Hasil Studi: Kekebalan Terhadap Virus Corona Bisa Bertahan Lebih Lama, Bahkan Bertahun-tahun
Kekebalan tubuh terhadap virus corona menurut beberapa studi sebelumnya mengungkap kekebalan menghadapi virus corona hanya bertahan beberapa bulan saj
Para peneliti yang berasal dari La Jolla Institute for Immunology, University of California, San Diego, dan Icahn School of Medicine di Mount Sinai, menganalisis sampel darah peserta yang dikumpulkan dari berbagai titik setelah timbulnya gejala.
Ada beberapa sampel yang dikumpulkan lebih dari enam bulan kemudian.
Para peneliti memeriksa komponen memori imun atau kekebalan pada sampel darah yang dikumpulkan tersebut.
Berdasarkan analisis komponen memori kekebalan tersebut, mereka menemukan bahwa antibodi 'bertahan lama' dengan hanya sedikit penurunan yang muncul pada enam sampai delapan bulan.
Akan tetapi, mereka mencatat bahwa tingkat respons kekebalan virus corona pada antibodi orang dewasa berada pada kisaran 200 kali lipat.

Selain itu, peneliti juga menemukan bahwa sel B memori terdeteksi pada hampir semua kasus Covid-19 yang tampaknya seiring waktu memori sel tersebut terus mengalami peningkatan.
"Memori sel B untuk beberapa infeksi lain telah diamati dan ternyata berumur panjang, termasuk 60+ tahun setelah vaksinasi cacar, atau 90+ tahun setelah infeksi influenza," tulis peneliti dalam makalah tersebut.
Peneliti mengidentifikasi dua jenis sel T dan menurut data mereka menunjukkan bahwa memori sel T mungkin mencapai tingkatan yang lebih stabil.
Atau fase pembusukan cenderung lebih lambat, bahkan lebih lambat dari 6 bulan pertama pascainfeksi.
Kendati demikian, studi ini masih memiliki keterbatasan, termasuk diperlukannya lebih banyak penelitian untuk menentukan apakah temuan serupa juga akan muncul di antara kelompok kasus yang lebih besar di lebih banyak titik waktu.
"Secara keseluruhan, ini adalah studi yang sangat penting yang mengkonfirmasi keberadaan memori kekebalan terhadap virus corona, tetapi dengan variasi dari orang ke orang," kata Lawrence Young, profesor onkologi molekuler di University of Warwick.
Baca juga: NEWS VIDEO Polisi Ringkus Tersangka Penggelapan, Ada Enam Motor Ojol Hasil Aksinya di Samarinda
Baca juga: Berau Dijatah 137.464 Vaksin Covid-19 Atau 60% dari Total Penduduk, 3 Profesi Ini Diutamakan Dapat
Dalam sebuah pernyataan yang didistribusikan oleh Science Media Center yang berbasis di Inggris, Young mengungkapkan variasi tersebut mungkin disebabkan oleh beberapa orang yang memiliki tingkat infeksi asimtomatik yang sangat rendah.
"Mungkin diharapkan bahwa orang yang sebelumnya terinfeksi dengan respons kekebalan yang rendah akan rentan terhadap infeksi ulang SARS-CoV-2," imbuh Young yang tidak terlibat dalam studi tersebut.