Gerakan 30 September
G30S/PKI - Kesaksian Putri DI Panjaitan, Kejamnya PKI Membunuh sang Ayah, Ditembak hingga Diseret
DI Panjaitan merupakan satu dari tujuh perwira TNI AD yang menjadi korban kekejaman G30S PKI pada 1965.
"Saya sibuk telepon tapi ya jaman dulu kan paralel itu di bawah dan di atas, mereka menggunting jadi kan enggak bisa cari bantuan," tegasnya.
Mereka kemudian sampai di tangga dan teriak memanggil DI Panjaitan.
Saat itu DI Panjaitan sedang sibuk menghubungi beberapa pihak hingga kemudian sang istri, Marieke Pandjaitan yang menjawabnya.
"Ibu saya bilang 'Ya pakai pakaian dulu'," imbuh Chaterine.
Usai memakai seragam lengkap, DI Panjaitan turuh ke bawah dari lantai dua kediamannnya.
Sebelum turun, ia sempat memandang wajah sang buah hati.
• Lolos Kartu Prakerja dan Dapat BLT BPJS Ketenagakerjaan, Apa Mungkin? Pemerintah Beri Penjelasan
• Kapan BLT/BSU Karyawan Cair Lagi? Rencananya Sampai 2021, Cek Nama sso.di bpjsketenagakerjaan.go.id
• Tomy Winata Buka-bukaan ke Bos ILC Karni Ilyas soal Tuduhan Mafia, Saya Menikmati Diperhitungkan
• Daftar Penerima Bantuan UMKM, 9 Juta Orang Sudah Dapat, Sisa Kuota 2,3 Juta Pengusaha, Buruan Daftar
Chaterine yang berusia 17 tahun saat itu mengungkapkan ingin menemani sang ayah ketika beranjak ke lantai bawah.
Meski demikian, keinginannya itu dilarang oleh DI Panjaitan.
"Menurut rekonstruksi, mereka menarik ayah saya secara paksa keluar," imbuhnya.
Seorang berseragam hijau dan topi baja berseru, "Siap. Beri hormat".
Namun, DI Panjaitan hanya mengambil topi dan mengapitnya di ketiak kiri.
Adanya aksi itu, si tentara memukul Panjaitan dengan gagang senapan dan kemudian jatuh.
"Saya naik ke balkon mau lihat apa kelanjutannya, saya lihat ayah saya disuruh hormat terhadap perwira. Ayah saya tidak mau dan langsung dipukul," sambungnya.
Chaterine menegaskan, DI Panjaitan jatuh ketika dipukul dan dirinya lari turun ke bawah untuk melihat kelanjutan peristiwa itu.
Namun, sesampainya di lantai bawah kediamannya, Chaterine mengatakan sosok DI Panjaitan sudah tak ada lagi.