di jakarta, beberapa di antaranya sudah melaporkan 100 persen ICU-nya penuh, per 14 September 2020
"Benar bahwa angka ketersediaan ICU habis, itu tidak boleh dibiarkan.
Sudah banyak cerita dokter di Puskesmas kalau dia mau ngirim pasien ke rumah sakit rujukan itu bisa menelepon berkali-kali ke berbagai rumah sakit sampai akhirnya baru bisa mengirim pasien ke rumah sakit rujukan itu dalam 12 jam atau 1 hari sekarang saking sulitnya.
Ada 67 rs rujukan di Jakarta dan beberapa sudah melaporkan 100% ICU-nya penuh per 14 September 2020," beber ahli paru ini.
dr Fariz melanjutkan, kondisi di DKI Jakarta saat ini, antara jumah pasien dengan ketersediaan infrastruktur untuk penanganan covid-19 saling berkejaran.
Jika kondisi ini dibiarkan terlalu lama dengan eksperimen seperti PSBB ketat atau transisi, pihaknya khawatir kondisi covid-19 akan semakin berat ditangani.