Hari Sumpah Pemuda

Mengenal Dicky Malik Arnanda, Pemuda Kreatif Balikpapan, Banyak di Kursi Roda tapi Jago Ilustrasi

Sehari sebelum pelaksanaan hari Sumpah Pemuda di Kota Balikpapan, Provinsi Kalimantan Timur, pihak Pemkot Balikpapan menggelar seremonial apresiasi

Editor: Budi Susilo
TRIBUNKALTIM.CO/DWI ARDIANTO
Peringatan Sumpah Pemudia di Balikpapan memberikan sejumlah penghargaan kepada pemuda berprestasi di Balikpapan salah satunya Dicky Malik Arnanda, Selasa (27/10/2020). 

Pada saat memeringati 5 tahun Jong Sumatranen Bond pada 1921, Mohamad Yamin menerbitkan sebuah buku kumpulan sajak yang berjudul Tanahair.

Namun saat itu yang dimaksud Tanah Air oleh Yamin adalah Andalas, Sumatera.

Belum termasuk Indonesia.

Dalam masa enam tahun, tumbuh berbagai kesadaran baru di kalangan pemuda, karena musuh yang dihadapi mereka sama, yaitu Belanda.

Baca juga: Liga Italia, Paolo Maldini Susun Rencana Megatransfer AC Milan, Fans Inter Bakal Kebakaran Jenggot

Baca juga: BANYAK GAGAL! LOGIN www.kemnaker.go.id, Cek Nama Penerima BLT, Info Kapan BLT BPJS Gelombang 2 Cair

Kesadaran itulah yang menyebabkan mereka berusaha menggalang persatuan dalam sebuah kesadaran baru. Pada 1926 diselenggarakan Kongres Indonesia Muda yang pertama (Kongres Pemuda I).

Bahkan pada tahun itu pun kesadaran itu belum cukup untuk melahirkan sebuah sumpah pemuda.

Lahirnya Sumpah Pemuda

Sumpah Pemuda baru lahir dua tahun kemudian.

Pada 1928 Moh. Yamin menerbitkan sebuah kumpulan sajak yang baru berjudul Indonesia, Tumpah Darahku.

Itu menunjukkan perubahan kesadaran para pemuda.

Ketika Kongres Indonesia Muda kedua (Kongres Pemuda II) diselenggarakan pada 1928, bahasa Melayu sudah lama menjadi bahasa pergaulan yang dipakai secara luas di seluruh kepulauan Nusantara.

Namun saat itu kedudukan bahasa Melayu belum kuat.

Sebagian ahli Belanda menganjurkan agar bahasa Belanda menjadi bahasa resmi di seluruh Indonesia (dipakai seluruh penduduk Bumiputera).

Tapi ada juga ahli Belanda yang menganggap bahasa Belanda itu begitu tinggi sehingga tidak pantas dipakai oleh kaum inlander (Indonesia).

Di balik layar proses pemotretan Sumpah Pemuda Kompas di Museum Sumpah Pemuda, Jakarta Pusat, Selasa (27/10/2015).
Di balik layar proses pemotretan Sumpah Pemuda Kompas di Museum Sumpah Pemuda, Jakarta Pusat, Selasa (27/10/2015). (KOMPAS/PRIYOMBDO)

Karena ada perbedaan paham ini maka pemerintah kolonial Belanda tidak segera sampai pada kebijakan untuk menjadikan bahasa Belanda sebagai bahasa resmi satu-satunya.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved