Presiden Xi Jinping dalam Sidang Majelis Umum PBB Sebut China Tidak Berniat Perang Dingin atau Panas
Presiden Xi Jinping menegaskan di hadapan sidang Majelis Umum PBB, China "tidak berniat untuk berperang, baik dalam Perang Dingin ataupun perang panas
AS menuduk China meningkatkan pendudukannya atas pulau-pulau buatan manusia dan menganggu negara-negara lain di tengah upaya mereka menangani krisis covid-19 yang berawal dari Wuhan, China.
Platform intelijen Stratfor mengatakan, AS dan China telah mempertahankan kecepatan operasional yang kuat di Laut Cina Selatan di tengah meningkatnya ketegangan dan covid-19.
Menteri Pertahanan AS, Mark Esper mengatakan: "Ketika militer AS menangani covid-19 di rumah, kami tetap fokus pada misi keamanan nasional kami di seluruh dunia," ujarnya seperti dilansir Express, pekan lalu.
“Banyak negara telah beralih ke dalam untuk pulih dari pandemi, dan sementara itu, pesaing strategis kami berusaha untuk mengeksploitasi krisis ini untuk keuntungan mereka dengan mengorbankan negara lain.
Esper menuduh Beijing meningkatkan kampanye disinformasi untuk mengalihkan kesalahan atas virus dan melindungi citranya.
Dia mengatakan AS terus melihat perilaku agresif dari Tentara Pembebasan Rakyat di Laut China Selatan, mulai dari mengancam kapal angkatan laut Filipina hingga menenggelamkan kapal nelayan Vietnam dan mengintimidasi negara-negara lain untuk terlibat dalam pengembangan minyak dan gas lepas pantai.
Esper mengatakan dua kapal AS menyelesaikan kebebasan operasi navigasi di Laut China Selatan minggu sebelumnya untuk mengirim pesan yang jelas ke Beijing bahwa kami terus melindungi kebebasan navigasi dan perdagangan untuk semua negara besar dan kecil.
Kapal penjelajah berpeluru kendali USS Bunker Hill melakukan "FONOP" di Kepulauan Spratly, dan kapal perusak USS Barry berlayar dua kali melalui Selat Taiwan dan melalui Kepulauan Paracel di wilayah sengketa yang diklaim Cina sebagai miliknya.
Kecemasan Singapura
Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong menyebut kehadiran Amerika Serikat tetap vital bagi keamanan kawasan Asia-Pasifik.
Ia juga menyebut China tidak akan dapat mengambil alih peran itu di Asia Tenggara bahkan dengan kekuatan militernya yang terus meningkat.
Dalam sebuah artikel yang diterbitkan oleh Kantor Urusan Luar Negeri, Lee menulis bahwa klaim maritim dan teritorial China di Laut Cina Selatan berarti bahwa negara-negara di kawasan itu akan selalu melihat kehadiran angkatan laut China sebagai upaya untuk memajukan klaim-klaim itu.
Dia juga menulis bahwa banyak negara Asia Tenggara sangat sensitif tentang persepsi bahwa China memiliki pengaruh terhadap etnis minoritas Tionghoa yang cukup besar.
• Foto Satelit Ini Diklaim Bukti China Bohong Soal Corona, Keanehan di 5 RS Sudah Terlihat September
• Balai Gakkum LHK Kaltim Tangkap Pelaku Penjualan Burung Rangkong, Konsumen Terbanyak dari China
• Tuding China Tutupi Fakta Virus Corona, Amerika Serikat Bongkar Hasil Analisa Satelit di Wuhan
• Pesawat China Mendekat Setelah Pesawat Jet Amerika Serikat Melintas, Militer Taiwan Ikut Bereaksi
"Meskipun kekuatan militernya meningkat, China tidak akan dapat mengambil alih peran keamanan Amerika Serikat," tulisnya seperti dikutip Bloomberg.
Ia juga menambahkan bahwa penarikan pasukan AS di Asia Utara akan memaksa Jepang dan Korea Selatan untuk merenungkan pengembangan senjata nuklir untuk menghadapi ancaman Korea Utara yang semakin meningkat.
Artikel Lee ini muncul ketika ketegangan antara AS dan China terus meningkat, dengan sejumlah isu mulai dari jaringan 5G, Laut China Selatan hingga tanggung jawab atas pandemi covid-19.
Singapura telah menjadi salah satu negara paling vokal di Asia yang menyerukan AS dan China untuk menghindari bentrokan destruktif yang akan memaksa negara-negara kecil untuk memilih pihak. (*)