Mahfud MD Bocorkan 4 Alasan Jokowi Tak Tunda Pilkada Serentak, Tiru Amerika Serikat dan Negara Lain
Mahfud MD bocorkan 4 alasan Jokowi tak tunda Pilkada Serentak, tiru Amerika Serikat dan negara lain
TRIBUNKALTIM.CO - Mahfud MD bocorkan 4 alasan Jokowi tak tunda Pilkada Serentak, tiru Amerika Serikat dan negara lain.
Presiden Joko Widodo atau Jokowi memutuskan tetap Pilkada Serentak digelar 9 Desember 2020.
Sebelumnya, banyak pihak yang mendesak Pilkada Serentak 2020 ditunda lantaran masa pandemi Virus Corona atau covid-19.
PBNU, Muhammadiyah, Jusuf Kalla hingga Perludem merupakan beberapa pihak yang meminta Pemerintah menunda Pilkada Serentak.
Menkopolhukam Mahfud MD menjelaskan alasan Presiden Joko Widodo ( Jokowi) tetap melanjutkan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2020 .
Pertama, menurut Mahfud MD yakni menjamin hak konstitusional rakyat untuk dipilih dan memilih sesuai dengan agenda yang telah diatur dalam undang-undang dan atau dalam berbagai peraturan perundang-undangan.
• Pemerintah Tunda Pilkades Tapi Pilkada Lanjut, Rocky Gerung Bereaksi, PBNU dan Muhammadiyah Menolak
• Menang di Liga Italia, Stefano Pioli Bocorkan Tak Suka Sistem Permainan AC Milan di 20 Menit Akhir
• Siap-Siap Resesi, Sri Mulyani Beber Kuartal III Ekonomi Kontraksi 2,9 Persen, Ada Bocoran Kuartal IV
• Masih Ada Kesempatan Dapat Banpres Produktif Rp 2,4 juta untuk UMKM, Lokasi dan Syarat Pendaftaran
Kedua, pandemi covid-19 belum bisa diketahui kapan akan berakhir.
Karena itu, apabila Pilkada ditunda sampai Pandemi selesai, maka akan menimbulkan ketidakpastian.
"Karena tidak ada satupun orang atau lembaga yang bisa memastikan kapan covid-19 akan berakhir.
Di negara-negara yang serangan covid-19 lebih besar seperti Amerika sekalipun Pemilu juga tidak ditunda.
Diberbagai negara juga berlangsung, pemilu tidak ditunda," kata Mahfud MD saat membuka rapat koordinasi bersama KPU dan seluruh Sekjen partai politik, Selasa (22/9/2020).
Ketiga, Presiden juga menurut Mahfud MD tidak ingin daerah yang menggelar Pilkada hanya dipimpin pelaksana tugas alias Plt dalam waktu bersamaan.
Karena Plt itu tidak boleh mengambil kebijakan-kebijakan strategis.
"Sedangkan situasi sekarang di dalam covid-19 kebijakan-kebijakan strategis yang berimplikasi pada penggerakan birokrasi dan sumber daya lain seperti dana itu memerlukan pengambilan keputusan dan langkah-langkah yang sifatnya strategis," katanya.
Keempat, menurut Mahfud MD, pemerintah telah menunda Pilkada sebelumnya dari 23 September ke 9 Desember.
Karena itu, yang harus dilakukan sekarang adalah mengantisipasi masifnya penyebaran covid-19, bukan menundanya lagi.
"Penundaan sebenarnya sudah pernah dilakukan untuk menjawab suara-suara masyarakat yang menginginkan tunda itu.
Nah yang diperlukan sekarang sebagai antisipasi masih masifnya penularan covid-19 seperti dikhawatirkan baik oleh pemerintah maupun oleh kelompok atau masyarakat yang menginginkan agar ditunda yang diperhatikan sama yaitu masifnya penularan covid-19," katanya.
• 4,2 Juta GAGAL! UPDATE Pengumuman Prakerja Gelombang 9 di www.prakerja.go.id, Instentif Rp 3,5 Juta
Alasan Pilkada harus tetap dilanjutkan
Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian ungkap alasan Pilkada Serentak tetap dilanjutkan meskipun di tengah pandemi covid-19.
Menurutnya Pilkada Serentak yang dijadwalkan September ini sudah dilakukan penundaan, sehingga pelaksanaanya di bulan Desember sudah ditetapkan sebagai gantinya.
“Kita sudah menunda dari bulan September sesuai undang-undang menjadi bulan Desember 2020.
Hingga kemudian dikeluarkan Perppu nomor 2 tentang penundaan itu yang sudah ditetapkan menjadi undang-undang nomor 6 tahun 2020,” ujar Tito dalam Rakor Pilkada Serentak secara virtual, Selasa (22/9/2020).
Disebutnya Perppu merupakan peraturan yang dikeluarkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) bulan Mei lalu untuk penundaan tersebut.
Tito menegaskan Pilkada akan tetap digelar pada 9 Desember 2020 dengan penegakan disiplin dan sanksi hukum terhadap pelanggaran protokol kesehatan covid-19.
Pelaksanaan Pilkada juga sudah ditetapkan dalam Rapat Kerja dan Rapat Dengar Pendapat (RDP) yang dihadiri Mendagri, KPU, Bawaslu, DKPP, dan Komisi II DPR RI, Senin (21/9/2020) lalu
“Tahapan sudah dilakukan sejak bulan Juni.
Semuanya sudah mulai bergerak tanpa ada kluster yang signifikan,” katanya.
Tito berujar pandemi belum akan usai dan tidak ada yang bisa memprediksi kapan akan berakhir.
Sejumlah negara juga diketahui telah melangsungkan pemilihan umum dengan sukses tanpa adanya kluster.
Diantaranya seperti yang dilangsungkan di Korea Selatan, Jerman, Perancis, Polandia, Malaysia, hingga Amerika Serikat.
Berkaitan dengan hal ini, KPU telah mengajukan alternative pelaksanaan Pilkada termasuk yang pada tanggal 9 Desember 2020.
“Tahun 2021 juga tidak ada yang menjamin pandemi akan selesai, maka kita mengambil skenario optimis dengan mengambil opsi menunda dari September 2020 ke Desember 2020, jadi kita sudah menunda Pilkada sesuai undang-undang,” kata Tito Karnavian.
• TERJAWAB Kapan Pengumuman Prakerja Gelombang 9, Login www.prakerja.go.id, Info Prakerja Gelombang 10
Respon Rocky Gerung
Pemerintah Pusat melalui Presiden Joko Widodo ( Jokowi) memastikan bahwa gelaran Pilkada Serentak tahun ini tetap akan digelar pada 9 Desember 2020.
Padahal di satu sisi, banyak pihak yang menolak atau menyarankan supaya Pilkada Serentak 2020 bisa ditunda.
Di antaranya disuarakan oleh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama ( PBNU), Muhammadiyah, Perkumpulan Untuk Pemilu dan Demokrasi ( Perludem), dan mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla.
Mereka kompak memiliki alasan karena dapat mengundang kerumunan.
Khususnya pada saat kegiatan kampanye, sehingga meningkatkan risiko penularan covid-19.
Pengamat Politik Rocky Gerung lantas memberikan pandangannya.
Menurut Rocky Gerung, yang harusnya ditunda bukanlah Pilkades, melainkan Pilkudu.
Dirinya menyebutnya sebagai Pemilihan Kepala Dungu.
"Ya mustinya yang ditunda itu Pilkudu, Pemilihan Kepala Du***," ujar Rocky Gerung.
"Tetapi rupanya itu enggak ditunda juga."
Rocky Gerung mengaku tidak bisa memahami jalan pemikiran dari pemerintah yang justru tetap menggelar Pilkada 2020.
Dirinya meminta kepada pemerintah harusnya bisa menunda dua kontestasi politik tersebut, bukan hanya salah satu.
Ia menilai kondisinya justru terbalik dengan tetap akan melangsungkan Pilkada 2020 namun malah menunda Pilkadesnya.
"Kan seharusnya satu paket, kalau Pilkada ditunda, Pilkades juga," kata Rocky Gerung.
"Ini Pilkades bisa ditunda, mengapa Pilkada tidak bisa?" tanyanya.
"Kan jalan pikirannya selalu sepotong-sepotong, atau mungkin memang enggak ada.
Sehingga asal bunyi saja.
• Kapan Pendaftaran Kartu Prakerja Gelombang 10 Dibuka? Simak Langsung Bocorannya
Kan nanti akan dibilang ya Pilkades itu massanya sedikit kalau Pilkada banyak," jelasnya.
Dikatakannya bahwa tidak bisa dibenarkan ketika menyimpulkan bahwa Pilkades memiliki risiko yang jauh lebih besar dibandingkan Pilkada.
Sehingga membuatnya menjadi ditunda.
Menurutnya, Pilkada lah yang akan mengundang kerumunan lebih banyak karena massa yang akan terlibat tidak hanya dari satu desa saja.
"Ya tapi apa pernah ada riset bahwa di desa-desa tertentu justru masifitas dari covid-19 itu ada di situ," tegasnya.
"Apa dasarnya karena berbahaya, kalau Pilkada enggak berbahaya?."
"Kan kalau kita balik misalnya kalau Pilkades ditunda mustinya kepala desa protes karena yang berkerumun pasti lebih sedikit daripada Pilkada kan," pungkasnya.
• Pengumuman Kartu Prakerja Gelombang 9, Siap-siap Peluang Terakhir Gelombang 10, LOGIN prakerja.go.id
(*)
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul 4 Alasan Presiden Jokowi Tetap Lanjutkan Pelaksanaan Pilkada Serentak 2020, https://www.tribunnews.com/nasional/2020/09/22/4-alasan-presiden-jokowi-tetap-lanjutkan-pelaksanaan-pilkada-serentak-2020?page=all.