Kisah Dua Pemuda Asal Kaltim Dapat Penghargaan Pemuda Pelopor Nasional, Majukan Warga Tingkat RT
Penghargaan tersebut diberikan kepada pemuda yang memiliki inisiatif dan inovasi dalam membuat sebuah perubahan di daerahnya masing-masing
Penulis: Jino Prayudi Kartono | Editor: Samir Paturusi
TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA - Pemerintah memberikan penghargaan pemuda pelopor di Jakarta, Kamis (22/10/2020) lalu.
Penghargaan tersebut diberikan kepada pemuda yang memiliki inisiatif dan inovasi dalam membuat sebuah perubahan di daerahnya masing-masing.
Di Kalimantan Timur (Kaltim) sendiri terdapat dua pemuda yang mendapatkan penghargaan tersebut.
Baca Juga: Hari Sumpah Pemuda 28 Oktober, Isi Naskah dan Makna Logo Peringatan Ke-92, Sejarah Kongres Pemuda
Baca Juga: Plt Bupati Kukar Dorong Pemuda untuk Tingkatkan Daya Saing dan Berperan Aktif Membangun Daerah
Baca Juga: LENGKAP Tema Hari Sumpah Pemuda 2020, Isi Teks, Logo, Rumusan Kongres Sumpah Pemuda Ditulis Oleh?
Dialah Sulthan Nur Hidayatullah dan Rahmad Azazi Rhomantoro.
Mereka berdua mendapatkan penghargaan di bidangnya masing-masing.
Sulthan Nur Hidayatullah merupakan pemuda yang mengembangkan serta meningkatkan potensi kawasan pemukiman masyarakat tingkat RT.
Ia pun membangun organisasi bernama Balikpapan Youth Spirit.
Awal mula terciptanya organisasi ini dari kegiatan kampus.
Selama duduk di bangku kuliah, mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Mulawarman tahun 2012 ini lebih banyak aktif di kegiatan organisasi kampus.
Ia pun menjadi aktifis kampus yang membuatnya semakin berpikir kritis.
Namun setelah lulus ia berpikir jika pemahamannya terlalu makro.
Padahal untuk merubah masyarakat lebih baik, ia melihat permasalahan masyarakat secara mikro.
Ia pun memilih beberapa pemukiman warga sebagai contoh untuk pengembangan potensi sosial yang ada.
Salah satunya adalah kawasan Kampung Phinisi yang yang dikembangkan oleh organisasi tersebut.
Perjalanan organisasi tersebut tidaklah berjalan mulus.
Awalnya ia lulus kuliah tahun 2017. Ia pun memiliki semangat untuk merubah kota di tingkat RT. Seketika kembali ke Balikpapan ia tidak memiliki relasi sama sekali.
Ia pun mencoba mengontak kawan semasa kuliah untuk mencari relasi. Hingga ia menemukan enam orang yang memiliki satu pemahaman terkait visi yang dimiliki oleh Sulthan.
"Karena masih baru di Balikpapan. Saya mencoba mengontak beberapa kawan kuliah yang ada di Balikpapan," ucapnya.
Sementara itu Rahmad Azazi Rhomantoro merupakan pencetus Sanggar Seni Perintis (Sasentis) dan Tirtonegoro Foundation.
Kecintaannya terhadap seni sudah mendarah dagin baginya.
Hanya saja ia melihat bagaimana caranya agar generasi muda ini kembali bergairah mencintai kesenian lokal khususnya di kawasan Marginal.
Sehingga pada tahun 2014 dia pun membuat Sasentis di Griya Budaya.
Baca Juga: AFCEB Gelar Aksi Donor Darah dan Donasi Sembako, Bertajuk Bakti Pemuda Setetes Darah untuk Negeri
Baca Juga: Besok Hari Sumpah Pemuda ke 92, Ini Kata Dandim 0913/PPU Letkol Inf Dharmawan
Baca Juga: Momen Sumpah Pemuda di Balikpapan, Pemkot Beri Penghargaan Sosok yang Berprestasi
Menarik anak muda mencintai seni tidaklah mudah. Stigma seni tidak memiliki masa depan cerah menjadi tantangan baginya dalam mengenalkan kesenian tradisional.
Tidak hanya berfokus mengenalkan kesenian melalui Sanggar Seni saja, ia pun membuat sebuah organisasi yaitu Tirtonegoro Foundation.
Organisasi ini bertujuan untuk menciptakan pusat pendidikan berbasis literasi, karakter dan moral agama.
"Selain itu untuk mendorong para anggota menumbuhkan nilai-nilai kebudayaan, menjadi pusat pembekalan kecakapan hidup, dan bertanggung jawab sosial," tuturnya.
(TribunKaltim.Co/Jino Prayudi Kartono)