Dasat Brimob Polda Kaltim Nilai Aksi Demo Lempar Batu Sama Dengan Aksi Kelompok Begal

Dimana tembakan gas air mata maupun water cannon menjadi unsur yang tidak ketinggalan dalam aksi unjuk rasa.

TRIBUNKALTIM.CO/DWI ARDIANTO
Dasat Brimob Polda Kaltim, Kombespol John Huntal Sarjanto Sitanggang menuturkan bahwa unjuk rasa harusnya berjalan damai.TRIBUNKALTIM.CO/DWI ARDIANTO 

TRIBUNKALTIM.CO, BALIKPAPAN - Aksi penolakan Omnibus Law UU Ciptaker kerap diwarnai kericuhan.

Dimana tembakan gas air mata maupun water cannon menjadi  unsur yang tidak ketinggalan dalam  aksi unjuk rasa.

Menanggapi hal tersebut, Dasat Brimob Polda Kaltim, Kombespol John Huntal Sarjanto Sitanggang menuturkan bahwa unjuk rasa harusnya berjalan damai.

Baca Juga: Ancaman Serius KSPI Andai Jokowi Teken Draft UU Cipta Kerja, Said Iqbal Beber Strategi Waktu Demo

Baca Juga: Siang Ini Jamper Gelar Demo di Kantor Kejati Kaltim, Minta Usut Proyek Mangkrak Bendungan Marangkayu

Baca Juga: NEWS VIDEO Demo Ricuh di Makassar hingga Rusak Kantor dan Bakar Ambulans

"Kalau batu melayang sudah bukan unjuk rasa lagi namanya. Itu tidak ada bedanya dengan kelompok preman berkelahi atau kelompok begal. Apa bedanya?" tegasnya.

Meski demikian, ia mengaku bahwa satuannya hanya menunggu permintaan backup dari Polresta. Tidak serta merta kondisi sudah anarkis, langsung menurunkan personel.

Apabila situasi dianggap tidak terkendali dimana massa aksi mulai melakukan tindakan anarkis, urai Kombes Pol John Huntal,  tetap menghindari kontak fisik dengan pengunjuk rasa.

"Kita tidak mau berlama-lama didorong-dorong. Satunya makin bringas, satunya makin frustasi. Makanya kita hindari kontak fisik," jelasnya.

Sehingga, demi memecah kerusuhan dari kerumunan demonstran, sejurus Brimob mengerahkan tembakan gas air mata.

Hal tersebut ditegaskan Kombes Pol John Huntal lantaran dirasa lebih aman berbanding tindakan keras lainnya, seperti penggunaan tongkat.

"Lebih bahaya mana gas airmata sama tongkat? Tongkat kena kepala apa akibatnya? Benjol sampai jahitan kan," sambungnya.

Disamping itu, dirinya menganggap bahwa gas air mata lebih aman ketimbang water cannon. Sebab water Cannon bisa saja melukai anggota tubuh akibat semprotan air yang deras.

Ketika dikonfirmasi awak media, perihal waktu untuk penembakan gas air mata, Kombes Pol John Huntal menyebut bahwa personel Brimob menunggu perintah.

"Penembaknya hanya petugas tertentu saja. Jadi kalau tidak diperintahkan, tidak ada yg anarkis, ya tidak ada yang keluar," pungkasnya.

Baca Juga: Jika Ada Demo Lia Bisa Untung Rp 300 Ribu, Dengar Kabar Ada Unjuk Rasa, Belasan Pedagang Gelar Lapak

Baca Juga: Siang Ini Mahasiswa Demo Tolak Omnibus Law, Gubernur Kaltim Isran Noor : Dulu Saya Tukang Demo

Baca Juga: Lengkap, Jadwal Demo Besar-Besaran Buruh di November, Ada Misi Lain, Tak Hanya Tolak UU Cipta Kerja

Meski demikian, dirinya menekankan bahwa tembakan gas air mata relatif aman sebab hanya menyisakan perih di area wajah hingga mata. Setelah sekian detik, rasa perih nya akan hilang.

Namun ketika dikonfirmasi bahwa salah satu warga sekitar area demonstrasi mengaku rasa perihnya terasa hingga malam, Kombes Pol John Huntal berkelakar.

"Itu dia kena gas air mata yg berisi kenangan. Rasanya pedih. Gas air mata rasa kenangan. Malam-malam rasanya pedih, teringat," ujarnya seraya tertawa tipis.

(TribunKaltim.Co/Mohammad Zein Rahmatullah)

Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved